Kisah Saraswati 6

1.3K 192 46
                                    

Galang turun dari motornya lalu masuk ke dalam rumah. Dilihatnya Rara sedang asyik bermain bersama sang pengasuh--Jumiati.

"Mba, Ibu udah pulang?"

"Belum, Pak."

Kemana Saras? Tadi ia sudah keluar dari kafe bersama teman-temannya. Galang bertanya dalam hati.

Insiden dirinya yang tertangkap basah bersama Nana membuat Galang ingin segera pulang dan berbicara dengan istrinya tetapi yang ia dapati justru Saraswati belum pulang.

Jangan-jangan Saras ke rumah Eyang?
Ada ketakutan di hati Galang istrinya akan pergi ke rumah sang kakek. Kakek yang sangat Galang hormati dan takuti. Jika kakeknya tahu bahwa Galang berselingkuh, habislah ia.

Galang mengambil gawainya lalu menghubungi nomer asisten rumah tangga kakeknya.

"Halo, Mas Burhan."

".... "

"Saraswati ada datang ke sana?"

".... "

"Oh, gak ada ya."

".... "

"Jangan bilang Eyang kalo aku telpon Mas Burhan ya?"

".... "

"Kalau Saras datang ke sana, Mas Burhan tolong segera hubungi aku."

".... "

"Makasih Mas Burhan."

Setelah mematikan panggilan pada Burhan, Galang melakukan panggilan telepon pada Saraswati. Namun nihil, ponsel istrinya dalam keadaan tidak aktif.

Kemana Saraswati?
Galang mengusap rambutnya yang terasa lengket karena terkena jus tadi. Ia harus segera mandi.

20 menit waktu yang Galang habiskan untuk membersihkan diri. Sambil mengeringkan rambut, Galang mengecek ponselnya. Tidak ada pesan atau panggilan dari Saraswati yang ada justru sejumlah pesan dari Nana yang ketakutan.

Galang mengetik pesan untuk Nana.

[Kamu tenang saja, saya akan bicara pada istri saya. Selama kita tidak berhubungan lagi, kamu aman.]

Selama mandi tadi Galang telah berpikir. Jika ia meneruskan hubungannya dengan Nana, ia akan banyak kehilangan. Saraswati tentu tidak akan diam saja dan sudah pasti rekaman kejadian tadi akan sampai pada kepala sekolah dan nama baik Galang akan hancur. Selain itu jika keluarga Galang tahu ia akan mendapat amukan sang kakek. Dan yang paling mengerikan adalah ia bisa kehilangan putrinya.

Galang meraba perasaannya sendiri ia masih amat sayang pada istrinya, walau kini Nana juga mulai memasuki hatinya tetapi Saraswati tetap yang utama apalagi setelah malam panas mereka yang seakan pengantin baru lagi. Mengingat itu Galang merasa bergairah sendiri.

Ketikan di pintu kamar menyadarkan Galang dari lamunannya.

"Pak Galang," panggil Mba Jum.

Galang membuka pintu kamarnya.

"Saya mau pamit pulang, ini sudah hampir Maghrib."

"Oh iya, Mba. Silakan."

"Rara sudah saya mandikan dan suapi." ucap Mba Jum sambil menoleh ke arah Rara yang sedang asyik menonton televisi.

"Terima kasih, Mba."

Galang menghampiri putrinya setelah Mba Jum pergi. Menemani menonton televisi lalu saat putrinya menguap ia membawa Rara ke kamar.

***

Saraswati mengambil tasnya lalu mengeluarkan selembar kertas lalu memberikannya pada Galang. "Ini perjanjian yang aku inginkan."

Galang membacanya dan matanya mulai terbelalak.

"Aku tidak punya hak atas rumah ini, semua harta diatasnamakan dengan nama Rara, jika kita bercerai maka hak asuh Rara tetap padamu. Perjanjian macam apa ini?"

Saraswati melipat kedua tangannya di depan dada. "Kenapa? Kamu takut kehilangan harta?"

"Semua perjanjian ini merugikan aku."

"Kamu yang selingkuh salah kamu sendiri, dan kalau terulang silakan keluar dari rumah ini tanpa membawa apa pun."

"Ini tidak adil."

"Tentu saja adil, semua harta akan atas nama Rara jadi bukan untukku tapi untuk Rara."

"Ck." decak Galang.

"Kalau tidak setuju besok rekaman kencan kamu dengan Nana akan sampai pada kepala sekolah dan eyang." ancam Saraswati dengan nada datar.

"Eyang?! Jangan bawa-bawa eyang dalam urusan rumah tangga kita."

"Beliau harus tahu bahwa cucunya tidak setia."

"Baik. Aku setuju dengan perjanjian yang kamu ajukan."

"Kalau begitu, besok kita datangi notaris."

"Cepat sekali."

"Ya. Karena bisa jadi kamu juga cepat kembali berhubungan dengan Nana." sindir Saraswati.

"Aku gak akan berhubungan dengan Nana lagi, aku janji." Galang menekankan kata-katanya.

"Besok kita tanda tangani perjanjian itu di hadapan notaris. Aku lelah, aku mau tidur." Saraswati sudah tak ingin melayani omongan suaminya. Lebih baik ia segera membersihkan diri lalu tidur.

***

Sesuai perkataan Saraswati, keduanya kini ada di hadapan seorang notaris bersama para saksi untuk menandatangani perjanjian sekaligus mengubah nama kepemilikan harta mereka atas nama Rara.

Galang tak banyak berkata, ia mengikuti apa pun arahan dari istrinya dan sang notaris. Karir dan hidupnya dipertaruhkan.

Di tempat lain seorang siswi SMA sedang duduk di hadapan kedua orang tuanya. Wajahnya memerah dengan air mata yang menetes.

"Bikin malu keluarga!" bentak sang ayah.

"Di mana harga diri kamu?! Ngerayu guru sendiri." Sang ibu ikut bicara.

"Sekali lagi kejadian, ayah gak akan akuin kamu sebagai anak lagi."

"Hiks... jangan, Yah. Nana janji gak akan terulang lagi."

Tanpa sepengetahuan Saraswati, April mengirimkan rekaman kencan Nana dan Galang pada ponsel ayah Nana.

***

Next kisah siapa nih? April, Ivanka atau Annisa?

A-pel (Anti Pelakor) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang