17|Kelapangan Hati

454 93 54
                                    

"Saya mau ketemu."

Soraya langsung menoleh dengan tatapan heran setelah mendengar penuturan Alvaro. Bertemu ayahnya? Laki-laki ini serius? "Ngapain?"

"Emm... kenalan?"

Mungkin itu akan menjadi hal yang wajar bila dilakukan di kesempatan dan suasana yang tepat. Tapi untuk sekarang, "Jangan dulu ya?"

"Kenapa?" Sekarang giliran Alvaro yang bertanya.

Soraya menggigit bibir bawahnya. Dilanda rasa bimbang untuk berterus terang atau memilih mencarikan alasan yang logis untuk mengurung niat Alvaro tersebut. Ia tidak ingin membebani Alvaro dengan masalahnya, namun sebagaimana janji mereka malam itu tentang kejujuran dan keterbukaan, akhirnya Soraya memilih untuk berterus terang.

"Aku nggak enak sama Juna." Bagaimanapun hubungannya dan Juna—berlandaskan kedua orang tua mereka, belum ada kejelasan. Soraya juga tidak ingin membuat Juna patah hati untuk sekarang, karena tahu sendiri laki-laki itu sedang tidak baik-baik saja setelah kepergian papanya.

Dibilang kecewa? Pastinya. Namun Alvaro juga mempunyai segudang pikiran terbuka untuk menerima alasan itu. Tanpa beban, ia menganggukkan kepalanya. Ia tidak akan mempermasalahkan keputusan yang Soraya pilih, dan akan setia menunggu sampai waktunya gadis itu siap.

"Kita pelan-pelan ya?" Lirih Soraya lagi. Ia bertukar pandang dengan Alvaro dalam siratan perasaan.

Tangan Alvaro naik menyentuh pipi gadis itu, mengusapnya pelan dengan ibu jari. "Iyaa..."

"Ekhem!" Arjuna dengan wajah tanpa dosanya berdeham yang bertujuan memang ingin menganggu dua orang tersebut. Ia mengangkat sebelah tangannya guna menyambut tatapan Soraya dan laki-laki yang sedang bersama gadis itu. "Ha-i?"

Rosie yang datang bersama Arjuna hanya bergidik bahu saat mendapati lirikan baik dari sang kakak maupun Soraya.

"Aya?"

Menjawab panggilan Juna dengan mengangkat dagunya dengan wajah yang heran, Soraya makin bingung saat laki-laki itu berjalan mendekat ke arahnya, memegang pergelangan tangan Soraya untuk menuntunnya berdiri. Membuat sebelah tangan Soraya yang tadinya masih bertautan dengan Alvaro, terlepas begitu saja. Namun ia juga tak bisa menyakiti hati Juna saat ini dengan menolaknya.

"Aku udah denger pembicaraan kalian barusan, dan sebenarnya aku juga udah tahu kok."

Jadi dua hari lalu Juna tak sengaja bertemu dengan Rosie di mall. Ia melihat bagaimana gadis itu tampak murung dengan pikiran yang berat sendirian. Maka sebagai orang yang peduli, Juna menghampirinya, dan Rosie menceritakan segala sesuatu yang membuatnya sedih.

Niat hati Juna untuk menghibur gadis itu, malah berakhir dengan mereka berdua yang sama-sama patah hati. Tapi sebenarnya, belakangan ini Juna juga sudah banyak berpikir sendiri. Tentang bagaimana Soraya yang pergi dari rumah orang tuanya hanya karena mereka akan dijodohkan, serta bagaimana penolakan yang selalu gadis itu layangkan padanya. Awalnya Juna pikir Soraya hanya ingin diperjuangkan, tapi ternyata bukan.

Juna mungkin terlihat memaksa dalam sikap konyolnya untuk menjerat Soraya selama ini, namun ia tidak cukup buta untuk paham dengan kondisi perasaan gadis itu. Bagaimanapun, Arjuna memang mencintai Soraya.

Dan ia sadar, bahwa memang bukan dirinya yang gadis itu inginkan.

"Aya, aku nggak apa-apa. Kamu jangan merasa terbatasi cuma karena ingin menjaga perasaan aku. Sekarang aku udah sadar kalau kita nggak bisa, dan aku juga udah rela kalau kamu menemukan cinta kamu di orang lain. Aku juga bakalan bahagia kalau kamu bahagia."

Dua hari ini Soraya selalu menemaninya, memperlakukan Juna dengan sangat berhati-hati, tapi Juna tahu jelas itu bukan cinta. Gadis itu melakukannya karena dia peduli dalam status mereka sebagai teman. Dan hal itu seolah membuat Juna semakin sadar, bahwa nyatanya ia juga mampu untuk tak berharap bisa memiliki hati Soraya sebagaimana hal yang selalu ia usahakan akhir-akhir ini. Karena nyatanya, bisa dekat dan merasakan perhatian gadis itu dalam status teman, sudah membuat Juna bahagia. Seperti ucapannya barusan, bahwa ia juga akan bahagia apabila melihat Soraya bahagia.

Untouched (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang