06|Pertemua Yang Direncanakan

471 91 29
                                    

Mampus. Ini kesialan kapan selesainya sih? Kenapa datang bertubi-tubi, seolah menguji kesabaran Soraya?

Tolong bantu Soraya buat nge list masalahnya,

Pertama, tanpa angin tanpa petir, keluarganya berniat menjodohkan Soraya dengan orang gila seperti Arjuna. Sampai Soraya kabur dari rumah, dan terpaksa tinggal di kontrakan sekaligus hidup terlampau merakyat. Baru juga senang habis gajian, eeeeh, sekarang malah dompetnya hilang. Mana akun banknya enggak dia tautin ke HP, karena takut rahasia tentang identitas aslinya kebongkar.

What the fvck!

Untung Soraya masih punya Lisa sebagai temannya. Jadi dia bisa minta pinjaman uang dulu, sampai Soraya gajian lagi. Tapi woi, itu mana cukup.

Mau minta pinjaman di kantor? Gengsi lah. Dia baru sebulan kerja masa udah minta pinjaman.

Mau nangis.

Dosa apa ya dia bisa sesial ini?

"Anggara."

Alvaro heran sendiri melihat sekretarisnya tersebut banyak diam. Entah apa yang menjadi pikiran Anggara, sampai dipanggil pun tak merespons. Udah begitu, wajahnya kelihatan lagi sedih.

"Anggara!"

"HAH!" Soraya segera menegakkan tubuhnya. Berdiri menghadap Alvaro dengan posisi tegap. "Siap, Pak!" Lalu cengengesan pas sadar kalau refleks kagetnya barusan itu malu-maluin. "hehehehe, maaf, Pak. Saya baru denger. Ada apa ya, Pak? Ada yang bisa saya bantu?"

"Kamu kenapa ngelamun gitu? Kurang enak badan?"

"Enggg... enggak kok, Pak. Saya baik-baik aja."

Alis Alvaro naik sebelah. "Terus? Kamu lagi ada masalah?"

Iya banget. Terlebih lagi masalahnya sekarang adalah masalah yang besar dan paling ditakuti semua orang. Masalah keuangan:)

"Enggak kok, Pak." Tapi Soraya malu ah kalau bicara jujur sama Pak Alvaro. "muka saya kelihatan kusut banget ya, Pak?" Dirincinya wajah sendiri menggunakan kedua tangan. Apa raut galaunya ketara betul sampai Alvaro saja menotice.

"Iya, kayak belum gajian setahun."

Ternyata si Pak Bos yang sok galak ini bisa bercanda juga ya? Meski bercandaannya ketara bapak-bapak able banget, tapi Soraya menghargai usaha Pak Bos yang berbaik hati menghiburnya secara tidak langsung, dengan cara tertawa.

"Bapak ada yang bisa saya bantu?"

Alvaro menggaruk tengkuknya, kemudian mengangguk pelan. "Saya punya tugas khusus buat kamu."

"Bapak mau nugasin saya meeting di perbatasan?" Tebak Soraya sembarangan. Dia emang kebiasaan, kalau lagi ada masalah, bawaannya semua hal bakal jadi bahan pikiran negatif.

Sampai Alvaro saja mengernyit mendengar tebakan ngawur tersebut. "Bukan," sebenarnya agak ragu juga untuk menugaskan orang lain dalam masalah ini, tapi jika dipikir-pikir, hanya Anggara yang paling tepat untuk membantunya. Lagipula Alvaro mempercayai laki-laki itu.

"Saya mau kamu nyari seorang perempuan."

Perempuan? "BAPAK MAU NIKAH?!"

"Anggara, stop menebak hal-hal aneh tanpa seizin saya. Kamu mau saya pecat?"

"Eh? Iya, Pak. Maaf. Jangan dipecat dong saya." Soraya mengunci mulutnya rapat-rapat, takut salah bicara lagi. "jadi, bapak mau saya nyari siapa?"

Alvaro mengeluarkan kartu identitas dari pemilik dompet yang kemarin ia temui. Mendorong kertas biru muda itu di meja Anggara untuk sampai ke empunya.

Untouched (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang