5. Rainy Sound

117 38 0
                                    

Sepuluh tahun adalah waktu yang lama untuk mengenang suatu kejadian. Banyak hal menyenangkan yang telah terjadi di hidup Jeffrey selama satu dekade terakhir. Beberapa diantaranya adalah saat hari kelulusannya, kemudian saat dipercaya menjalankan perusahaan milik Ayahnya, dan sampai pertama kali mengadopsi Simon, Samoyed kesayangannya. Dari banyak hal menyenangkan itu, satu yang selalu disyukuri Jeffrey, adalah saat pertama kali bertemu dengan Eliana Jane.

Hari itu adalah acara Mini Fashion Show grand launching koleksi terbaru salah satu brand fashion yang cukup terkemuka di Indonesia. Jeffrey hadir mewakili sang Ayah sebagai tamu VIP yang saat itu berhalangan hadir. Usianya saat itu baru menginjak dua puluh tahun, dan itu juga kali pertamanya datang ke acara fashion show. Dengan pengetahuan yang minim, Jeffrey tidak tahu jika acara fashion show itu juga mengadakan acara after party yang sebenarnya tidak perlu dihadiri oleh lelaki itu. Jeffrey merasa terjebak dalam lautan manusia yang tiba-tiba mengubah aula itu menjadi tempat pesta yang tidak ada bedanya dengan club malam dadakan. Masih mencoba mencerna keadaan sekitar, Jeffrey didekati dengan segerombol pria yang sepertinya sudah setengah mabuk. Tiga laki-laki itu meracau, salah satunya bahkan dengan berani merangkul pundaknya.

Jeffrey tidak tahu menahu apa yang dilakukan oleh segerombolan lelaki itu dan tidak bisa memutuskan untuk bereaksi seperti apa. Salah satu dari mereka berujar kepadanya, "kau model yang baru debut itu ya? berani-beraninya kau tidak berbaur dengan seniormu."

Kemudian salah satunya lagi berjalan agak terhuyung ke arahnya dan mengacungkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Jeffrey. "Junior seperti kau harus lolos masa orientasi kalau kau ingin bertahan di dunia permodelan yang keras ini."

Jeffrey hanya dapat mengerjap keheranan dan mulai merasa agak takut. Ketiga orang ini sepertinya salah mengenalinya. Dia sudah jelas bukan model apalagi junior yang akan mendapatkan orientasi bentuk apapun. Namun bagaimana cara menjelaskan secara baik-baik kepada ketiga orang yang sepertinya telah kehilangan setengah kesadarannya?

"Maaf... Tapi sepertinya anda sekalian salah orang..." Ujar Jeffrey agak terbata. Sial baginya, ternyata suaranya masih kalah dari suara musik yang berdentang kencang. Lelaki yang merangkulnya mengernyitkan wajahnya tidak suka. "Apa kau bilang barusan? Bicara yang keras. Kau menolak nasihat dari kami ya?"

Jeffrey memucat. Dia tidak ingin berurusan dengan pria mabuk manapun. "Bukan begitu..."

"AH DISINI KAU RUPANYA!" Seorang gadis yang mungkin usianya seumuran dengan Jeffrey tiba-tiba muncul di tengah-tengah antara dirinya dan pria mabuk yang merangkulnya, yang otomatis melepaskan tangan pria itu dari bahunya. "Aku mencari-carimu sejak tadi."

Gadis itu melayangkan tatapan kesalnya pada Jeffrey, lelaki itu jadi semakin bingung. Ada apa lagi ini? Sebelum sempat bereaksi, gadis itu berujar lagi, namun bukan padanya tapi kepada ketiga orang yang setengah mabuk itu. "Maaf kakak-kakak sekalian, tapi manajer sedang mencari anak satu ini. Sepertinya dia terkena masalah."

Salah satu dari ketiga pria itu mendengus penuh penghakiman pada Jeffrey. "Sudah kuduga, pendatang baru ini dari awal memang sudah terlihat problematik."

Gadis itu tiba-tiba menggandeng lengan Jeffrey. "Aku harus membawanya sekarang sebelum Pak Manajer menumpahkan amarahnya. Bye kakak-kakak semua." Dengan begitu, gadis itu menarik tangan Jeffrey. Lelaki itu mengikuti gadis itu menembus lautan manusia tanpa protes karena masih sedikit syok.

Keduanya tiba di balkon yang berada terpisah dari aula utama. Dari situ Jeffrey baru bisa melihat dengan jelas wajah gadis yang dengan seenaknya menarik lengannya. Suasana di balkon jauh lebih tenang daripada di dalam aula. Hanya beberapa orang selain mereka di sana, kebanyakan adalah para laki-laki yang ingin merokok. Udara malam sedikit menusuk kulit kedua insan itu.

Hello, Goodbye | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang