9. Penuh Kekejaman

304 53 4
                                    

||Bab 9 : 3220 Words ||
Sebelum membaca terlalu jauh dipart ini, alangkah baiknya tekan bintang di pojok kiri bawah.
Jika ada typo, mohon tandai. Biar aku perbaiki.



🌼Terimakasih dan Happy Reading🌻

Masih di tempat yang sama dengan adegan terakhir kali. Carlin terperanga melihat kecantikkan pemeran utama wanita. Bagai Dewi Yunani, Violet nampak bersinar diantara gadis-gadis bangsawan di pojok sana.

"Maafkan saya, nona," ujar wanita di bawahnya dengan terisak.

Carlin melirik wanita itu lalu menyunggingkan senyum miring. Tak disangka, mereka akan takut padanya. Ternyata, ilmu bully yang pernah dia dalami selama tiga tahun masih memiliki dampak hebat sampai saat ini. Mungkin, itu adalah kelebihannya yang dulu menjadi bencana, sekarang menjadi penyelamat hidup Carlin.

"Hah, aku akan memafkanmu jika kau melakukan apa yang aku minta." Carlin menaikkan sebelah alisnya sambil mempertahankan senyuman miringnya.

"Baik, baik, nona. Saya akan melakukan apapun, selagi anda tidak memberitahu duke dan tuan muda."

"Terserah aku dong, mau bilang ataupun tidak--" Carlin kembali duduk dan menyilangkan kedua tangannya, "--itu bukan urusanmu. Yang pasti, jika kau tidak menurutiku ... entahlah apa yang terjadi," ancamnya.

Pandangannya beralih ke Sez yang tengah duduk dengan tenang di sana. Wajahnya masih tetap sama seperti sebelumnya, datar dan dingin. Lalu, netranya melirik ke para gadis bangsawan yang menonton.

"Kalian kira ini pertunjukkan?"

Secepat kilat mereka membalikkan badan dan sibuk dengan gaun-gaun yang akan dipilih mereka. Violet yang masih menatap Carlin dengan khawatir akhirnya bertemu dengan iris mata merah keunguan itu. Dia langsung mengalihkan pandangannya. Carlin hanya meliriknya sekilas lalu kembali ke wanita di sampingnya.

"Pertama, buatkan gaun sesuai pesananku sebelumnya. Gaun itu harus jadi sebelum tengah hari."

Wanita itu mendongak terkejut. "Ba-bagaimana aku harus membuat gaun itu dalam waktu singkat? Itu tidak mungkin!"

"Lihat mukaku." Carlin memposisikan wajahnya berhadapan lurus dengan wajah wanita itu.

"Apa ada wajah-wajah peduli?"

"T-tapi setidaknya anda mempunyai belas--." Belum selesai wanita itu berbicara, Carlin langsung menggebrak meja. Sampai membuat benda di atasnya berjatuhan saking kuatnya. Bahkan Sez pun terlonjat kaget.

Dengan aura ganas yang sudah lama tidak pernah dia keluarkan, Carlin menatap wanita itu sangat dalam. Seperti memfokuskan hawa memburunya pada satu orang. Mata tajam dan mengkilat seakan menatap buruannya dengan hina dan sarkas.

"Apa kau berani melawan kehendakku?"

Bahkan para lady di sana tak berani menatap ke arah mereka lagi. Memilih menghindar dan tak mau mendapat imbasnya.

"T-tidak, Nona Carlin! Aku akan langsung membuatnya!" Wanita itu berdiri dari tempatnya, "Izin undur diri," ujarnya lantas pergi dari sana diikuti beberapa pekerjanya.

Sudah terlihat jelas bahwa sebentar lagi reputasi Carlin meningkat tajam. Apalagi adegan tadi dilihat oleh publik, mungkin berita ini akan menyebar dengan cepat.

"Menebar ketakutan lebih mudah, mereka akan segera mengembalikan kehormatanku sebagai seorang putri duke."

Matanya melihat ke arah pelayan yang membersihkan mejanya. Kue-kue yang tersusun rapi sebelumnya, kini menjadi berantakan dan secangkir teh itu pun juga membuat noda di taplak meja berwarna putih bersih. Keempat ujungnya menggantung, menutupi sebagian gaun Carlin.

I Am (Not) AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang