Hari ini adalah seminggu setelah Zahra jatuh yang membuat kaki nya membengkak tapi Alhamdulilah nya sekarang sudah membaik semua itu berkat Naila yang selalu mengompresnya setiap malam sebelum tidur. Mengurus Zahra saja sudah TOP bagaimana kalau nanti mengurus suami dan anak makin TOP markotop!
Senin! Hari ini hari senin dimana hari dibenci oleh sebagian pelajar di muka bumi, hari senin adalah hari paling menyebalkan bagaimana tidak sedang berada di zona nyaman yaitu weekend harus kembali lagi sekolah dengan dibuka dan diawali oleh hari Senin. Harus datang tepat waktu, harus memakai atribut lengkap dan lain sebagainya.
Benar saja Naila tengah kebingungan mencari atribut sekolah yang menghilang, bukan menghilang lebih tepatnya lupa naro dimana.
"Aduhhh kaos kaki ku kemana lagi si..." rengek Naila yang baru menyadari kaos kaki yang berlogo nama sekolahnya hilang.
"Tadi dasi, sekarang kaos kaki ntar apalagi? baju mu juga ikutan hilang!" celetuk siti yang tengah memoleskan wajahnya dengan bedak bayi di depan kaca.
"Keselip kali Nai, coba cari lagi" ucap Zahra sudah rapi dengan seragam dan atributnya.
"Udah Ra tapi gak ada," jawab Naila dengan muka yang hampir menangis.
Kemudian Zahra membantu mencarinya di lemari kecil milik Naila.
"Nih ada." Zahra mengacungkan kaos kaki yang baru saja ia temui.
"Kaos kaki itu udah mau punah Ra, melorot itu kalau di pake," ucap Naila menjelaskan kaos kaki yang sudah usang dan asing, kaos kaki pertama yang dia beli waktu pertama menginjakan kaki dipesantren ini.
"Tenang Nai aku punya tutorial cara pakai kaos kaki melorot," ujar siti menemukan ide dengan percaya dirinya. Lantas siti mengambil sesuatu di dalam lemari miliknya.
"Ini dia" Siti membawa dua buah karet gelang ditangannya.
"KARET?" Ucap Naila dan Zahra bersamaan.
Zahra yang paham akan rencana siti pun berusa menahan tawannya.
Sementara Naila muka nya sudah ditekuk mengisyaratkan bahwa tak setuju dengan ide ekstrim Siti."Yakali aku harus pake karet, aku bukan nasi uduk yang dibugkus lalu dikaretin, gak mau aku ah!" seru Naila seraya memalingkan wajah.
"Sementara Nai, ini udah jam 06.45 sebentar lagi upacara gimana kalau nanti telat? Bisa kena takzir kita" Ucap Siti.
"Bener apa kata Siti"
"Tapi Ra__"
"Gak ada tapi tapi an Nai, untuk sementara ini aja, nanti beli lagi segambreng, cepet pake!" Perintah siti dan langsung memakai kan kaos kakinya tak lupa dibagian tengah dipasang karet supaya tidak melorot.
"Ku pasrahkan semua ini padaMu Ya Rabb," Ucap Naila dengan muka pasrahnya.
Zahra dan Siti bukannya kasian mereka malah lucu melihatnya.
"Selesai." Siti berhasil memasangkan karet di kedua kaos kaki Naila tanpa adanya penolakan."Dah ayo berangkat," ucap Zahra sambil mengendong tas punggung bermotif kartun muslimah.
_______
Santri yang hendak ke sekolah harus berjalan kaki dan membutuhkan waktu kurang lebih 10. Kecuali anak yang naik angkutan umum mereka hanya membutuhkan 5 menit saja dan hanya santri yang diberi uang lebih yang melakukannya.
Sementara Zahra,Siti,dan Naila mereka memilih jalan kaki supaya bisa sekalian olahraga pikirnya.
07.00!
Waktu dimana semua siswa MAN As-shidiq melakukan upacara bendera, sementara Zahra,Siti dan Naila belum ada tanda-tanda muncul di gerbang sekolah.
