MR04

4K 402 65
                                    

Menemukan Rasa By JiiKeiha
Naruto © Masashi Kishimoto
.
.
.
.

Baik Naruto maupun Sakura terdiam sejenak sesaat setelah kepergian Hinata. Naruto meletakkan sendok di atas mangkuk yang isinya tinggal setengah. Sakura membebaskan dada Naruto, memilih duduk berhadapan dengan Naruto sambil memeluk bantal.

"Kejar dia, Naruto-kun." Sakura melihat keraguan di wajah Naruto.

"Aku takut dia salah paham," terangnya. Naruto menggerakkan bibir seperti ingin mengucapkan sesuatu namun pria itu kembali mengatupkan bibirnya.

"Naruto-kun, gomenasai.... karena aku, kau dan Hi-"

"Sst." jemari Naruto menyentuh bibir Sakura, menyuruhnya untuk berhenti bicara.

"Hinata akan salah paham." Sakura melanjutkan setelah menyingkirkan jemari Naruto.

"Nanti aku akan bicara padanya. Sekarang kondisimu jauh lebih penting."

Naruto mengacak rambut Sakura. Berdiri membawa mangkok bubur bekas makan siang Sakura.

"Aku ke dapur dulu. Jangan lupa minum vitamin yang diberikan Tsunade-baasan padamu."

Naruto melangkah pelan, ia masih bisa mendengar suara Sakura bergumam, "Arigatou, Naruto-kun."

Suara kucuran air dari keran tak memutus lamunan Naruto. Sejujurnya ia sedang dihadapi dalam situasi yang ia sendiri tidak mampu memecahkannya. Ia mencintai Hinata tapi ia pun tidak bisa meninggalkan Sakura.

Naruto membasuh mangkuk keramik dengan air, membiarkannya berlama-lama di sana.

Ingatannya akan wajah sendu Hinata membuat sesuatu di dalam dadanya terasa nyeri.

"Kau bodoh Naruto!"

Naruto tersentak, Kurama sedang berbicara padanya.

"Kau harus segera memutuskan sebelum salah satu dari mereka terluka lebih dalam karena kebodohanmu!"

"Aku tidak minta pendapatmu, Kurama!"

"Terserah!" Naruto mendengus, mematikan air keran dan mengelap tangannya asal.

"Jangan sampai kau menyesal dengan pilihanmu."

.

.

.

Suasana di pemakaman Konoha siang itu begitu senyap. Angin musim gugur berhembus memaksa Hinata mengeratkan syal yang ia kenakan untuk membuat lehernya tetap hangat.

Hyuuga Neji

Nama itu terlukis indah dengan tinta emas di atas batu nisan. Hinata meletakkan bungkusan berisi makan siang Naruto di sampingnya yang sedang duduk bersimpuh di depan makam Neji.

"Apa kabar Neji-nii?" suaranya terdengar parau.

"Aku rasa kau baik-baik saja di sana-" Hinata menyeka setetes air mata yang mengaliri pipinya. "-aku merindukanmu, Neji-nii." Hinata menggigit bibir, menahan isak tangisnya.

Menemukan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang