02- Awal yang menyakitkan

87 35 31
                                    

~Pertemuan adalah awal dari permasalahan.Walau manusia itu tak merencanakan, namun skenario-Nya tetap akan terjalankan~

Vierlath by Silviariani_

🍂🍂🍂

Happy reading and jangan lupa vote;)

Tifah melanjutkan kembali tugasnya. Menyapu dedaunan yang telah menguning yang berjatuhan di hadapannya. Satu persatu daun itu di kumpulkan, kemudian ia memasukkannya ke dalam plastik sampah.

Peluh mengairi dahinya yang putih mulus. Hijab panjang yang ia kenakan sedikit ia singkap kan karena hendak memungut sampah itu.

Setelah itu ia membuangnya ke dalam tong sampah besar yang berada pada luar pagar setiap 2 rumah di kompleks itu (satu tempat sampah untuk dua rumah).

Degg!!

Ada sosok mahluk berjakun di hadapan Tifah yang tengah berdiri membawa sekantong sampah. Tifah melihat pria tampan berbadan kekar sedang memperhatikannya. Sontak ia langsung terkejut dan salah tingkah hingga pucat pasi wajahnya. Pria itu memberi tatapan tajam ke arah Tifah, kemudian melangkahkan kaki hendak pergi.

"Tt.. tunggu, hmm", ucap Tifah gugup dan terbata bata.

Pria itu kembali menoleh.

"Hmm.. heee.. Hai, aku tetangga barumu. Kau siapa? Aku Lathifah__", sambung Tifah yang masih gugup, kemudian perkataan nya terhenti ketika melihat lawan bicaranya alias pria itu hanya menggulirkan bola mata malas kepadanya. Kemudian berlalu pergi begitu saja meninggalkan Tifah yang tengah menunduk menunggu respon darinya.

Pria itu hanya menydutkan lensa matanya ke arah Tifah dengan dahi yang mengernyit serta 0,1 cm tarikan bibir. Apa artinya semua itu?! Senyuman datar? Atau malah tak ada senyuman sedikit pun?!!

Pria itu pun berlalu pergi meninggalkan Latifah dalam kondisi jantung yang seperti sedang lari maraton.

"Hah?! Hanya itu? Hanya itukah respon darinya?! Sia-sia. Susah payah aku bicara sambil senyum di keadaan jantung yang dah dag dig dug gini, eh taunya dicuekin. Mentang mentang punya tampang di atas rata-rata sok jual mahal, dasar belagu! Es batu! Dasar muka datar!!" Sumpah serapah yang dilontarkan Latifah pada pria yang menjadi penyebab kemarahannya.

Tanpa berlama-lama ditempat kejadian itu, Tifah langsung kembali masuk ke dalam rumah dengan wajah kesalnya. Senyum sedikit gugup yang tadi dengan usaha ia ciptakan hilang seketika. Perasaan manusia dengan mudahnya di bolak-balik kan oleh peristiwa.

"Kamu kenapa nak? Papa denger tadi kayak ada yang marah-marah di depan rumah, dan sepertinya itu kamu, karena papa sangat mengenal suara cempreng yang khas milik anak papa. Ada apa nak?" Ucap seorang pria paruh baya saat menemukan anak perempuan satu-satunya dengan wajah yang tak seperti biasanya yang selalu ceria.

Pria paruh baya itu adalah pemilik rumah yang ditempati oleh Latifah. Siapa lagi kalau bukan Pak Zulkarnayn ayah Latifah sekaligus owner atau pemilik perusahaan susu sapi, yoghurt dan olahan susu lainnya.

"Gapapa kok pa," balas Tifah dengan sedikit senyum yang dipaksakan. Kemudian berlalu menuju lantai atas, tepatnya kembali ke kamarnya.

Tampak Tifah tengah duduk di atas ranjang dengan dagu yang bertumpu pada telapak tangan.

Selepas mandi sore tadi, ia hanya termenung tak ada tujuan. Rambutnya yang masih basah ia biarkan terjuntai seperti benang kusut.

VierlathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang