Fitting Baju

609 66 3
                                    


"Ki, nanti kita fitting baju ya, sama Marwah juga." seru Ustadzah Kulsum sambil menuangkan nasi pada piring Gus Zaki.

"Jangan sekarang mi, lagi pula pernikahan masih lama." Terlihat dari wajahnya Gus Zaki enggan untuk melanjutkan pernikahan ini.

"Lama bagaimana, 3 hari lagi kamu akan menikah." tegas Ustadzah kulsum menatap anak semata wayangnya.

Seketika hati Zaki berdebar mendegar bahwa dirinya akan menikah dalam 3 hari kedepan, dua minggu kebelakang dirinya menyibukan waktu sampai tak terasa 3 hari yang akan datang dia akan menjadi suami dari gadis yang dia tidak cintai.

"3 hari? Bukan nya seminggu lagi." Alibi Gus Zaki berharap ada uluran waktu.

"Abi lihat, kamu tidak menginginkan pernikahan ini Ki?"

"Bu-bukan begitu bi, maksud Zaki--"

"Maaf, di depan ada tamu kiyai." Seorang pekerja di rumah ini memotong pembicaraan Gus Zaki.

Kiyai Zikra tak menghiraukan lagi jawaban Gus Zaki dia langsung pergi menemui tamunya.

"Kamu bahagia dengan pernikahan ini?" pertanyaan tenang keluar dari Ustadzah kulsum dengan senyuman merekah nya.

"B-bahagia."

"Zaki akan mencoba." Batin Zaki.

"Bagus, kalau ada sesuatu Zaki bilang ya sama umi."

______

Sekarang Marwah tengah berada di kamar Zahra. Dia terlihat sedang mencari sesuatu.

"Dimana ya, waktu itu kita pernah ukur bareng-bareng." Marwah membuka laci lemari Zahra dan membuka satu persatu kertas yang ada di sana.

Dirinya sudah berada di sini sekitar lima belas menit yang lalu mencari selembar kertas namun tak kunjung menemukannya.

Sampai Marwah menyerah mengelap keringat di dahinya, tapi manik matanya menangkan kertas putih di bawah meja belajar Zahra. Tanganya terulur mengambilnya dan meniup kertas yang sedikit berdebu itu dan benar saja itu kertas yang dia cari.
"Ini dia." ucap Marwah dengan senyum merekahnya.

Kertas itu berisi ukuran baju dirinya dengan Zahra.
Dimasukan kertas itu pada saku gamis Marwah, Marwah baru mengingat bahwa tadi dirinya sempat melihat buku yang bertuliskan 'Assalamualaikum buku ini punya Ara.' kembali dia membuka laci dan mengambil buku yang di rasa tempat curhat Zahra. Dengan membaca Marwah berharap dapat memantapkan lagi keputusannya.

Lembar demi lembar dia membacanya, tak ada yang aneh cuman tulisan yang membuat Marwah tertawa membacanya sampai pada lembar ke tujuh, Marwah membaca.

Gus...

Waktu itu waktu pertama kali aku melihat mu di kelas.

Dan terus marwah membacanya sampai bait terakhir, sampai tak terasa satu tetes air mata membasahi pipinya. Dia tidak terkejut mengetahui bahwa Zahra mencintai Gus Zaki, Dia sudah mengetahui nya di malam pertunangan itu, dia lah orang yang mendengar semua perbincangan antara Zahra dan Zaki kala itu membahas mengenai kisah cinta mereka berdua.
Perempuan mana yang tidak sakit melihat orang yang dicintainya mencintai orang lain apalagi ini adiknya sendiri.

Jujur, waktu itu dirinya sangat hancur, menurutnya sakit hati yang Zahra alami tak sebanding sakitnya dengan sakit hati yang dirinya alami.
namun dia berusaha baik-baik saja di hadapan semua orang. Sampai malam tiba dia tidak tidur dia terus berdoa dengan cucuran air mata, berdoa agar dia mendapat jawaban, mengiklaskan? atau melanjutkan? Dua kata itu yang terus Marwah sebut.

"Aku yakin, ini keputusan yang terbaik." seru Marwah menatap kertas ukuran baju itu.

______

Gus Zaki dan Marwah sedang berada di butik di temani oleh Kiyai Zikra serta ustadzah kulsum. Tak ada Aksa serta istri dan anaknya mereka juga tengah sibuk menyiapkan pernikahan ini, Zahra dirinya juga masih di pesantren. Mereka hanya menitipkan ukuran baju masing-masing.

AZZAHRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang