"Haechan hanya berani menangis di hadapan orang-orang tertentu, hyung. Kamu salah satunya."
---
canon compliant | character study | haechan on his introvert era | soft mark lee for soft haechan cuz i love them a bit way too much ಥ_ಥ
Based on 7llin' in the DREAM episode 6 and Found Me by Men I Trust
Special thanks for @/bbylion230 yang telah membolehkan hasil commission ini untuk dipublikasikan, once again thank youuuu <3
---
"Member yang satu ini ... bagaimana cara mengungkapkannya, ya?"
Malam itu, udara di sekitar api unggun boleh terasa dingin. Namun, hangat jelas-jelas memeluk raga mereka semua. Di bawah lautan kelip bintang, member NCT Dream tengah berkerumun dalam maksud penyuntingan konten, berbincang ringan membentuk setengah lingkaran. Namun, tidak bisa dipungkiri jikalau topik yang mereka angkat berujung menjadi ajang adu kejujuran. Menceritakan kesan terhadap satu member secara anonim di depan kamera.
Chenle yang tenggelam dalam balut jaket dan selimut rajut bermotif heksagonal dengan sengaja memutus ucapnya. Mungkin tengah memutar ulang seluruh memoarnya, mencari karsa yang dirasa tepat untuk menggambarkan member yang hendak ia tuturkan.
"Aku tahu selalu menjadi optimis itu hal yang sulit untuk dilakukan karena cara berpikir setiap orang pasti berbeda. Namun, tetap saja ... aku harap dia tahu kalau dirinya sendiri telah bekerja dengan keras. Seharusnya ia tidak perlu merasa minder, dirinya telah melakukan segala hal dengan baik."
Dengan cepat, satu sosok langsung terbesit di dalam kepala Mark.
"Oh, Haechan, ya?" gumamnya selagi mengangguk-anggukkan kepala.
Diluar dugaan, detik selanjutnya yang paling tua justru menerima sorot mata penuh bingung dari Renjun dan Jaemin. Mark pikir dirinya tidak seorang diri menebak member yang tengah Chenle deskripsikan itu sosok Haechan. Namun, melihat bagaimana seluruh member justru terkesiap bukan main—Mark menemukan dirinya ikut merasa bingung.
"Bukan Haechan, hyung," tutur Jaemin setelah mendengus tidak percaya, disusul oleh Renjun yang mengedipkan kedua bola matanya nanar.
Melirik ke sisi tenggara, Mark temukan sosok Haechan yang sekujur tubuhnya telah dipeluk oleh balut selimut. Haechan yang sejak tadi menolak padding dan bersikeras hanya menggunakan kaus tipis ketika tahu dirinya tidak pernah kuat diterpa udara dingin —dasar keras kepala. Melihat sosoknya kini justru terbungkus seperti kebab bersama semar tipis pada wajah membuat Mark tidak kuasa menahan senyum.
Saling tatap, Mark menemukan sosok yang setahun lebih muda malah ikutan tersenyum bodoh. "Aku? Kamu pikir aku pernah merasa minder?" kelit Haechan yang kemudian berhasil mengundang tawa keluar dari mulutnya.
I ... ya? Sering sekali, bahkan— monolog Mark dalam batin karena dirinya sudah terlalu sering melihat punggung Haechan yang menyembunyikan banyak luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mess
Short StoryTempat dimana Mark dan Haechan dapat menjadi apapun yang mereka inginkan, kumpulan cerita pendek dimana keduanya menjadi tempat untuk saling berlabuh. || ©redwavyorca, 2021.