03- Anak baru

59 28 14
                                    

~Terkadang, Allah berkata lain terhadap apa yang kita rasa tidak mungkin~

🍂🍂🍂

Vierlath by Silviariani_


Happy reading and jangan lupa vote!

".....Ya Allah, jika Engkau masih mengizinkan ku untuk tetap berada di jalan Mu, maka tegarkanlah jiwa yang rapuh ini untuk tetap istiqamah. Aamiin ya rabbal alamin," akhir kalam Latifah setelah doa yang panjang ia lafadzkan usai solat subuh ini. Bulir bening berjatuhan dari pelupuk matanya.

Usai solat ia melipat mukena dan sajadah. Batinnya masih kacau, tampak jelas dari raut wajahnya.

"Apa aku bisa jalani semua ini? Ini gak kan mudah pastinya. Tapi ini sudah menjadi pilihan ku. Aku harus bisa!" Semangatnya untuk dirinya sendiri.

Selanjutnya, ia meraih hijab segiempat yang lumayan panjang, kira-kira batas di bawah siku.

Menatap cermin besar di depannya, ternyata dapat mengukir kembali senyum nya yang posisinya sempat tergantikan oleh air mata.

"Jalani aja dulu," batin Tifah selanjutnya.

Selepas itu ia keluar kamar dan turun untuk sarapan. Menapaki jenjang rumah dalam pikiran kosong. Pandangannya tak lain hanya menuju lantai.

"Dah siap untuk sekolah pertamanya nak?" Tanya Azy yang berpapasan dengan Tifah saat turun dari tangga.

"Alhamdulillah, In syaa Allah siap kok ma," balasnya penuh senyuman.

"Yaudah, yuk sarapan," ajak Azy.

"Iya ma."

Usai sarapan, saatnya Latifah berangkat ke tujuannya.

"Tifah, kita berangkat sekarang," ajak Rayen sambil menyalami punggung tangan Azy, kemudian disusul oleh Latifah.

"Hah? Kok sama Abang? Tifah GK dianterin papa sama Mama? Untuk pertama kalinya?" Heran Latifah yang muncul perempatan di dahinya.

"Dah lah cepat aja, kamu tuh gak anak teka lagi, pake dianterin orang tua segala. Masih untung abang mau nganterin, daripada kamu naik taksi, atau angkot, MAU?!!"

"Hissh.. yaudah sih kalo gitu, biarin Tifah bawa mobil sendiri, motor pun gapapa," pinta Latifah kesal.

"Udah cepet aja. Kamu yang antar jemput nya abang. Kalo kamu bawa mobil sendiri, emang tau jalannya? Apalagi baru dua hari disini," balas Rayen.

"Huh, TERSERAH," hembusan nafas Tifah yang terdengar gusar seakan kesal tak terima.

Keduanya pun berangkat.

Dalam perjalanan, Latifah hanya melamun sambil menatap pemandangan di sebalik kaca.

"Bagaimana nanti ya?" Gumam Tifah dalam hati.

Sementara Rayen hanya fokus menyetir sambil sesekali melirik adiknya yang masih terpaku pada lamunan.

Mereka telah sampai pada tempat tujuan. Latifah turun dengan langkah yang ragu. Kemudian Rayen menyusul adik perempuannya itu yang tampak bingung.

VierlathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang