Kisah Julia 4

2K 245 32
                                    


Julia menenangkan pikirannya sejenak di dalam toilet wanita. Ia mencuci mukanya setelah sempat menangis. Anak-anaknya tidak boleh tahu kalau sang ibu dalam keadaan sedih dan ayah mereka selingkuh. Anak-anaknya masih terlalu kecil untuk memahami keadaan pernikahan kedua orang tua mereka.

Julia melangkah keluar dari toilet menuju kursi tempat anak-anaknya duduk. Ia tersenyum.

"Mama lama banget," keluh putri sulung Julia.

"Maaf ya, Mama sakit perut tadi." Julia berusaha berkata senormal mungkin di hadapan suaminya yang kini duduk di samping si bungsu.

"Papa dapat kabar, ada klien yang tiba-tiba ingin bertemu. Kita segera pulang ya,"

Klien?!

"Yaaa Papa, kan pizza aku belum habis." Si sulung menunjuk piring tempat pizzanya berada.

"Iya punyaku juga." Si bungsu ikut bicara.

"Gimana dong, ini urusan penting. Papa nggak mungkin ninggalin."

"Anak-anak, Papa kalian ada urusan penting. Jangan menghalangi, ok?" Aku mau lihat siapa selingkuhan kamu kali ini.

"Kita bawa pulang aja pizza kalian, sekalian tambah makanan yang kalian mau, kamlian boleh pesan apa saja tapi take away ya." Anton merayu anak-anaknya.

"Yaudah deh." Si sulung berkata.

***

Sampai di rumah, Anton bergegas pamit pada Julia. Seperti biasa ia mengecup puncak kepala Julia namun Julia hanya menanggapi dengan dingin.

Begitu mobil Anton keluar dari halaman rumah, Julia memasuki mobilnya. Ia telah menitipkan anak-anaknya pada sang asisten rumah tangga tanpa Anton ketahui.

Julia terus mengikuti ke mana suaminya pergi. Hingga akhirnya sampai pada sebuah rumah sakit bersalin yang jaraknya membutuhkan lebih dari satu jam perjalanan dari rumah.

Anton terlihat tergesa-gesa masuk ke dalam loby rumah sakit, Julia terus mengamati dan mengikuti. Langkah Anton terhenti di depan ruang ICU lalu ia masuk ke dalam.

Siapa yang dijenguk Anton? Apakah Asti?
Apakah mereka masih berhubungan?
Ataukah perempuan lain?
Apa mereka memiliki anak?

Ada banyak pertanyaan di benak Julia. Suaminya benar-benar pandai menyembunyikan perselingkuhannya. Julia harus mencari jawaban semua pertanyaan itu. Harus.

Julia bergerak ke arah nurse station, ia akan mencari tahu.

"Sus, apa ada pasien yang bernama Asti di ruang ICU?" tanya Julia pada salah satu perawat di nurse station yang sedang sibuk menulis.

"Iya, Bu. Ada. Ibu keluarganya?"

"Iya ... saya kakaknya. Kalau boleh tahu apa yang terjadi pada adik saya? Saya tinggal di kota lain dan kami jarang berkomunikasi." bohong Julia.

"Pasien mengalami pre eklamsia  setelah melahirkan."

"Boleh saya jenguk?"

"Silakan, tapi satu satu ya Bu masuknya. Jangan lupa untuk memakai baju dan sandal yang disediakan."

"Iya."

Julia menunggu Anton keluar dari ruang ICU dari tempat tersembunyi. Begitu Anton keluar ia masuk ke ruang ICU.

Beep ... beep ... beep ....
Bunyi mesin pemantau tanda-tanda vital di tubuh Asti. Wajahnya pucat, napasnya pun terlihat lemah.

Julia berdiri di samping bed Asti. "Jadi rupanya hubungan kalian masih berlanjut, ckckck. Bisa saja saat ini aku membunuhmu tapi aku masih punya rasa kemanusiaan. Tapi jangan dikira aku akan diam saja dengan hubungan kalian, akan kupastikan Anton keluar dari rumah hanya dengan baju yang melekat di tubuhnya." Julia berkata dingin.

Julia membalik tubuhnya, ia tak ingin berlama-lama di ruang itu. Cukuplah ia tahu bahwa sang suami berselingkuh hingga memiliki seorang anak.

Tangan lemah Asti tiba-tiba memegang pergelangan tangan Julia.

"Bu," panggil Asti dengan suara lemah. Julia menoleh.

"Ma ... af ... kan ... saya."

Julia hanya tersenyum sinis lalu pergi.

***

"Ma, kamu ...." ucap Anton begitu keduanya bertabrakan. Julia yang merasa sangat sakit di hatinya berlari di lorong rumah sakit dan tak sengaja menabrak Anton di dekat bagian administrasi. 

"Kaget saya ada di sini? Selamat atas kelahiran anak kalian." ucap Julia sinis lalu berlalu pergi.

"Ma, saya bisa jelaskan semua!" Anton mengejar istrinya, ia menarik tangan Julia namun dihempaskan.

"Semua sudah jelas, pergilah pada Asti. Lupakan pernikahan kita!"

"Tapi, Ma ..."

"Bapak Anton," panggilan petugas bagian administrasi memotong ucapan Anton.

Julia memanfaatkan hal itu untuk segera berlalu pergi. Ia terus berjalan cepat sambil menangis.

Aku harus kuat, harus kuat!

Sampai di dalam mobil, Julia menangis tersedu. Ia dikhianati, suaminya berselingkuh hingga menghasilkan seorang anak. Dibukanya layar ponsel yang menunjukkan foto bayi mungil berjenis kelamin perempuan. Di box bayi itu tertulis nama Asti dan Anton sebagai orang tua dari sang bayi. 

Julia memang menyempatkan diri ke ruang bayi setelah keluar dari ruang ICU, ia ingin memastikan semua. Dan ternyata semua benar, ia merasa seperti dihempaskan ke jurang terdalam oleh suaminya.  

Aku Julia

Aku kuat

Julia memantapkan hati, ia tak akan hancur hanya karena pengkhianatan suaminya. Ia akan melakukan hal yang semestinya ia lakukan setahun lalu. Menemui mertuanya.

***
Postpartum preeklampsia, kondisi ini terjadi ketika seorang wanita memiliki tekanan darah tinggi dan kelebihan protein dalam urinenya setelah melahirkan. Postpartum preeklampsia berbahaya bagi ibu dan janin sehingga kondisi ini membutuhkan penanganan medis segera.

A-pel (Anti Pelakor) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang