5. Kepergiannya

532 73 10
                                    

|| Bab 5 : 1221 Words ||
Sebelum membaca terlalu jauh dipart ini, alangkah baiknya tekan bintang di pojok kiri bawah.



🌼Terimakasih dan Happy Reading🌻

Perlahan cahaya masuk ke dalam ruangan, di mana Carlin terbaring di atas ranjangnya. Dia masih menutup matanya selama seminggu, di sampingnya terlihat seorang pria berambut merah tengah duduk di kursi, tepat di samping Carlin terbaring. Bisa dibilang ia sedang menjaganya, tak lain adalah Duke.

Saat ia melihat tubuh anaknya terjatuh, rasanya dunia seakan berhenti berputar. Waktu seakan melambat, dan membiarkannya melihat putrinya pingsan setelah meluapkan emosi yang selama ini terpendam. Ia menyalahkan dirinya, tidak seharusnya ia melakukan semua itu dengan alasan 'melindungi'. Betapa tersiksanya dia selama ini, dan sebagai ayah, ia hanya melihat putrinya dianiaya oleh pelayan rendahan bahkan masyarakat.

"Betapa kesepiannya hidupmu ... ini salahku yang gagal menjadi ayah yang baik untukmu, ini salahku yang salah dalam mengambil keputusan," gumamnya sambil menangkup wajahnya yang terlihat lelah.

Dokter dan ahli sihir terbaik di kekaisaran sudah didatangkan, namun mereka tak bisa mendiaknosa apa yang sebenarnya terjadi. Ramuan obat herbal berhasil masuk ke dalam tubuh gadis itu, namun hasilnya nihil.

Kedua anaknya telah memanggil dokter dan ahli sihir terbaik di sini, juga beberapa kenalan mereka yang dapat dipercaya. Istrinya juga membuat ramuan obat herbal yang turun-temurun diwariskan. Semua telah dilakukan dengan cara apapun. Tetapi Carlin masih belum sadar sampai saat ini.

Jiwa Carlin dan Mella yang sempat meninggalkan tubuh Carlin, kini berada di sebuah dimensi tanpa objek selain mereka berdua. Semuanya berwarna putih. Bahkan Mella ragu jika dia menapakkan kakinya ke lantai atau tanah, dirinya seakan melayang.

"Kenapa kau lakukan itu hah?! Kau sudah berjanji tidak akan mengganggu rencanku! Tapi kenapa tiba-tiba kau ingin masuk?!"

Di hadapan Mella, berdiri seorang gadis berambut merah panjang bergelombang, iris mata merah keunguan itu menatapnya dengan kosong. Seperti tak ingin menjawab pertanyaan Mella tadi.

"Jawab, Carlin! Kau kenapa?! Padahal sedikit lagi aku bisa mengambil hatinya, rencananya setelah mengatakan itu aku akan terduduk menangis, lalu ia akan memelukku. Dan selesai! Tapi kau menghancurkan semuanya! Jika sampai tingkahmu ini mempersulitku nanti ... awas saja kau!"

Sekarang tubuh Mella seperti dulu--sebelum masuk ke raga Carlin. Wajahnya cantik, putih dan mulus. Rambut bob menggantung di sana, terlihat halus, mungkin jika ada lalat menempel akan terpleset.

'Maafkan aku, Mella ... aku ... aku hanya terbawa emosi. Aku tak tau harus berkata apa padamu saat ini, yang jelas, emosiku waktu itu tidak stabil. Pada akhirnya aku juga merusak rencanamu, maafkan aku,' lirihnya.

Ia tertunduk, tak bisa menatap mata Mella seperti sebelumnya. Ia merasa bersalah, harusnya ia menunggu sebentar lagi, dan semuanya akan berjalan seperti yang dimau. Tapi egonya yang menginginkan penjelasan atas semua perlakukan Duke pada dirinya terlalu besar, membuatnya hilang kendali dan malah berusaha memasuki tubuhnya yang saat itu dirasuki Mella. Membuat jiwa keduanya merasakan sakit seakan Malaikat Pencabut Nyawa menarik paksa jiwa di dalamnya.

'Maafkan aku, Mella.'

"Aish! 'Maaf, maaf dan maaf'! Haruskah kau mengucapkannya beberapa kali?! Sisakan aku kalimat itu, aku juga ingin meminta maaf padamu, tidak seharusnya aku menyalahkan dirimu. Aku mengerti yang kau maksud, tapi lebih baik, seberapa kesalnya kau pada keluargamu, tahanlah sebentar lagi. Ketika malam tiba, kau bisa melampiaskannya, kita akan bertemu seperti pertama kali."

I Am (Not) AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang