Kisah Julia 1

2.7K 251 35
                                    

Tak akan ada pelakor tanpa adanya kalkulator (kelakuan laki-laki kotor)

***

Julia menatap adiknya- April- yang duduk di hadapannya dan terdiam membisu. April melihat ke arah kolam ikan tak jauh dari mereka duduk.

Ikan Koi dengan banyak warna asik berenang di dalam kolam yang dikelilingi tanaman-tanaman cantik dengan air mancur yang menambah keindahannya. Pemandangan indah yang tersaji itu sedikit mengobati hati April yang sedang gundah.

"Tante aku buat brownis, cobain ya!" Desi datang membawa nampan berisi brownis dan orange juice untuk tantenya.

April menatap Desi cukup lama, tapi tak berkata apa pun.

"Tante kenapa? Sakit?" tanya gadis berusia 17 tahun itu dengan tatapan bening matanya.

"Tante kamu lagi banyak pikiran." Julia menjawab.

"Owh, jangan galau, Tan. Mending jalan-jalan ke mall."

April hanya tersenyum tipis mendengar ucapan keponakannya itu.

"Bukanya kamu ada PR Fisika, kerjakan ya." Julia berkata lembut pada putri bungsunya.

"Oh iya, Desi lupa. Desi ke kamar dulu ya." Desi paham mamanya ingin bicara serius dengan sang tante. Apa pun permasalahan tante April, Desi berharap semua itu bisa segera selesai.

"Iya."

Desi berlalu pergi menuju ke lantai 2, kamar tidurnya.

"Mba, bisa ya baek banget gitu sama Desi."

"Anak itu gak salah, kenapa aku harus kejam ke dia?"

"Tapi Mba, ibunya kan ..."

"Itu salah ibunya, bukan salah dia. Lagipula ... bagaimanapun dia anak mas Anton, suamiku. Lelaki yang kucintai."

"Desi itu kan hasil perselingkuhan,"

"Apa Desi bersalah? Enggak kan? Dia cuma hasil dari dosa suamiku dan ibunya."

"Aku salut sama Mba yang bisa memberi kasih sayang pada Desi seperti pada anak kandung sendiri. Apa Desi tau siapa ibu kandungnya?"

"Dia tak perlu tahu." Mata Julia menerawang mengingat masa lalu.

***

Julia melangkahkan kakinya dengan mantap ke ruangan suaminya. Hari ini ia ingin membuat kejutan untuk sang suami dengan membawa makan siang yang telah dibuatnya di rumah.

Meja sekretaris di depan ruangan suaminya terlihat kosong.

Kemana Asti?

Julia mengarahkan penglihatannya ke arah pintu ruangan suaminya yang tertutup rapat.

Jari-jari lentiknya menyentuh kenop pintu, namun pintu itu tak dapat dibukanya karena terkunci dari dalam.

Diketuknya pintu itu dengan cukup keras.

Tok! Tok! Tok!

Tak ada sahutan dari dalam, Julia memutuskan untuk mengetuk sekali lagi.

Tok! Tok! Tok!
"Mas Anton,"

Krek!
Pintu dibuka dari dalam, dibuka oleh Asti sambil merapikan rambutnya yang berantakan.

"Eh, Ibu." Asti berkata sambil tersenyum canggung.

Julia memperhatikan sekretaris suaminya itu dengan seksama, bajunya kusut dengan dua kancing kemejanya yang terbuka.

Ada pikiran buruk di kepala Julia namun ia menepis semua itu. Tanpa bicara apa pun pada Asti Julia melangkah masuk ke ruangan suaminya.

"Mas Anton," panggil Julia.

Anton yang membelakangi Julia membalik tubuhnya. Ia tersenyum melihat istrinya yang anggun berdiri di hadapannya.

Julia dengan tangan kanannya yang membawa paper bag, mendekati suaminya. Ia tersenyum, bukan senyum tulus tetapi senyuman untuk menutupi keterkejutannya melihat celana panjang sang suami yang tak tertutup sempurna bagian ritslitingnya.

Apa yang Julia lihat semakin menguatkan dugaannya tentang perilaku suaminya bersama sang sekretaris.

Julia bukan wanita emosional yang bisa meledak tiba-tiba saat mencurigai sesuatu. Ayahnya yang seorang purnawirawan polisi selalu mengajarkan untuk tetap tenang dalam setiap kondisi, menganalisa masalah lalu menyelesaikan dengan cara yang tepat tanpa menjatuhkan banyak korban.

"Mas Anton aku bawain makan siang, yuk kita makan!" ajak Julia dengan ramah.

Siang itu Julia makan bersama suaminya tanpa menimbulkan kecurigaan apa pun. Mereka makan sambil bicara mengenai dua putranya yang masih duduk di taman kanak-kanak.

Sementara itu, Asti sang sekretaris bergegas ke toilet untuk membersihkan area kewanitaannya sekaligus merapikan penampilannya.

Untung gak ketahuan Bu Julia, ujar Asti dalam hati.

Asti menatap dirinya di depan cermin toilet, ia terkejut. Dua kancing kemejanya terbuka dan warna kemerahan berbentuk bulat jejak bibir Pak Anton atasannya terlihat jelas di sana.

Apa tadi Bu Julia liat? Pertanyaan di pikirannya itu menimbulkan kekhawatiran di hatinya.

Asti segera menutupi dadanya dengan foundation yang diambilnya dari pouch make up yang dibawanya lalu mengancingkan kemejanya agar sisa-sisa percintaannya dengan Anton tak terlihat oleh siapa pun baik oleh Julia maupun suaminya.

A-pel (Anti Pelakor) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang