Hari Santri

569 62 15
                                    

"Lif gimana? Bagus gak?" Juki tengah bercermin dan mengikat pita merah-putih di dahinya.

"Emang gak salah apa kata Naila. Lu mau ke acara santri apa mau agustusan? Pala lu di iket-iket kek gitu? Sakit kepala?" kata Alif sembari menggulung-gulung sarung nya yang hendak di pakai.

"Susah ngomong sama orang yang kagak ngerti fesyen," kekeh Juki sambil merapihkan kerah koko putih nya.

"Emang lu' ngerti fesyen?" tanya Alif pada Juki yang sama sekali tidak tau Fashion sama sekali, gaya berpakaian di pesantren tidak seperti di luar. keseharian mereka hanya memakai kaos sama sarung saja, berbeda dengan anak muda di luar ke warung saja menggunakan Hoodie.

"I know!" kata Juki menggunakan bahasa Inggris.

Alif melempar gulungan kertas ke arah Juki, "Lidah masih makan serabi jangan So' pake inggris."

"Sensi banget! Menstruasi lu?" Alif membulatkan matanya geram dengan ucapan Juki barusan. Dia kira Alif ukhti apa!

"Ini nih, ciri-ciri orang yang gak pernah belajar IPA." Alif menoyor pelan kepala juki.

"Nilai IPA ane 100 bos!"

_____

"Cakep banget si, Masya Allah," Naila bercermin dan berasumsi sendiri dirinya cantik.

"Aku cantik gak Nai?" Siti yang sedang memakai bros dan berbalik menghadap Naila untuk meminta pendapat.

Naila mengusap-usap dagunya, "Ada yang kurang," Naila mengambil tas kosmetiknya! Ehh bukan kosmetik karena isinya cuman pelembab,bedak bayi sama lipbam doang.

"Nih pake ini," Naila mengacungkan Lipbamnya.

Siti langsung menutup bibir dengan tanganya, "Gak mau! Nanti merah,"

"Gak bakalan Sit, biar bibir kamu gak kering palingan cuman pink,"

"Awas kamu jangan buat aku jadi kayak biduan." Omel Siti berkacak pinggang.

Naila mengoleskan sedikit lipbam di bibir Siti yang terbilang sangat kering, karena Siti jarang sekali minum Air putih.

"Awas jangan tabarruj." Zahra memberi nasehat pada kedua sahabatnya.

"Siap Ra, tenang aja," Naila mengacungkan jari jempolnya.

"Coba Sit, bibir kamu di eum-eum min," Naila mencotohkan gerakan bibir mengatup-ngatup.

Zahra gadis itu mengenakan gamis berwarna hitam disenadakan dengan jilbab berwarna hitam, pemberian Gus Zaki cuy!
Wajahnya nyaris tanpa make-up sedikitpun, hanya memakai lipbam tipis karena bibir Zahra sudah Alami pink tanpa perlu diberikan warna, namun dia memakai lipbam supaya bibirnya tidak kering.

"Sudah siap ukhti-ukhti?" tanya Zahra pada kedua sahabatnya.

"Siap!" ucap keduanya.

Zahra menatap kedua sahabatnya dari ujung kepala sampai kaki, "Cantik-cantik sekali, anak siapa si?" Zahra menirukan gaya bicara ibu pada anak-anaknya.

"Udah fiks, ke ibuan banget si Zahra, cocok untuk segera di halalkan."

____

Umi udah menduga kalau kamu sama Marwah berjodoh.

Ucapan ustadzah kulsum terus teringat dalam pikiran Gus Zaki, Zaki memijit pelipisnya, tak tahu harus menolak perjodohan ini atau melanjutkan nya, pasalnya dia tidak ingin mengecewakan Umi dan Abinya dan alm. Orang tua dari Marwah dan Zahra. Mereka sudah merencanakan perjodohan antara Marwah dan Zaki jauh, mungkin waktu Gus Zaki masih kuliah di Kairo.

AZZAHRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang