Hari itu akhirnya tiba. Jeffrey sengaja pulang dari kantor lebih awal, setelah membersihkan diri dan berkemas sebentar di apartemennya, Jeffrey lantas mengendarai Porsche Cayenne hitam miliknya menuju kediaman orang tuanya.
Sesampainya di rumah, Ibunya sudah terlihat rapi dengan empire fitted dress sederhana berwarna hijau tua. Wanita paruh baya itu terlihat sibuk dengan berbagai bingkisan dan buket bunga yang dirangkainya sendiri. "Pegang ini, Jeffrey." Laki-laki itu dengan sigap mengambil alih sebuket bunga mawar merah muda berukuran sedang yang disodorkan oleh Ibunya.
Ibunya berdecak. "Kau ini benar-benar pria yang kaku. Mana mungkin terpikir olehmu untuk membawakannya bunga cantik seperti ini kepada seorang wanita. Persis seperti Ayahmu."
Jeffrey lantas mengekori Ibunya menuju ruang tengah dan tidak mendapati sosok Ayahnya sama sekali. Dengan bingung lelaki itu bertanya, "Ibu, kemana Ayah?"
Sambil membersihkan clutch hitamnya, yang sebenarnya sudah lebih dari bersih dan mengkilap, Ibunya berujar, "Ayah berkata ingin berangkat lebih dulu. Sepertinya dia ingin megobrol dan bernostalgia sebentar dengan Professor Seoda. Jadi dia sekarang sudah berada di kediaman keluarga Irwin Seoda."
Jeffrey mengangguk kecil. Dirinya juga sudah bersiap dengan kemeja hitam yang dipadukan dengan english cut suit berwarna senada miliknya. Pria itu sengaja tidak mengenakan dasi karena menghindari kesan yang terlalu formal. "Maka dari itu, kita berangkat sekarang jangan sampai terlambat." Sambung Ibunya.
Dibantu dengan beberapa pekerja rumah, semua bingkisan dibawa masuk ke dalam mobil. Setelah meninggalkan rumah, dalam perjalanan Ibunya selalu menggenggam sisi tangan Jeffrey yang tidak memegang buket bunga. Jeffrey dapat melihat binar kebahagiaan penuh pengharapan pada wajah wanita itu. Bukankah sudah pria itu sebutkan betapa Ibunya sangat menyukai Katya Seoda dan berharap anak sulungnya itu bisa meminangnya.
Perjalanan yang mereka tempuh tidak lama. Setelah sampai di depan sebuah rumah bergaya arsitektur Southern, Jeffrey membantu melepaskan sabuk pengaman milik ibunya dan kemudian miliknya sendiri. Namun sebelum sempat beranjak dari duduknya, Ibunya menahan tangan Jeffrey, yang lantas mengundang tatapan bingung dari lelaki itu. Ibunya kemudian mengeluarkan sesuatu dari clutch hitam miliknya yang ternyata adalah sebuah kotak beludru kecil berwarna hitam.
Jeffrey mencoba menahan suara napasnya yang tersekat. "Anakku, Ibu tidak tahu apakah nantinya lamaranmu akan diterima atau akan ditolak. Namun jika gadis itu mengatakan ya, berikanlah cincin pertunangan milik Ibu ini. Sudah saatnya cincin ini mendapatkan pemilik yang baru." Ujar Ibu dengan sungguh-sungguh.
Laki-laki itu masih menahan napas ketika kotak beludru itu berpindah pada salah satu tangannya. Jeffrey tentu tahu sejarah tentang cincin itu, cincin bermodel alegria dengan berlian putih di tengahnya itu adalah cincin pernikahan yang diwariskan turun-temurun kepada menantu perempuan dari anak pertama laki-laki di keluarga Rainart. Biasanya cincin itu baru akan diwariskan atau berpindah tangan ketika prosesi pernikahan. Jeffrey terkejut ketika Ibunya menitahkan dirinya untuk memberikannya pada Katya Alana Seoda. Dengan catatan seandainya gadis itu menerima lamarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Goodbye | Jung Jaehyun
Romance[ featuring NCT Jaehyun ] ✒ written in romance, fanfiction and lawfiction. Ketika menerima pinangan Jeffrey Rainart, Katya tahu konsekuensi mengerikan yang akan dihadapinya. Dengan segala risiko yang berpotensi menghancurkan hatinya, akankah dirinya...