Brug brug brug.
Derap langkah mereka bersamaan begitu melihat gerbang sudah ditutup.
"Huh hah huhh" Napas Naila yang baru sampai.
"Hahh air aku butuh air" Ucap Siti sambil menopang kedua tangannya di lutut.
"Gimana ini, gerbangnya udah ditutup kita bisa kena takzir" Ucap Zahra dengan raut wajah khawatir.
"INI SEMUA GARA-GARA KAOS KAKI!" Teriak Naila seraya menghentakkan kakinya sebal.
"Ada apa ini?" Tanya Gus Zaki yang baru saja datang dari arah belakang.
Naila,Siti dan Zahra pun menengok secara bersamaan. Ada harapan mereka bisa masuk karena Gus Zaki pun terlambat
"Aduhh Gus tolong ini gerbangnya dibuka..." Seru Naila dengan nada memohon.
"Iya Gus, Kita telat gara-gara cari kaos kaki Naila yang hilang," Ucap Siti memasang wajah melas nya.
Sementara Zahra dia hanya terdiam ditempat saja, tak mengucapkan kata sedikitpun. Dia ingin sekali bicara buka gerbangnya namun hati menolaknya.
Kemudian Gus Zaki berjalan ke arah gerbang dan mencari satpam penjaga sekolah.
"Pak, tolong bukain gerbangnya!" Perintah Gus Zaki pada satpam bernama muklis.
Pak muklis yang sedang duduk dan meminum kopi hitam itu seketika beranjak untuk membukakan gerbangnya.
"Baik pak sebentar.""Kalian cepet masuk, upacara udah dimulai kalian tinggal ikut barisan!" Gus Zaki memerintahkan masuk pada Naila, Siti dan Zahra.
Zahra yang masuk duluan tanpa mengucapkan sepatah katapun. Disusul Siti yang mengucapkan terimakasih pada Gus Zaki yang telah memberi izin untuk masuk tanpa ada embel-embel takzir atau hukuman.
Sementara di akhir ada Naila yang berkata"Syukron Gus, Aku doain Ali dan Fatimah versi sekarang bisa berjodoh" Ucap Naila tersenyum menampilkan deretan giginya.Seolah mengerti maksud Naila bahwa Ali dan Fatimah adalah dirinya dan Zahra, Gus Zaki hanya mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum.
_____
Assalamualaikum❤️
Pembaca Azzahra udah 1K lebih. Alhamdulilah, Belum seberapa si kalau dibandingin sama penulis-penulis Pro tapi bersyukur banget karena niat awal cuman iseng semata tapi makin kesini makin serius nulis. Gak tau kenapa Nulis udah jadi hobby😆
Ohh iya tentu kalian suka dong sama cerita ini ya meskipun diam diam sukanya dengan gak vote, diam-diam suka kek kisah Gus Zaki sama Zahra aja lu:v
Banyak yang bilang
Up nya cepet dong
Ko cuman 1 Bab di publish, langsung 5 Bab dong biar sekalian.
Author si pengennya gitu cuman, bikin cerita itu gak gampang harus ngorbanin waktu dan pikiran, Aku nulis kalau lagi mood aja hehe dan itu yang jadi alasan lama Up:v
Jadi kalau pengen cepet Up tolong yang suka sama cerita Azzahra di promosiin ke temen kalian saudara, keluarga Rt/Rw semuannya gapapako, Karena Mood ku cuman Antusias para pembaca😆
Jadi promosiin ya ceritanya, Insya Allah bakalan dicepetin Up nya❤️🤗
Sekian terimakasih🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
AZZAHRA (On Going)
Fiksi Remaja❎ kadar baper+humor tinggi! [Spiritual-Humor-Romance] ___________ Kisah cinta ini akan sama seperti Sayyidana Fatimah Azzahra kepada Ali bin Abi Thalib namun aku tak bisa memastikan bahwa kamu seperti Ali yang membalas cinta fatimah. Sungguh kisah...