Haechan hanya sedang bertahan. Mark baru paham makna bertahan kali ini jauh lebih sentimental.
...
angst | light-fluff | long ass paraghraps | hugs cuz im craving for soft-haechan lately :'
...
Mark mengusap dahi, memicingkin irisnya kala memandang yang lebih muda kini bergelung dalam peluk remang. Berbaring di atas sofa, dalam balut sweatshirt uzur dan celana training, kulitnya memantulkan cahaya jingga ruang yang lahir dari pancar lembut lampu tidur. Semuanya terasa familier, hangat dan menenangkan bagai rumah. Sebuah pagi yang klasik: Haechan kembali tertidur di ruang tamu semalam suntuk dan tidak ada yang memindahkannya.
Taeyong hyung belum bangun dari tidurnya, tampak dari lorong dapur yang masih berdampingan dengan gelapnya fajar. Biasanya, sang kakak yang lebih tua akan terbangun sedikit lebih pagi dari yang lainnya, menyeduh kopi jika sedang malas, memasak jika dirinya sudah mampu memisah dan memilah perbedaan diantara fana dan nyata (dimana opsi kedua lebih sering terjadi). Kejadian hari ini cukup jarang terjadi. Namun, masih dalam jangka dimana Mark masih mampu menghitungnya dengan jari. Salah satu sisi dalam dirinya bersyukur karena yang lebih tua memang pantas untuk rehat sedikit lebih lama, dunia terus berputar dan Mark heran mengapa Taeyong masih waras.
Merasa dirinya sendiri belum sadar betul, Mark memutuskan untuk duduk di atas sofa, bersebelahan dengan Haechan yang tampak mungil. Tidak jarang memang bagi Haechan untuk tidak tidur di kamarnya bersama Johnny.
Separuh dari diri Mark memahami sisi sensitif Johnny tidak selalu nyaman hidup dalam ruang sosial. Johnny juga perlu ruang sendiri untuk evaluasi. Berusaha menjadi seorang adik yang baik, Haechan tentunya memahami hal tersebut lebih dari siapapun. Alhasil, tidak jarang Haechan berinisiatif dengan menendang bokongnya sendiri, menghabiskan malam di atas sofa. Seorang diri, bermalam tanpa bantal.
Masalah ini sudah sering menjadi bahan perbincangan diantara mereka bersembilan. Johnny akan selalu berkata, "Aku baik-baik saja, Haechan-ah. Aku akan lebih senang jika kau menemaniku di kamar." Diikuti oleh Doyoung yang berceramah panjang soal dampak buruk udara malam bagi kesehatan. Sejak saat itu, Haechan mulai mengurangi jadwal tidurnya bersama ruang tamu. Semuanya mulai bernapas lega dan kembai berjalan normal. Namun, akhir-akhir ini kebiasaan lama itu kembali terulang, menampik ketenangan sesaat para member, membuat semuanya kembai gencar.
Bagi Mark, kebiasaan Haechan tidak salahnya dilakukan jika memang tidak dikaitkan dengan urusan kesehatan raga. Semua orang memang butuh ruang sendiri. Hal yang Mark khawatirkan bukanlah Johnny yang butuh ruang privasi, melainkan Haechan.
Berisik akan selalu menjadi satu kata yang awalnya Mark gunkan untuk mendeskripsikan Haechan 7 tahun lalu. Yang lebih muda akan selalu mengganggunya, menjeratnya ke dalam masalah, melumat kewarasannya hingga tidak lagi berwujud jelas. Seiring kedewasaan mulai membenturkan dahinya pada dinding realita, Mark seakan terbangun dari alam spiritual lain ketika menyadari satu fakta: yang berisik itu dirinya, bukan Haechan.
Haechan akan selalu berdiri tegap, kukuh tanpa kata, menghadapi dunia seorang diri seakan dirinya adalah pilar yang menjulang, menopang bumi dan langit tanpa tergoncang. Tidak seperti Mark yang selalu tenggelam dalam khawatir dan ragu. Ia hanya pandai berusaha dan tidak menyerah dalam tempo singkat, tidak seperti sang adik yang selalu tampil sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mess
Short StoryTempat dimana Mark dan Haechan dapat menjadi apapun yang mereka inginkan, kumpulan cerita pendek dimana keduanya menjadi tempat untuk saling berlabuh. || ©redwavyorca, 2021.