Kisah April 3

1.2K 186 29
                                    

***
"Mba April, ini salon dan spa nya punya Mba?" tanya Marissa sambil menatap bangunan di hadapannya saat keduanya turun dari mobil tepat di parkiran.

Marisa merasa risih dengan pertanyaan April pasalnya sejak di dalam mobil tadi ia sudah mengajukan pertanyaan yang sama beberapa kali seakan tak percaya jika April memiliki salon dan spa.

"Mba April,"

"Ck, tadi kan sudah kubilang ini salon dan spa milikku." April menekankan kalimatnya.

"Bukannya milik Kang Mas, "

"Sudah kubilang, jangan panggil suamiku dengan sebutan Kang Mas! Hanya aku yang boleh melakukannya. "

"Maaf Mba,"

April sudah malas menanggapi segala ocehan Marissa, ia segera masuk. Semua pegawai tampak menunduk dan menyapa April dengan ramah.

"Mba," panggil Marisa tepat di depan pintu ruangan April.

April menoleh. "Apa?"

"Aku mau perawatan ya?"

April merasa itu adalah ide bagus, jika Marisa melakukan perawatan berarti ia tak lagi diekori.  "Kalau mau perawatan langsung saja ke resepsionis di depan."

"Gak perlu bayar kan, Mba?"

Kening April sedikit berkerut mendengar ucapan Marissa tetapi ia tetap menjawab, "Iya."

"Thanks."

April merasa lega dengan kepergian Marisa, ia, segera masuk ke ruangannya.

***

April tak habis pikir dengan kelakuan ibu mertuanya yang membawa Marisa dan menyuruhnya tinggal di rumah mereka.

"Kang Mas, maaf kalau aku tidak sopan tapi apa maksud Kanjeng Ibu menyuruh Marisa tinggal di sini?" tanya April saat ia dan sang suami telah berbaring di ranjang mereka.

"Kamu khawatir?"

April memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Abimanyu yang sedang menatap langit-langit kamar. "Maksud, Kang Mas?"

"Aku yakin kamu sudah tahu maksud Kanjeng Ibu." Abimanyu membalas tatapan istrinya. "Kamu khawatir aku akan berpindah hati?"

"Istri mana pun akan khawatir jika ada perempuan lain tinggal serumah dengan mereka."

"Kamu gak perlu khawatir, selamanya hati aku untuk kamu." Abimanyu mengusap lembut pipi istrinya.

"Kang Mas, I love you."

"I love you more."

***

April berkutat di dapur bersama bumbu dan bahan masakan. Saat ini ia sedang memasak nasi goreng spesial untuk suaminya. Wangi parfum wanita tiba-tiba terasa di hidung April.

"Mba April bikin nasi goreng ya?" tanya Marisa yang tampak segar di pagi hari.

"Iya." jawab April sambil menatap wanita di sampingnya yang mengenakan tank top dan hotpants.

"Mas Abi sukanya nasi goreng apa?"

April mulai merasa tak suka dengan pertanyaan Marisa ditambah lagi pakaiannya yang bisa memancing hasrat lelaki.

"Kamu gak ada pakaian yang lebih sopan?"

"Aku gak ada rencana ke mana-mana hari ini, kalo di rumah aja bajuku emang gini."

"Ini bukan rumahmu," balas April, ketus.

Marissa hanya mengedikkan bahu lalu mengambil 3 buah piring beserta sendoknya untuk ditata di meja makan.

April mendengkus kemudian melanjutkan kegiatannya mengaduk nasi di wajan. Setelah nasi goreng dirasa sudah matang, April menaruhnya di wadah. Lalu menaruh wajan di tempat cuci piring.

Membalikkan tubuh, April berniat mengambil wadah nasi untuk diletakkan di meja makan tetapi wadah itu sudah tidak ada. April berjalan menuju ruang makan, ternyata wadah itu telah dibawa Marissa.

"Mas Abi, sarapannya sudah siap." Kata Marissa sambil tersenyum pada Abimanyu yang baru saja selesai berolahraga dan masuk ke dalam ruang makan.

"Kamu yang masak?"

"Mba April yang masak, aku cuma nyiapin aja. Makan yuk, Mas." Marissa menarik kursi tempat Abimanyu biasa duduk.

April tidak segera beranjak dari tempatnya berdiri, ia ingin tahu bagaimana reaksi suaminya.

Abimanyu duduk di kursi yang telah disediakan. "Mana April?" tanyanya pada Marissa.

"Tadi Mba April lagi telponan, Mas. Kita makan duluan aja," sahut Marissa sambil menyendokkan nasi goreng ke piring Abimanyu.

"Telponan? Tumben." Abimanyu merasa heran, ia tahu istrinya tak pernah bertelponan dengan siapa pun di pagi hari.

April merasa kesal mendengar ucapan Marissa ditambah lagi ia telah berani mengambil kan nasi untuk suaminya. Dengan langkah tegas April mendekat.

"Kamu telponan sama siapa?" tanya Abimanyu.

"Sama petugas pembasmi serangga, di rumah ini belakangan ada serangga yang harus dibasmi." jawab April sambil melihat ke arah Marissa.

"Masa?" Abimanyu tak percaya.

"Kang Mas belum menyadari ada serangga berbahaya di rumah ini. Sebelum serangga itu merusak lebih baik segera dibasmi kan."

Pura-pura tak mendengar ucapan April, Marissa tetap makan dengan tenang.

***

April melihat Marissa yang sedang duduk di depan laptop. Ia tampak fokus. Sudah satu jam yang lalu Abimanyu berangkat ke kantor.

Gawai di tangan April tampak menyala, grup WA mereka sedang aktif. April segera mengetik pesan.

[Ada serangga di dalam rumah. ]

[Semprot pakai baygon. ] Annisa berkomentar.

[Serangga dalam tanda kutip.] April menjelaskan.

[Pelakor? ] tanya Saraswati.

[Iya.]

[Wah bahaya itu kalau pelakor ada di dalam rumah.] Ivanka menimpali.

[Jangan dibiarkan, suamimu bisa tergoda.] komentar Saraswati.

[Suami Saraswati aja yang ketemu di sekolah bisa tergoda apalagi kalau ada di dalam rumah. Bahaya.] tulis Ivanka.

[Aku harus gimana?] tanya April.

[Kita susun rencana biar si pelakor itu gak betah dan keluar dari rumah.] komentar Saraswati.

[Dia gak akan keluar dari rumah sebelum aku hamil, Kanjeng Ibu yang nyuruh dia di sini.]

[Gawat.]

[Gawat.]

[Gawat.]

***

Gimana kelanjutannya? Kalo part berikut tentang Annisa gimana? Part April bakal lanjut lagi pastinya.

A-pel (Anti Pelakor) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang