|| Bab 6 : 1796 Words ||
Sebelum membaca terlalu jauh dipart ini, alangkah baiknya tekan bintang di pojok kiri bawah.
•
•
•
🌼Terimakasih dan Happy Reading🌻Slrupp ....
Slrupp ....
"Pelan-pelan, sayang ...."
"Hokk! Apa?! Sayang?!"
"Ada apa? Apa seorang ibu tak boleh mengatakan 'sayang' kepada putrinya sendiri?" Duchess Catherine menempuk-nepuk pelan punggung Carlin yang tersedak.
"Bu-bukan seperti itu, hanya saja ka-- maksudku ibu, tidak pernah memanggilku seperti itu sejak kejadian--," ucapannya tersendat, memang disengaja.
Setelah berpikir selama makan, rencananya berubah total. Tadinya dia mengira akan lebih lama merebut hati mereka, namun nyatanya dalam sekali coba langsung dapat jackpot.
Sesuai rencana, kini Duchess Catherine merasa bersalah, ia hendak memeluk putrinya namun dengan cepat Carlin menghindar. Seketika suasana di ruangan itu menjadi dingin, sikap Carlin yang seakan berusaha menjauhi keluarganya memang tak salah. Mengingat apa saja yang pernah dilakukan mereka pada putri satu-satunya Keluarga Belora. Tatapan dingin, ejekan, culas, tak peduli, bahkna pengabaian mereka saat melihat putri keluarga itu di-bully para pelayan rendahan.
"Huh, setelah kalian meminta maaf, apa aku akan langsung menerimanya? Ohoho, tentu tidak segampang itu. Dalam raga Carlin terdapat jiwa pem-bully yang selama ini terpendam. Apalagi aura milik Carlin sangat pantas untuk peran ini."
Akhirnya Duchess Catherine menyerah untuk mendekati putrinya. Carlin kembali memakan sup yang sebelumnya dimakan.
Puas? Tentu saja. Hanya semangkok sup, membuatnya menjadi rakus.
"Bahkan makanan di restoran terenak yang pernahku datangi pun tak ada yang seenak sup ini! Apa benar para koki di sana memasaknya dengan benar?" argumennya.
Kasihan para koki yang dimaksud Carlin. Ternistakan.
Disaat dia akan memasukkan sesendok kuah sup terakhir, Jack, kakak kedua Carlin, berusaha mengambil perhatian orang-orang di meja makan saat ini. Termasuk Carlin itu sendiri.
"Khem! Perhatian semuanya! Berhubung Carlin sepertinya sudah sehat dan suasana hatinya sedang senang ... mungkin. Bagaimana kalau kita merencanakan Pesta Ulang Tahun Carlin yang ketujuh belas?!"
"KHOK!"
Untuk kedua kalinya, dia tersedak karena terkejut. Keempat orang di sana juga ikut terkejut melihat Carlin yang terbatuk-batuk, Duchess Catherine memberikan segelas air putih padanya dan langsung diminum olehnya.
"Apa kau bilang?! 'Pesta ulang tahun'?!" tanyanya terkejut yang tak sengaja menggebrak meja dan berdiri.
Jack hanya mengangguk kikuk, sedangkan yang lainnya menatap Carlin bingung. Biasanya saat akan diadakan pesat ulang tahun dirinya, dia selalu bersemangat dan akan membeli gaun-gaun mewah. Sambil berharap keluarganya akan melihatnya lagi dengan tatapan yang sangat dia rindukan. Walau akan tetap sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Berbeda dengan sekarang, Carlin nampak tak senang dan gusar, terlihat dari wajahnya dipenuhi peluh. Duke Serkan mencoba bertanya padanya, dan dijawab 'tidak ada apa-apa'. Namun tetap saja, rasanya ada yang aneh dari balik raut wajah putrinya, seakan ada rasa ketakutan akan kematian.
"Sial! Aku lupa tentang hal itu! Dasar Dewa sialan! Baru saja aku bangun dan dua hari ke depan aku akan mati, lagi?! Tidak! Tidak akanku biarkan! Bisa saja saat aku mati di sini, alih-alih berada di alam baka, bagaimana jika aku langsung diceburkan ke neraka?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am (Not) Antagonist
Fantasy"Begitu berat untukku lalui sendiri," lirihnya. Mella merupakan seorang gadis tak biasa di sekolahnya. Keluar-masuk ruang BK bersama ketiga temannya sudah menjadi rutinitas ketika masuk sekolah. Menggunakan nama ayah dan ibunya untuk segala hal, kek...