15|Alvaro dan Dia

502 87 70
                                    

Ini double update, kalau langsung ke buka chapter ini, langsung balik dulu ke chapter 14

Happy reading

***

Hujan deras mengguyur kota. Soraya menunggu dengan cemas di ruang tengah rumahnya, dan sesekali berjalan menuju jendela untuk menyikap tirai. Handphone di tangan seolah tidak ada gunanya, karena lebih dari tiga puluh menit lalu, benda itu tak kunjung menunjukkan adanya pesan dari pihak yang ia harapkan.

Soraya khawatir tentu saja. Sudah hampir satu jam sejak Alvaro menghubungi akan berangkat ke kontrakannya, dan sampai sekarang laki-laki itu belum juga datang. Pesan-pesan yang ia kirimkan belum juga mendapat jawaban apa-apa. Soraya hanya berharap tidak ada hal buruk yang terjadi.

Sekitar sepuluh menit berikutnya, ia mendengar decitan mobil di sebrang suara hujan nan masih jatuh dengan intensitas yang sama. Dengan perasaan tidak sabaran, Soraya bergegas menuju jendela dan menyikap kain gorden. Entah ia pernah merasa selega ini sebelumnya hanya karena melihat keberadaan Alvaro. Yang pasti, sekarang tidak ada yang lebih baik ketimbang menyaksikan sosok Alvaro yang utuh keluar dari mobilnya.

Soraya segera membuka pintu, menyambut laki-laki itu dengan perasaan yang luar biasa tenang. Didapatinya keadaan Alvaro yang basah hampir di sekujur tubuhnya.

"Maaf ya, saya telat. Tadi jalanan agak macet karena ada mobil yang kecelakaan. Terus di gang depan juga ada mobil mogok, jadi saya berhenti dulu."

Untuk pertama kalinya Soraya duluan yang menarik Alvaro dan ruyup dalam pelukan laki-laki itu. Meski Alvaro sempat kaget, namun beberapa detik kemudian ia tersenyum, dan membalas perlakuan sang kekasih dengan cara yang sama.

"Seenggaknya jangan bikin HP kamu nggak berfungsi juga, Alvaro! Dari tadi aku telpon nggak ada satupun yang kamu jawab. Pesan akupun nggak kamu balas. Kamu tahu gimana rasanya aku nungguin kamu selama itu tanpa kabar? Aku pikir kamu kenapa-napa di jalan."

Tangan besar Alvaro mengelus lembut surai gadis itu dengan penuh kasih sayang. "Saya minta maaf ya udah bikin kamu khawatir?"

Seolah enggan menjawab, Soraya mengurai pelukan mereka. "Ayo masuk. Aku siapin baju ganti, takutnya kamu masuk angin."

Alvaro menahan tangan gadis itu yang hendak mendahuluinya. Senyuman jenaka Alvaro tampilkan guna membalas pertanyaan yang Soraya siratkan saat mengangkat alis. "Makasih ya, Sayang?"

Tahu ah! Soraya blushing di tempat. Semburat merah kembali muncul di pipinya, persis saat pertama kali Alvaro mengucapkan kata yang sama padanya. Sayang.

Mungkin Alvaro sengaja melakukan itu karena Soraya akan bersikap bodoh setelah mendengarnya. Soraya tidak peduli. Sekali lagi ia tidak menjawab apa-apa, melainkan hanya kembali berbalik dan masuk ke dalam rumah, meninggalkan Alvaro yang pasti sedang tertawa.

Salah satu keuntungan dari dirinya pernah menyamar menjadi laki-laki, adalah hal yang terjadi sekarang. Soraya dapat meminjamkan baju milik Anggara untuk Alvaro gunakan. Mungkin sedikit kekecilan, sehingga Alvaro tidak bisa mengancing dua buah kancing di bagian atas. Tapi daripada terus menggunakan baju yang semi basah, ini lebih baik.

Mereka membatalkan rencana kencan ke biosop (lagi) mengingat keadaan cuaca yang buruk, dan beralih menonton film melalui perantara tv yang berlangganan saluran. Nyatanya ide ini tidak terlalu buruk, padahal Alvaro sempat muram karena kembali membuat kencan mereka gagal. Namun seiring berjalannya waktu, ia merasa ini lebih baik. Berada di satu sofa dengan Soraya, di bawah sebuah selimut yang sama, dan tangan mereka yang saling bertautan.

"Ibu saya meninggal pas saya umur empat tahun."

"Hmm?" Soraya menoleh ketika mendengar Alvaro bicara. Laki-laki itu balik menatapnya dengan senyuman yang lirih, dan Soraya lihat jelas ada kesedihan di matanya.

Untouched (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang