18. Baper

218 27 11
                                    

Heyoww
Happy Reading buat kamu💜
.
.

"Hatimu butuh ruang, ragamu butuh istirahat. Jangan terlalu memaksakan kalau memang kamu tak nyaman."
Y~

Dua orang berbeda kromosom ini sedang duduk di taman RS yang letaknya di tengah bangunan RS itu.

Sore yang cerah ini menambah rasa hangat diantara keduanya yang sendari tadi masih terdiam dengan pandangan melihat kearah senja matahari yang berwarna orange ke merahan.

Kursi berwarna hitam pekat ini menjadi sandaran dua orang ini. Tak lama, salah satu diantaranya membuka mulut.

"Mar, persiapan pindahnya udah?" Tanyanya masih memandang langit senja di depannya.

Maria hanya menggeleng jengkel. Ia masih kesal karena laki-laki di sampingnya ini.

"Punya mulut dipake! Apa perlu saya cium dulu biar kamu balas ucapan saya,"  ancamnya yang terdengar mesum, namun sayangnya diucapkan dengan raut wajah datar.

"Idih." Maria bergidik ngeri

"Perasaan cuman saya suruh lap sepatu saya. Kok kamu malah jadi diem,"   Yesaya berucap tanpa dosa, padahal yang di lap bukan sembarang sepatu.

"Ya bapak ngadi-ngadi. Masa iya saya disuruh ngelap sepatu cuman karena nggak sengaja saya nginjek sepatu bapak, yang emang jelas-jelas udah kotor! Salah sendiri main tarik-tarik,"  Tuturnya sambil mengembangkan pipinya.

"Lah saya muntahin aja diem, ini cuman lap sepatu kok marah," Ucapnya masih santai tanpa peduli Maria yang sudah kesal dibuatnya. Entah pura-pura bodoamat atau emang bodoamat beneran. Yesaya hanya menyipitkan matanya sebentar 

" lap sepatu karena debu sih nggak papa pak. Ini langsung suruh dibersihin karena bapak nginjek tai kucing! Kan bau pak! Astaga."

Maria sungguh kesal sore ini, padahal mood nya tadi sudah bagus karena mengerjai teman lamanya. Eh malah ketemu CEO menjengkelkan seperti Yesaya. Apakah ini karma instan?

"Kamu jadi bawahan nurut! Nggak usah nge gas ngomongnya. Pake kuah lagi." Dengusnya sambil mengusap air liur yang muncrat ke pipinya, kalau bibirnya si nggak papa. Eh.

Malu? Nggak lah, orang dia Maria yang selalu malu-maluin! Perihal ngomongnya pakai kuah mah biasa.

"Lah masih untung cuman kuah pak, besok-besok sekalian saya bungkusin liurnya buat bapak! Buat mandi sekalian,"  Maria berbicara dengan nada masih marah-marah.

"Nggak usah bungkusin lah, bibir kamu nempel di pipi saya malah lebih bagus! Kamu nggak usah repot-repot."  Ucap Yesaya tersenyum tipis, Ia tebak pasti gadis disebelahnya bakal lebih kesal, entah mengapa membuatnya kesal membuat hatinya bahagia.

"Kok malah jadi mesum si pak? Pulang dari Surabaya bukannya bener malah tambah sengklek, udah bener pas awal ketemu cool, eh malah sekarang begini. Di setelan pabrik lagi aja pak."

Kan sudah Yesaya bilang, pasti Maria akan kesal. Terbukti gadis itu bicara tiada habisnya.

"Terserah saya, balik ke topik awal! Ini saya tanya beneran, kamu udah beres-beres buat pindah?" Tanyanya mencoba fokus kembali. Entah kenapa dia jadi pengin tersenyum jika melihat Maria kesal begini.

Pak dokter, CEO ku  (Sedang Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang