10. "Kenapa Dia di Sini?"

259 39 3
                                    

||Bab 10 : 3140 Words ||
Sebelum membaca terlalu jauh dipart ini, alangkah baiknya tekan bintang di pojok kiri bawah.
Jika ada typo, mohon tandai. Biar aku perbaiki.



🌼Terimakasih dan Happy Reading🌻

Hari ini aku sangat senang karena kakak dan duke memperbolehkan Sez untuk tingal di sini. Yah, setidaknya sampai dia benar-benar pulih secara total. Tapi jangan harap dia akan pergi, karena aku akan membuatnya berguna di keluarga ini.

Dalam langkahku menuju kamar, senyum tipisku tidak bisa lepas sejak bertemu dengan duke yang menyetujui Sez tinggal bersamaku. Betapa bahagianya, bisa bersama karakter favoritku.

"Nona, sepertinya anda sangat senang hari ini."

"Hm? Hahah, tentu saja, Rin. Aku bisa melakukan apapun sekarang tanpa ada yang menghalangiku—kecuali duke dan kedua kakakku. Butuh usaha yang besar agar mereka setuju," helaku.

"Tapi, nona, kelihatannya anda seperti sudah mengenal anak itu?" tanya Ren curiga.

Sepertinya aktingku perlu diasah. Aku tidak mungkin mengatakan bahwa aku sebenarnya bukan Carlin, melainkan orang luar yang sedikit mengetahui alur dari komik ini. Jangan sampai ada yang tau tentang rahasia besarku, sebab aku adalah akar dari semua perubahan yang sebentar lagi akan terjadi. Bisa-bisa aku dianggap penyihir hitam lagi.

"A-ahaha, benarkah seperti itu? Aku dekat dengannya karena dia anak kecil," tawaku canggung.

Nampaknya Ren tak mudah percaya. Tapi aku harap karena itu aku yang mengatakannya, dia akan percaya.

"S-sudahlah, aku ingin tidur siang, kalian keluarlah." Badan lemah ini kurebahkan di kasur yang empuk dan nyaman. Lebih dari kasurku sebelumnya.

"Baik, nona."

Baru saja mereka bertiga akan pergi, ada pelayan lain yang mengetuk pintu. Aku menyuruh Rin untuk menanyakan apa tujuannya. Beberapa detik kemudian, dia kembali dengan langkah senangnya. Dia meloncat-loncat sambil menghampiriku. Terlihat di tangannya memegang sebuah amplop surat berwarna coklat agak tua.

"Nona-nona! Coba lihat ini!" Surat itu disodorkan padaku.

Badanku yang sudah siap untuk meluncur ke alam mimpi harus terjaga kembali. Aku duduk dan mengambil surat dari tangannya. Ada stempel kerajaan di amplopnya.

"Astaga! Ini surat dari kerajaan?! Rin mengangguk, sedangkan dua lainnya hanya terbengong.

Langsung saja aku membuka lantas membaca isinya.

Gawat! Memangnya di komik Carlin diundang ke istana?! Kalau urusannya istana, pasti ada … pangeran.

Aku sejenak mengingat perkataan teman sekelas. Mereka mengatakan kalau pangeran masih ada di luar kota dan akan kembali saat festival hari ketiga. Lalu, kenapa surat ini mengatakan kalau aku dijamu minum teh ke sana jika tidak ada pangeran?

Mataku kembali membaca isi surat yang masih tinggal beberapa kata saja. Saat itu rasanya jantungku akan segera lepas! Keringat dingin mulai bercucuran. Badanku sontak menjadi tegang. Gigiku bergetar. Apalagi otakku menjadi panas karena terlalu syok membaca paragraf terakhir dari surat.

"Di-dia akan datang," gumamku.

"Siapa nona? Siapa yang akan datang?"

"Katakan nona, apa raja dan ratu yang akan datang?"

"Oh, kita belum menyiapkan nona!"

Mereka malah ribut sendiri, wajahku pasti menjadi aneh sekarang.

I Am (Not) AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang