9. The Cottage

109 37 1
                                    

Intensitas pertemuan Jeffrey dan Katya meningkat secara tidak langsung seiring dengan makin dekatnya hari pernikahan mereka.

Selama berminggu-minggu mereka disibukan dengan bermacam persiapan yang cukup menyita waktu dan tenaga. Hingga akhirnya sekarang semuanya sudah cukup sempurna, Jeffrey dan Katya melakukan rangkaian terakhir dengan mengunjungi kediaman Nenek Jeffrey.

Perjalanan darat mereka tempuh hanya berdua. Walau memakan waktu berjam-jam, rute yang mereka lewati menyajikan pemandangan yang memanjakan penglihatan. Bagian kanan jalan mereka adalah tebing batu yang menjulang tinggi, sedangkan bagian kiri adalah hamparan pantai dengan deruan suara ombak yang menghantam batuan di pinggirnya.

Sebenarnya Katya tidak terlalu suka berada di jalan terlalu lama, gadis itu selalu memilih transportasi paling cepat untuk bepergian jarak jauh. Namun untuk sore kali ini dia sama sekali tidak menyesali perjalanannya. Pemandangan pantai bersamaan dengan matahari terbenam benar-benar merefreshingkan matanya setelah dalam waktu yang lama dirinya tidak sempat merasakan liburan.

Jeffrey mengijinkannya membuka kaca mobil, dan karena jalanan sangat sepi, Katya bebas mengeluarkan sebagian wajah dan lengannya untuk merasakan semilir angin yang menyejukkan.

Gadis itu juga merasakan Jeffrey sangat menikmati perjalanan ini, bahkan sebelum berangkat lelaki itu sempat membuat playlist berisi lagu-lagu yang ingin dia dengarkan selama perjalanan. Kepala lelaki itu bergerak-gerak mengikuti alunan beat dari musik yang keluar lewat speaker mobil.

"Kau sudah sering menyetir ke sini ya? Kau terlihat sangat paham dengan rutenya."

"Begitulah. Jika memiliki waktu luang, aku sering mengunjungi Nenek."

Langit sudah gelap ketika keduanya sampai di kediaman Nenek Jeffrey. Daripada rumah, bangunan di depannya ini lebih mirip cottage tepi pantai. Bagunan utama menghadap langsung pada bibir pantai dengan banyak pohon cemara ditanam di tepian. Katya yang baru pertamakali mengunjungi rumah semacam ini jadi sedikit teringat penggambaran rumah di novel The Last Song tulisan Nicholas Sparks.

Dari luar, rumah ini jelas terlihat sudah berusia ratusan tahun, namun pondasi batu dan kayunya masih terlihat kokoh. Jejak-jejak perawatan terlihat dari bersihnya cat dinding, lalu tidak ada lumut yang tertinggal di undakan kayu, sampai berbagai tanaman hias yang rutin dipotong. Beberapa lentera menyambut kedatangan mereka dari bagian pelataran rumah. Katya terus mengekori kemana langkah Jeffrey membawanya. Hari ini lelaki itu tampak santai dengan kaus putih dan ripe jeans, yang kalau dipikir-pikir ini kali pertamanya melihat lelaki itu tanpa setelan resminya.

Nenek Jeffrey hampir berumur sembilan puluh tahun. Walau hampir menapaki usia seabad, Nenek masih terlihat sehat dengan melakukan aktifitas sederhana sehari-hari. Saat melihat Katya, Nenek tak bisa menyembunyikan ekspresi senangnya, senyum hangatnya menular sampai ke seluruh ruangan yang mereka jejaki. Gadis itu langsung menawarkan diri untuk membantu Nenek menghangatkan hidangan yang telah disiapkan di dapur. Katya juga baru mendapat informasi bahwa rumah ini hanya dihuni oleh tiga orang, yaitu nenek dengan satu asisten rumah tangga dan seorang tukang kebun.

Selama kegiatan mereka di dapur, mereka melakukan perkenalan singkat. Nenek sangat penasaran dengan Katya, sehingga gadis itu menejelaskan pekerjaan, hobi, sampai makanan kesukaannya. Nenek juga menceritakan tentang dirinya yang bukan orang asli sini, Nenek dulunya adalah warna negara Swiss sebelum menikah dengan Tuan Rainart, Kakek Jeffrey. Nenek juga bercerita Jeffrey adalah anak yang kekanak-kanakan dan manja, yang sejujurnya agak sulit dipercaya oleh gadis itu mengingat perangaian lelaki itu selama ini.

Selama makan malam, Nenek Jeffrey masih melanjutkan sesi mengobrol mereka. Katya menikmati bagaimana wanita tua itu dengan mata yang berbinar menanyai apapun tentangnya, gadis itu dapat merasakan aura keibuan yang kental dari Nenek, dia jelas sangat menyayangi Jeffrey dan calon istri cucunya ini. 

Hello, Goodbye | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang