08. Mantan?

365 37 19
                                    

Happy Reading ✨
Vote dulu yok
Komennya tak tunggu ya🤣
.
Yang part sebelumnya baper, tunjuk kaki hayo👂
.

Dua orang berbeda gender ini masih saling diam setelah mereka keluar dari warung soto tersebut, dan Maria yang langsung melepas genggaman tangan Yesaya.

"Maaf ya Maria, saya lancang narik kamu." Tutur Yesaya menyesal

"Nope." Balas Maria cuek

"Sebenarnya saya nggak tahu kamu diam kenapa. Kalau ada salah kata yang menyinggung kamu saya minta maaf ." Ungkap Yesaya yang tadi  memutar otak untuk mengeluarkan kata itu.

"Woy lah dokter Yesaya, saya mah fine-fine aja. PMS saya." Ucap Maria masih kaget, atasannya ini bisa ngomong panjang.

"PMS?" Tanyanya

"Iya dok, Pengin Makan Seblak. Wkwk."

"Pedas."

"Nggak papa lah dok, masih pedas omongan tetangga. Hehe."

Yesaya kembali diam,

"Kamu okey?"

"Yes, i am okey."

"kamu nggak okey, ada lain hal yang kamu tutupin." Ucapnya menyelidik

"Ahaha, saya rasa semua orang punya hal yang mereka tutupin dok. Bukannya saya munafik, tapi memang setiap orang pasti punya privasi, nggak semua orang harus tahu kehidupan yang sebenarnya kan? Saya yakin dokter juga pasti punya." Ucap Maria panjang, menyekak perkataan yesaya

"maaf." Tuturnya

"Dokter mah minta maaf mulu, lebaran aja belum." Celetuknya.

"minta maaf nggak harus pas lebaran Maria. Karena nggak semua orang mau mengucapkan itu. Mereka terlalu tinggi gengsi." Pungkasnya membuat Maria terdiam

"Iya gengsi, kaya dia."  Lirih Maria menunduk

Yesaya hanya memperhatikan Maria.

Maria yang merasa diperhatikan pun balik menatap, terjadi eyes contacts beberapa menit.

"I'm okay dok. Saya juga tadi lihat dokter mukanya langsung nggak suka pas kedatangan dokter Santi. Ada something kah?" Tanya Maria sudah mulai tengil

"Dia Mantan saya waktu kami SMA, dia suka sama sahabat saya dan cuman jadikan saya sebagai batu lompatan."

"Mantan? Asem, Kok nyesek ya dok. Di jadikan batu lompatan pula. Nggak nyungsruk tuh? Saya aja pas lompatan pernah nyungsruk. Mana mukanya item semua nyemplung ke comberan." Curhat Maria membayangkan dulu saat masih sekolah dasar bermain lompat tali di pinggir jalan.

Parahnya sebelah jalan itu ada comberan nya, karena ada anak yang jahil membawa ulet bulu menakut-nakutinya, akhirnya dia kehilangan keseimbangan dan mukanya masuk comberan, bangun-bangun mukanya sudah hitam semua. Alhasil dia jadi bahan tertawaan teman-temannya.

Yesaya tersenyum tipis, "sudah bar-bar sejak dini." Ujarnya,
"itu belum apa-apa karena ada yang lebih menyesakan." Lanjut Yesaya

Pak dokter, CEO ku  (Sedang Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang