Child

579 37 3
                                        


Mark sama sekali tidak menyangka bahwa Haechan justru menangis ketika pertama kali mendengar Child.


----

canon compliant | midnight talk | character study | relationship study | fluff-hurt-comfort | soft hc & mk | intinya hc nangis pas mk nyetel child pertama kalinya

----


"Haechan-ah," suara bariton serak yang sudah terekam jelas dalam setiap inci eksistensinya—dan Lee Haechan menjadi Lee Haechan—tak kuasa untuk menahan jengah, "apa kau punya waktu luang?"


Mark berdiri kikuk di ujung pintu kamar Haechan, membawa serta iPad kepunyaannya yang sudah tampak lusuh. Figur tubuh kekar yang lebih tua terlihat mungil dalam balut hoodie. Tampak lembut ditengah naung biru yang semakin sering ia jumpai akhir-akhir ini. Kacamata yang menggantung pada tungkai hidung tampak miring, selaras dengan senyum yang terpatri pada wajahnya.


Begitu sederhana dan naif. Dua prakata yang akan selalu bernaung dalam pribadi sosok yang satu sentimeter lebih jangkung.


Apakah 24 jam tidak cukup bagi dunia untuk membuat Haechan terus bertemu dengan sosok Mark Lee? Karena sejujurnya, Haechan tidak merasa cukup.


"Aku ini manusia sibuk, Makgeolli, pastikan kau membuat surat janji terlebih dahulu jika hendak menemuiku."


Mark sama sekali tidak menanggapi gurau renyah Haechan. Berdalih memandang iris yang satu tahun lebih muda. Really? You're joking right now?— kurang lebih begitu arti tatapan malasnya.


Haechan selalu mengenal Mark sebagai sosok yang tidak pandai menyembunyikan perasaan dan angan. Bagai sebuah kotak pandora, hatinya dipenuhi oleh banyak lipatan kertas yang tersusun rapi, masing-masing menyimpan lirik emosi. Sebuah kotak yang tidak pernah seutuhnya tertutup, tetapi tidak selalu terbuka dengan lebar.


Sosok yang lebih tua kerap kali terkesan naif. Ketika mereka pertama kali bertemu, Mark bahkan belum paham perihal bagaimana caranya menata hati dan emosi diri. Beruntung Haechan ada di sana, dirinya punya sejuta cara untuk memaksa kotak itu untuk terbuka.


Walau senyum dan rasa optimis seakan terus mengalir dalam setiap sentuhnya, hal itu tak mungkin dapat Mark lakukan tanpa melalui banyak patah hati. Luka, sakit, lelah, semuanya. Jangan konyol—Haechan menghabiskan waktunya bersama Mark jauh lebih banyak dari siapapun. Jika ada satu orang yang mampu membaca Si Workaholic dari SM Entertainment, orang itu bukan lain Lee Haechan.


Maka, ketika Mark memberinya tatap gugup seperti detik ini, Haechan tahu betul jawaban apa yang perlu ia lepaskan untuk membuat lawan bicaranya merasa nyaman.


"Aku bercanda," Haechan mengusap wajahnya perlahan, berupaya mengusir kantuk—it's fucking 3AM, "kau butuh apa, hyung?"


Ketika senyum polos perlahan merekah pada wajah pucat Mark, Haechan tak mampu menahan gejolak penasaran pada buku jemari.

Beautiful MessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang