00|Untouched

1.4K 143 29
                                    

"PELAKOR!"

Isian kantin lantas menghening setelah satu kata nista dengan nada yang melengking, apalagi disusul dengan isian gelas yang melayang tepat membasahi wajah gadis lain yang menjadi sumber hardikan.

Gadis kurus berambut merah tersebut, menggunakan telunjuk tangannya mengarah tepat di depan wajah gadis yang ia siram. Amarahnya sedang memuncak saat ini.

"Gue pacarnya Juna! Lo cewek nggak tahu diri, ngapain sok kecentilan sama cowok gue?!"

Agak jengah nampaknya, gadis bersurai hitam di bawah bahu itu menghela napas. Menapik kasar telunjuk yang begitu lancang mengarah padanya. Pukulan pada meja oleh kedua tangannya menggema keras sebelum menyusul berdiri.

"Punya otak jangan bego-bego banget, bisa? Sebelum nuduh, coba lo cek kebenarannya dulu. Lo pacaran sama Juna dua minggu lalu, kan?" air yang menetes di wajahnya disapukan secara kasar. Seringai miring tercetak di bibir merah muda yang terlihat seperti hati miliknya. "gue sama Juna udah jalan lima bulan."

Pengakuan yang keluar darinya, membuat gadis yang tadi berapi-api sontak menghening. "Jadi," senyuman yang kental akan ejekan dalam raut wajahnya kian melengkung makin lebar. Dengan kegesitan, tangannya meraih gelas berisi penuh, kemudian menyemburkan isian gelas tepat mengenai wajah empunya, sebagaimana yang tadi gadis itu perbuat.

"Siapa yang perebut pacar orang?"

Tak dapat dicegah, suasana kantin siang itu harus dipenuhi dengan hardikan dan main tangan. Dua gadis yang berseteru sama-sama menyerahkan diri untuk saling cakar-cakaran, pukul-pukulan, hingga berhenti di cara bertengkar khas perempuan yaitu tarik menarik rambut.

[[🔺]]

Wajah penuh bekas cakaran kuku, serta rambut yang tak dapat tergambarkan lagi sudah seberantakan apa, kedua gadis yang menghabiskan waktu bertengkar di kantin sudah berhasil diamankan. Sekarang keduanya sudah berada di ruang BK, pasca diteriaki dan dijewer salah seorang guru laki-laki yang sekaligus membawa mereka kemari. Masih dalam wajah yang tak bersahabat, keduanya duduk bersebelahan, bersebrangan dengan guru BK yang akan menginterogasi.

Brak!

Gamang. Pukulan yang guru itu berikan pada meja tak main-main kerasnya.

"Rosie Adelia, Soraya Ayudia. Kalian sadar apa kesalahan kalian?"

Dua-duanya kompak mengunci mulut. Enggan bersuara.

Brak!

Kedua kalinya mereka dibuat terkejut dengan pukulan meja yang dilakukan si Bapak.

"Jawab!"

"Dia yang salah, Pak!"

"Kok gue? Lo yang duluan datang tanpa diundang terus tiba-tiba nyiram dan nuduh gue yang bukan-bukan!"

"Tapi lo yang ganjen sama cowok gue!"

"Cowok lo? Hello, Stupid. Gue yang duluan jadi pacarnya Juna! Jadi lo yang statusnya selingkuhan."

Hendak kembali adu fisik, Pak Susanto lagi-lagi menjadikan meja sebagai sasaran empuk pukulannya. Cuma yang beda kali ini, benda yang ia pukulkan bukan lagi telapak tangan, melainkan rotan panjang. Soraya dan Rosie yang hendak kembali bergulat, sama-sama meneguk ludah dengan susah payah. Ampun kalau begini mah.

"Panggil anak yang namanya Arjuna ke sini, sekarang!"

[[🔺]]

"Bajingan!"

"Bastard!"

"Kadal!"

"Buaya!"

Arjuna sahut-sahutan mendapat hardikan dari dua gadis yang sama-sama berstatus pacarnya. Laki-laki yang kerap disapa Juna itu garuk-garuk telinga setiap kali bahunya dipukul Rosie dari sisi kiri, maupun Soraya dari sisi kanan.

Untouched (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang