08|Kacau

458 87 19
                                    

Ini double update! Jadi kalau langsung ke buka chapter ini, artinya chapter sebelumnya udah ke skip.

Gih baca chapter 7 dulu

Tinggalkan jejak!

Selamat membaca

***

Garis hitam tercetak semakin jelas di bawah matanya. Soraya melihat pantulan dirinya di depan cermin yang terlihat seperti mayat hidup. Tengah malam ia terbangun dan mendadak ingin mandi.

Empat hari sudah Soraya di rumah sakit menemani Alvaro. Sebenarnya laki-laki itu tidak meminta, bahkan sudah menyuruhnya pulang, namun berlandaskan rasa kemanusiaan yang tinggi, Soraya mana tega meninggalkan Alvaro sendirian di rumah sakit. Pasti sedih banget rasanya pas sakit enggak ditemani siapa-siapa.

Meski Alvaro kelihatan cuek dan tegar, namun Soraya tahu kalau Pak Bos nya itu juga punya hati. Sehingga membulatkan tekad untuk menemani Alvaro di rumah sakit, sampai laki-laki itu sembuh.

Ngomong-ngomong, kemana adiknya Alvaro alias Rosie pirang?

Tahu sendiri lah kalau gadis itu seorang model sekaligus publik figur. Rosie harus berangkat ke luar kota buat syuting acara modeling, karena gadis itu salah satu jurinya. Sehingga dengan sangat terpaksa, Rosie tak bisa menemani abangnya.

Soraya menyisir rambutnya yang panjang dengan bebas, karena ia tak selalu memiliki kesempatan untuk menggerai mahkotanya tersebut saat satu ruang lingkup dengan Alvaro. Bibir Soraya mendesah, saat sadar ia lupa membawa sesuatu. Pembalut.

Dia lagi Red day, tapi malah kelupaan bawa pembalut yang tadi sudah dipersiapkannya di dalam tas, untuk dibawa masuk ke kamar mandi. Soraya menimang-nimang sendiri, haruskah dia keluar dan ambil pembalutnya? Tapi gimana kalau nanti Alvaro lihat?

"Aaah, udah tengah malam gini, mana mungkin dia masih bangun."

Berbekal keyakinan itu, Soraya keluar dari kamar mandi dengan hati-hati. Tebakannya tak meleset saat memperkirakan Alvaro sudah tidur, karena nyatanya laki-laki itu memang sudah terbaring dikuasai balon mimpinya di ranjang pasien.

Berjalan mengendap-endap, Soraya membuka ritsleting tas miliknya dengan penuh ketelatenan. Sesekali juga melirik pada posisi tidurnya Alvaro.

Setelah mendapat apa yang ia butuhkan, gadis itu kembali masuk ke kamar mandi.

[[🔺]]

Di hari kelima, Alvaro diperbolehkan pulang oleh dokter. Di antara semua orang, mungkin Soraya yang paling bahagia karena akhirnya dia bisa tidur di kasur lagi setelah sekian lama. Gadis yang berperan seperti laki-laki itu membantu Alvaro mengemasi barang bawaannya, sekaligus barang milik Soraya sendiri.

"Hachu!"

Salah siapa mandi tengah malam? Mana semalam shower air panasnya lagi bermasalah, jadi Soraya terpaksa harus mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Dari pada gerah dan lengket, lebih baik menggigil dikit-dikit.

Tapi sepertinya buntut dari tindakannya semalam tidak berhenti sampai di sana. Badan Soraya mendadak tak nyaman, terlebih tenggorokan dan juga hidungnya yang terasa tersumbat. Alamat, pasti masuk angin.

"Udah semuanya, kan? Kalau gitu aku mau ngurus administrasinya dulu."

Rosie sudah datang sejak pagi. Syutingnya selesai semalam, dan gadis itu datang untuk menjemput kakaknya pulang dari rumah sakit.

"Ajak Anggara, sekalian cari makan gih. Dia belum makan apa-apa dari tadi."

Tuhkan, Soraya tak pernah salah menilai. Meskipun Alvaro sering belagak dingin dan galak, Bos nya itu punya hati yang luar biasa baik.

Untouched (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang