Seusai Ujian Nasional

113 15 7
                                    

Hari ini gua akan bertarung dengan rumitnya soal matematika. Kemarin malam gua pulang dari rumahnya Renjun jam 9. Itu pun karena dijemput Kak Sehun. Kalau teman-teman yang lain sih, ada yang pulang jam 20.30, 21.00, 21.30, 22.00, biasanya teman-teman dekatnya Renjun pada pulang jam 10. Mereka bilang, sekalian belajar bareng gitu. Nggak tahu tuh beneran atau nggak. Palingan juga mereka mabar.

Biasalah, cowok.

10.00

Gua keluar kelas dengan langkah lemas. Gua duduk di bangku lalu menghela napas berulangkali. Gua mencoba meredakan panas di otak gua dengan minuman dingin. Bukan, kali ini bukan sprite, ini cuma minuman dingin biasa.

" Yer. " Renjun duduk disebelah gua sambil menggendong tas ranselnya.

"Hmm,"

Mendengar suara gua yang sama sekali nggak ada semangatnya, nggak ada energinya, Renjun nengok ke gua sambil mengangkat alis kanannya, " Et dah, lemes amat mbaknya?"

Gua menghela napas panjang, " Kamu liat asap nggak? "

"Hm? Dimana? Ada kebakaran? " Renjun berdiri terus celingak-celinguk mencari asap yang gua maksud.

Gua menghela napas berat lalu menarik tangan Renjun buat duduk lagi, " Bukan. Maksudnya, asap di kepalanya aku. Kamu liat nggak?"

Renjun tertawa kecil, " Astaghfirullah, Yeri. Sesulit itu ya, soalnya? " Renjun mengusap rambut gua.

Gua mengangguk pelan.

"Haha. Eh, denger-denger Suho mau ngajak kita camping, loh. "

" Masa sih? Kapan? "

" Hoom. Katanya sih, habis UN. "

" Kamu tau nggak apa yang paling seru? " tanya Renjun.

" Nggak. Apa itu? "

" