14. MA FAUTE 2 - [MY FAULT 2]

37 6 0
                                    

╭⋟───────────────────────╮

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

╭⋟───────────────────────╮

“Can anyone remember love? It’s like trying to summon up the smell of roses in a cellar. You might see a rose, but never the perfume.”

-Arthur Miller

[Am Perfume]
╰───────────────────────⋞╯

-------- ≪ °✾° ≫ --------

Jika tadi Jay yang panik bukan kepalang, sekarang bertukar menjadi Vall yang panik. Bahkan lebih panik daripada Jay.

Mereka tiba di rumah sakit yang diberi tahu oleh Yong Jin. Jay menurunkan Vall di loby rumah sakit terlebih dahulu, membiarkan Vall lebih dulu menemui Am, karena ia harus memarkirkan mobilnya terlebih dahulu.

Vall lari sekuat tenaga agar bisa bertemu dengan Am secepat mungkin. Untung saja Yong Jin memberi tahu di mana ruangan Am berada. Yang harus Vall lakukan sekarang hanya perlu berlari dan terus berlari.

Dadanya sakit dan sesak, napasnya tercekat. Tak kuat untuk melihat keadaan Am. Membayangkan hal terburuk yang terjadi kepada Am.

Merutuk dirinya yang sebenarnya tak bersalah. Berandai-andai dengan bayangan yang berputar di otaknya.

Sekujur tubuhnya dipenuhi bulir-bulir keringat yang besar karena terus berlari. Bahkan badannya gemetar hebat tatkala ia sampai di lantai ruangan Am.

Vall jalan dengan tertatih mencari ruangan Am. Berdoa, berharap tak separah apa yang ia pikirkan. Mencoba berpikir jernih disaat situasi tidak mendukung.

Vall terus berjalan cepat ke lorong terakhir yang harus ia periksa ruangannya satu per satu.

Hanya tersisa satu ruangan, sudah pasti ruangan Am. Vall memelankan langkahnya, Tak kuat matanya harus melihat keadaan Am.

Air matanya mulai membendung di mata indahnya. Napasnya mulai tak teratur karena ada rasa sakit di dalam hatinya.

Seketika Vall sampai pada ruangan Am. Tangisnya pecah saat itu juga, melihat lelaki yang mengubah hidupnya terbaring tak berdaya dengan banyak luka di tubuhnya.

Matanya terpejam menandakan ia tak sadar, disampingnya ada alat yang terus-menerus berbunyi memperlihatkan grafik detak jantungnya. lemah.

Vall hanya bisa memandang dari balik kaca tersebut. Mengelus kaca seolah adalah wajah Am yang ia sentuh.

Wajahnya terus berderai air mata, sambil batinnya yang menyalahkan atas kejadian ini. Vall memejamkan matanya, mengepalkan kedua tangannya dengan erat, memohon kepada Tuhannya.

Tangan yang saling mengepal itu menjelaskan yang sudah pasti. Begitu sungguh dan hikmat dalam doanya. Berharap hal terbaik diberikan Tuhannya.

Dalam kesungguhannya  berdoa, tiba-tiba ada yang menarik badannya. Vall yang sedang berdiri, tersungkur ke bawah dengan keadaan lututnya yang terbentur lantai.

DESTINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang