8. First Male Scene

377 50 1
                                    

||Bab 8 : 3595 Words ||
Sebelum membaca terlalu jauh dipart ini, alangkah baiknya tekan bintang di pojok kiri bawah.
Jika ada typo, mohon tandai. Biar aku perbaiki.



🌼Terimakasih dan Happy Reading🌻


"Anak kecil?"

"Sebaiknya nona tetap di kereta, biar saya dan Ren yang akan turun," mantap Ran.

"Tapi ... aku harus tau bagaimana rupa anak kecil itu. Biarkan aku turun!" aku mendesak mereka.

Jika perkiraanku benar, seharusnya di sini. Dan aku tidak boleh menyia-nyiakannya.

"Tidak bisa, nona! Kami sudah berjanji untuk te--!"

"Ah! Aku bilang minggir!" Aku terpaksa menggunakan nada tinggi dan mendorong Ran ke samping yang menghalangi jalan keluar.

Sungguh, aku terpaksa. Aku ingin mengetahui siapa anak kecil yang dimaksud kusir tadi. Ketika hendak memegang gagangnya, pintu itu terbuka terlebih dahulu dan menampakkan lelaki besar berseragam prajurit Belora. Rambutnya hitam kecoklatan dengan iris mata senada. Dia sedang menatapku bingung.

"Nona? Apa yang anda lakukan?"

"Aku akan keluar, jika kau menghalangiku, aku tidak akan segan--," dialogku terputus ketika lelaki itu mengulurkan tangannya. Aku yakin pose itu adalah pose di mana seorang pria membantu seorang wanita untuk turun dari kereta kuda. Aku mengetahuinya dari Duke Serkan yang tengah membantu Duschess turun dari kereta kuda kemarin.

"Eh? Aku ... diperbolehkan melihat anak kecil itu?" Dan dijawab anggukan herannya.

Mataku melirik Ran yang sudah berdiri dengan Ren dan Rin yang berada di sampingnya. Tampak raut mereka menjadi takut dan ragu.

"Maaf, tapi ini salah satu kepingan besi yang akan melindungi hidupku."

Langkahku berjalan ke luar. Pemandangan yang pertama kaliku lihat adalah tatapan sinis, kebencian, dan juga jijik dari para penduduk yang berkumpul di sana. Menghiraukannya sama seperti membuang berlian ke tengah jalan.

Aku sudah memprediksi tempat yang baru saja dilalui. Ini adalah jalan di mana Violet bertemu dengan male lead nomor satu.

Dibantu prajurit tadi, aku bisa melewati kerumunan dengan tenang. Dia menjauhkan mereka dariku. Wajahnya memang tampan, tapi ada sedikit aura menakutkan dari Jack. Matanya menajam ketika melihat mereka menghinaku di depannya.

Jika dia adalah Jack, bisa dipastikan orang-orang ini telah tewas mengenaskan.

Langkahku terhenti di samping anak kecil itu. Rambut coklat sedikit kemerahan di ujung, kulit pucat, dan manik mata coklat tapi sedikit ada kilatan warna orange dan merah di dalamnya. Seperti ada api dibalik warna coklatnya.

Anak kecil dengan lutut terluka agak parah, tidak meneteskam air mata setitik pun. Raut wajahnya dingin, sedingin lantai marmer saat malam hari di kamarku. Mungkin lebih dari itu

Sez, pemeran utama laki-laki kesatu. Seorang penyihir lemah yang menjadi kuat ketika melihat pemeran utama perempuan dalam bahaya. Memang terlihat tak berguna, tapi sejujurnya dia adalah penguasa api legendaris. Hanya saja orang-orang di sekitarnya tidak sadar kekuatan terbesar di dalam tubuh anak ini. Sebab kekuatan itu masih tersegel rapat di dalam jantungnya.

I Am (Not) AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang