7. Who Is She?

118 36 0
                                    

Selama setahun terakhir ini, kegiatan yang menjadi rutin dilakukan Katya adalah mengecek emailnya sebelum tidur. Sejak menjadi dosen pengajar, email menjadi tempat yang menurutnya paling nyaman untuk berkomunikasi dengan mahasiswa maupun tenaga pendidik lainnya. Kegiatan pengumpulan tugas juga sering ia atur dan susun untuk dikirimkan ke emailnya.

Seperti malam ini, setelah membersihkan diri, gadis itu mengambil laptop dari tasnya dan memindahkan benda pipih itu di atas kasurnya. Mulai berkonsentrasi mengoreksi tugas-tugas yang dikirimkan kepadanya. Diantara sekian banyak job listnya, kegiatan mengoreksi jawaban mahasiswa adalah yang paling tidak disukainya. Belum lagi dirinya harus menyicil pengumpulan materi untuk mengisi acara seminar yang diadakan beberapa hari lagi.

Konsentrasinya terdistraksi dengan suara ponselnya yang memampangkan nama salah satu saudara sepupunya yang punya kecenderungan untuk senang mengganggu kegiatannya. Sepersekian detik setelah menyentuh icon hijau suara keras Maisie memenuhi indra pendengarannya. "KAKAK AKU AKAN MASUK."

Belum sempat gadis itu mengiyakan, sambungan telpon mereka sudah terputus terlebih dulu. Menghela napas pelan, Katya sudah terlalu lelah untuk meladeni kelakuan sepupunya yang terlampau ajaib itu. Selang beberapa saat kepala Maisie menyembul dari balik pintu kamarnya. "Selamat malam, Ibu dosen." Sapa gadis dua puluh tahun itu tanpa aba-aba.

"Aku sedang sibuk." Jawab Katya malas, tanpa sedikitpun ada keinginan untuk beranjak dari kasur dan laptopnya.

Maisie tidak menanggapi dan masuk dengan dua cup ice coffee dan tote bag besar mencurigakan di sebelah lengannya. Katya mengernyitkan mata curiga. "Kau mau apa?"

"Mau apa lagi? Kau harus tahu Profesor Andi baru saja memberikan tugas yang diluar akal sehat dan kewarasan manusia. Aku bisa gila kalau mengerjakan sendiri di rumah." Ujar gadis muda itu sambil mengambil posisi nyaman di meja kerja Katya yang kosong. Maisie ternyata membawa banyak buku literatur dan sebuah laptop dalam tas besarnya.

Rumah Katya sebenarnya sudah sering dijadikan sebagai tempat menumpang mengerjakan tugas, tujuan lainnya tentu saja agar Maisie bisa mendapat bantuan langsung dari Katya. Kadang-kadang gadis itu juga mengajak dua sepupu kembar mereka yang lain yaitu Daren dan Chelsea yang juga sama-sama mahasiwa jurusan hukum seangkatan dengan Maisie.

"Kenapa kau tidak mengerjakan dengan Daren dan Chelsea saja?" Tanya Katya penasaran.

Maisie memutar kursi beroda yang didudukinya hingga menabrak pada kasur dimana sepupu beda lima tahunnya itu tengah berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Gadis itu mengerucutkan bibir sebal. "Mom akhir-akhir ini selalu membanding-bandingkan aku dengan si kembar sialan itu, hanya karena Ibu mereka baru saja mempekerjakan tutor."

"Bukannya malah bagus? Kau bisa sekalian ikut belajar bersama tutor mereka."

Maisie berdecak dan membuang muka. "Aku tidak sampai harus membutuhkan tutor untuk belajar. Lagi pula selama ini tanpa tutor pun prestasi akademisku jauh di atas Daren dan Chelsea. Aku masih tidak habis pikir kenapa Mom masih saja membanding-bandingkan kami."

"Kau memang tidak butuh tutor, tapi apa bedanya dengan selalu mendatangiku saat ujian atau saat mengerjakan tugas seperti ini? Aku bahkan tidak dibayar mahal seperti tutor itu." Katya memutar bola matanya.

Cengiran lebar mengudara dari wajah Maisie. "Heiii, mana bisa menyamakan dirimu dengan tutor, kau kan mengajari adikmu yang haus akan ilmu ini dengan suka cita. Omong-omong aku membawakanmu ice coffee dari kafe dekat sini."

Katya berdecih. "Sogokan yang murah. Tapi aku sungguh-sungguh sedang sibuk, tidak bisa membantumu sekarang."

"Memangnya apa yang sedang kau kerjakan? Membuat soal ujian? Boleh kulihat?" Maisie dengan secepat kilat melompat pada ranjang milik Katya yang sontak menubruk badan wanita yang sedang telungkup di depan laptopnya itu.

Hello, Goodbye | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang