Sebelum membaca terlalu jauh dipart ini, alangkah baiknya tekan bintang di pojok kiri bawah.
•
•
•
Terimakasih dan Happy Reading.Di sebuah ruangan bernuansa putih berpadu dengan warna emas, dengan dekorasi mewah juga elegan, lampu di setiap sudut ruangan terlapisi permata juga berlian.
Di atas ranjang besar, terbaring seorang gadis berambut merah darah bergelombang dengan mata tertutup rapat. Bulu mata lentik dan kulit seputih salju menjadikannya seperti sebuah lukisan 'gadis fantasi'.
Suasana tenang mendukung perawakannya yang tertidur layaknya seorang putri tidur, dengan pantulan cahaya bulan dari luar jendela, menambah keelokannya.
Beberapa detik kemudian, kabut hitam pekat menyelimuti seluruh tubuhnya. Entah kenapa, yang jelas tubuh gadis itu seperti mengeluarkan kabut hitam tersebut, dan dalam sekejap mata kabut itu langsung sirna.
Tak berselang lama, jari letiknya bergerak secara perlahan. Mata yang sendari tadi terpejam mulai terbuka. Menampakkan dua iris mata berwarna hitam, sama seperti kabut tadi. Lama-kelamaan warna itu memudar, berganti dengan merah keunguan.
"Ugh ...."
Sebuah erangan terdengar dari mulut merah ranumnya. Kecil dengan bibir bawah yang tebal. Tangannya bergerak memegang kepalanya yang pusing.
Saat pandanganya membaik, yang pertama kali dilihat adalah atap ruangan itu. Ornamen khas terukir indah di sana, apalagi berbalut warna emas berkilauan.
Sejenak pikirannya kosong, bingung dengan apa yang dilihatnya, begitu asing dipenglihatan gadis itu. Kepalanya masih sedikit pusing terpaksa berpikir dan mencerna apa yang terjadi.
Matanya membulat, segera mendudukkan badannya. 'Di mana aku' adalah kalimat pertama yang dikatakan.
"Tunggu! Suaraku kenapa begini? Bahasa apa yang aku gunakan?!" ujarnya kalang-kabut.
Mengedarkan pandangan, setidaknya jika dia berada di rumah sakit setelah tak sengaja menceburkan diri ke sungai saat mabuk, dia akan bersyukur. Tapi jika apa yang dipikirkannya benar, tamatlah sudah.
"Ini tak seperti di rumah sakit ... berarti benar aku telah diculik dan dijadikan kelinci percobaan untuk oprasi. Kalau cantik dan efek sampingnya sama pada oprasi umumnya aku tak masalah. Tapi ... kalau ... tidak sesuai ekspetasi ... bisa-bisa aku menjadi depresi."
"Untuk sekarang jangan pikirkan itu, aku harus cari tau di mana ini. Apa benar aku diculik? Kalau dilihat lagi, ruangannya terlalu mewah sebagai tempat sandra disekap, bahkan ini sangat-sangat mewah. Seperti kamar seorang bangsawan kerajaan ...."
Kaki gadis itu menyentuh dinginnya lantai marmer. Tanpa alas kaki, langkahnya mulai menelusuri setiap sudut, dia terkejut setengah mati. Oh, bukan, tapi sepenuhnya mati!
Seumur hidup, belum pernah melihat permata dan berlian secara langsung. Bahkan memikirkannya pun tidak, tapi kini dia sedang menyentuh benda-benda berkilau itu?!
"Seberapa kaya si penculik? Sampai-sampai mampu membeli tumpukkan permata dan berlian seindah ini. Apa kekayaannya melebihi Presiden? Atau uang kas negara?"
Kaki jenjangnya kembali berjalan, kini menuju sebuah cermin rias di sudut ruangan. Dirinya sudah tak sabar melihat bagaimana rupanya sekarang, apa setelah keluar dari tempat ini dia akan ditawari menjadi model? Artis? Atau Idol? Ini sangat mendebarkan untuknya.
Jika benar dia dioprasi.
"Oh Dewa ... apa ini aku? Sangat cantik! Sama seperti seorang putri di komik itu! Kalau begini caranya aku bisa debut sebagai Idol! ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am (Not) Antagonist
Fantasy"Begitu berat untukku lalui sendiri," lirihnya. Mella merupakan seorang gadis tak biasa di sekolahnya. Keluar-masuk ruang BK bersama ketiga temannya sudah menjadi rutinitas ketika masuk sekolah. Menggunakan nama ayah dan ibunya untuk segala hal, kek...