Setelah beberapa saat menghabiskan waktu dengan tiga orang dari kerajaan. Akhirnya aku bisa pulang dengan lega. Rasanya tujuanku untuk hidup tenang akan bisa terlakasana sebentar lagi. Raja sudah menyetujui pesta malam itu dan segera membantu persiapannya. Walau mendadak, tapi untuk seukuran keluarga kerajaan, itu adalah hal gampang. Fredhick juga setuju dengan rencana pembatalan pertunangan kita. Sekali mendayung, dua tiga pulau diarungi.
Eh, diarungi atau dilewati, ya? Ah, entahlah, anggap saja begitu.
Tadi, ketika orang narsis itu mengantarku sampai ke kereta kuda Belora. Aku sempat berbincang sedikit dengannya.
#FlashbackOn
"Raja bilang, kau harus memberiku hadiah ulang tahun." Langkahku terhenti di belakangnya.
Fredhick ikut berhenti dan berbalik melihatku dengan tatapan tajamnya. Dia seakan ingin melemparku ke kandang anjing sebagai makanan. Kedua tangannya disilangkan di depan dada bidangnya.
"Jangan salah paham dulu! Hadiahku ini pasti akan kau berikan dan sangat menguntungkan kita berdua."
Dia diam sejenak, menatapku intens. "Maksudmu?"
"Maksudku, aku meminta hadiah pembatalan pertunangan kita. Bagaimana? Kau pasti setuju, 'kan?"
"Kau sudah gila?! Membatalkan pertunangan dengan anggota kerajaan itu dianggap penghinaan. Kau mau aku menyetujui bahwa kau yang membatalkan pertunangan ini? Begitu?!"
Orang ini, di dalam otaknya hanya ada pikiran negatif, ya?
Aku menghembuskan napas kasar. "Bukan, kau mengklaim bahwa aku telah melakukan perbuatan yang tidak bisa kau maafkan, lalu kau membatalkan pertunangannya karena masalah itu bisa mempengaruhi reputasi kerajaan. Lantas meminta pada raja agar membatalkan pertunangannya, aku juga akan berusaha meyakinkan keluargaku untuk membantu rencana ini. Dan, selesai. Pertunangan ini berakhir," jelasku.
"Jadi keluarga duke ta--" sebelum percakapan ini menjadi panjang tak berujung dan tidak membuahkan hasil, aku segera memotong perkataannya.
"Ini adalah keinginan pribadiku. Tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga duke .... Kita dijodohkan karena perjanjian leluhur, antar dua sahabat, yang tidak bisa terlaksanakan oleh mereka. Lalu perjanjian itu diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Pangeran yang paling tau soal perasaan pangeran. Kita tidak saling suka, hubungan yang dilandasi kebencian bisa jadi berakhir tragis ke depannya."
Aku menghirup udara sebentar, lalu melanjutkan khotbahku dengan percaya diri.
"Lagi pula di hati pangeran sudah terisi seseorang, tak lain adalah Violet. Bagaimana bisa saya masuk ke dalam sana ketika ruangnya sudah terisi penuh? Akan menyesakkan bagi saya yang terus memaksakan untuk mengambil alih ruangan itu."
Tak ada tanda-tanda Fredhick akan membalas ucapanku. Tetapi mulutnya mulai terbuka dan akan mengatakan sesuatu.
"Apa kau sebegitu inginnya untuk membatalkan pertunangan?"
What the f*ck! Aku sudah menjalaskan panjang lebar tapi dia tidak--ah sudahlah. Aku tidak bisa berkata lagi.
Dengan senyuman kecil, aku menjawab pasrah pertanyaan yang sudah jelas jawabannya. "Pertanyaan anda sudah terjawab dari tadi."
Dia menghembuskan napas berat, lalu berbalik dan melanjutkan langkahnya. Meninggalkan aku yang setia menunggu kalimat 'aku setuju untuk membatalkan pertunangan' atau 'baiklah'.
#Off
Sial! Kalau aku mengingat kejadian itu rasanya ingin kucabik-cabik muka tebalnya! Setidaknya katakan sesuatu untuk putri yang nyawanya sedang terancam malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am (Not) Antagonist
Fantasy"Begitu berat untukku lalui sendiri," lirihnya. Mella merupakan seorang gadis tak biasa di sekolahnya. Keluar-masuk ruang BK bersama ketiga temannya sudah menjadi rutinitas ketika masuk sekolah. Menggunakan nama ayah dan ibunya untuk segala hal, kek...