MR14

3.7K 387 28
                                    

Menemukan Rasa By JiiKeiha

Naruto © Masashi Kishimoto

.

.

.

"N-Naruto-kun?"

Hinata terbelalak melihat Naruto dengan wajah kusut berdiri di depannya. Ia bisa merasakan jika cakra Jinchuriki Kyuubi itu begitu kacau.

"A-apa yang kau lakukan di sini?" Hinata tentu panik, ia takut ada yang melihat Naruto datang, tanpa memikirkan bagaimana Naruto bisa masuk ke dalam komplek perumahan Klan Hyuuga. Siapa pun tau Naruto adalah salah satu ninja terkuat di sana. Ia bisa dengan mudah menyelinap ke mana saja, bahkan ke tempat pemilik kekkei genkai sekalipun.

"Hinata," lirih suara Naruto memanggil namanya. Hinata merasa dadanya sesak saat ia melihat air mata tergenang dan mengalir di wajah Naruto.

Spontan jemari Hinata menghapus air mata tersebut. Sentuhan Hinata membuat Naruto memejamkan mata.

"Naruto-kun,"

"A-aku ingin bersamamu, s-sebentar saja—" Hinata tertegun, membiarkan jemarinya yang tadi menghapus air mata Naruto kini digenggam oleh pria bersurai kuning itu. "—temani aku, sebentar saja."

Hinata dilema, apa yang harus ia lakukan sekarang. Dalam hati Hinata tidak tega melihat keadaan Naruto yang terluka. Luka dalam yang Hinata sendiri bisa merasakannya.

"Hinata—"

Hinata mengangguk pelan sebagai jawaban. Sedetik berikutnya, Hinata tenggelam dalam pelukan Naruto yang telah berubah ke sage mode dan dengan cepat membawa Hinata pergi ke suatu tempat.

Pemakaman Konoha.

Tubuh Hinata yang hanya terbalut pakaian dalam dan kimono handuk tidak seberapa tebal membuatnya menggigil kedinginan saat cakra Kyuubi dari Naruto telah menghilang. Sebagai gantinya, Naruto memakaikan mantel miliknya ke tubuh Hinata.

Mengusap pelan kepala Hinata dengan penuh kasih sayang. Membuatnya kembali bisa melihat rona merah di wajah Hinata yang sangat ia rindukan.

Naruto menggenggam tangan Hinata, menuntun gadis itu ke makam kedua orangtuanya.

Minato dan Kushina.

Hinata ingat, dulu saat mereka pertama kali menjalin hubungan, Naruto pernah juga mengajaknya ke tempat ini.

"Tousan, kaasan ... lihat siapa yang aku bawa! calon menantu untuk kalian." ujar Naruto riang kala itu.

"Lihatlah, bukankah dia sangat cantik!" Saat itu Naruto menangkup wajahnya, mengelus pipinya dengan ibu jari. Sentuhan yang berhasil membuat jantung Hinata berdegup kencang seperti genderang perang.

"Tousan, kaasan, aku datang ... dengan Hinata."

Lamunan Hinata buyar, ia menerima tangan Naruto yang memeluk ruas jemarinya. Naruto menarik Hinata agar lebih mendekat ke arahnya.

"Maafkan aku yang bodoh ini, karena selalu menyakitinya—"

Naruto melihat ke arah Hinata yang memilih menundukkan wajah.

"Selalu membuatnya menangis," ucap Naruto parau.

Angin dingin berhembus, membuat Hinata tanpa sadar menggenggam erat tangan Naruto yang besar dan hangat.

Hinata melihat ke arah Naruto saat Naruto malah mengurai genggaman tangan mereka. Sebagai gantinya, Naruto melingkarkan lengan di bahu Hinata. Menarik gadis itu agar lebih dekat ke arahnya.

Saat itu pula Naruto tak bisa lagi menahan tangisnya.

"M-maafkan a-aku Hinata," Naruto menciumi puncak kepala Hinata yang bersandar di bahunya. Hinata memilih untuk memejam, menata hatinya, menguasai emosinya dan membunuh ragunya.

Ragu dengan semua yang telah ia putuskan. Ia tak pernah menyangka sebelumnya jika Naruto akan sangat menderita dengan perpisahan mereka.

"A-aku baru sadar jika aku begitu rapuh tanpamu, Hinata." Naruto terduduk di tanah pekuburan, beralas rumput yang telah putih karena salju di beberapa bagian, dengan Hinata di dalam dekapannya.

"A-aku mengikhlaskan mu, Hinata." Hinata membalas pelukan Naruto. Kedua tangannya saling melingkar tak begitu erat memeluk pinggang si pahlawan desa.

Cinta pertamanya, mungkin juga masih menjadi pemilik sebagian hatinya.

"Terima kasih untuk semuanya, Hime." Naruto menangkup wajah Hinata. Mengangkat wajah itu agar bisa lebih leluasa ia lihat.

Cantik, meski memerah karena menangis, Hinata masih tetap menawan.

Bibirnya yang setengah terbuka seperti mengundang Naruto untuk menguncinya. Naruto memiringkan wajah, mulai menipiskan jarak, tangannya bergerak menekan tengkuk Hinata agar wajah gadis itu pun mendekat ke arahnya.

Blue saphire Naruto terlihat begitu meneduhkan, dan masih bisa membuat Hinata mabuk kepayang, Hinata memejam ... bayangan wajah Kakashi yang ia lihat, serta suara baritone-nya yang ia dengar.

"Aku hanya ingin membantu menyembuhkan lukamu .... itu pun jika kau bersedia untuk sembuh."

Saat hidung keduanya hampir saling bersentuhan, Hinata menundukkan wajah hingga bibir Naruto menempel di keningnya.

Begitu dalam dan cukup lama Naruto mencium kening Hinata.

"N-Naruto-kun," cicit Hinata, "A-aku mau pulang."

Naruto melepas ciumannya. Mengangguk seraya mengusap wajah Hinata dengan ibu jarinya.

Sore itu Hinata akan bertunangan dengan Kakashi. Hinata tidak bisa membayangkan sudah seperti apa paniknya Klan Hyuuga saat menyadari dirinya tidak ada di sana.

.

.

.

"Cari sampai ketemu!"

Hiashi berteriak murka, pasalnya sejak siang Hinata tidak ada di kamarnya dan yang membuat Hiashi gusar adalah kenyataan bahwa ia merasakan cakra Naruto di kamar Hinata.

"Jangan lakukan ini pada tousama-mu, Hime."

Kakashi yang mendengar hal itu, memilih ikut mencari Hinata, bersama Ko dan Shikamaru mereka akhirnya menemukan keberadaan Hinata di Pemakaman Konoha.

Kakashi melarang Ko dan Shikamaru mendekati pemakaman, ia meminta kedua orang tersebut untuk kembali ke rumah keluarga souke dan memberitahu Hiashi bahwa Hinata mengunjungi makam Neji dan akan pulang bersamanya.

Keduanya menuruti Kakashi.

Kakashi sendiri mulai memanipulasi cakra agar keberadaannya tidak terdeteksi.

Kakashi melihat keduanya dari atas dahan pohon yang jaraknya cukup jauh, namun memungkinkan ia untuk melihat apa saja yang keduanya lakukan.

Kakashi berencana ingin menghampiri dan mengajak Hinata kembali, namun saat melihat interaksi mereka, Kakashi mengurungkan niatnya.

Terlebih saat ia melihat keduanya akan berciuman. Kakashi seakan tak sanggup untuk berlama-lama dan memutuskan untuk pergi dari sana dengan perasaan sesak dalam dadanya.

Kakashi memejam, haruskah ia teruskan?

Luka terdalam adalah ketika ia tak mampu melihat dengan mata, dan kesedihan terpendam adalah ketika ia tak mampu mengucapkan dengan kata-kata.

Tanpa sadar dan tak butuh waktu lama, Kakashi telah jatuh cinta pada seorang Hyuuga Hinata.

.

.

.

-tbc-

Poor Kakashi 😭

ThankissJiiKeiha

Menemukan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang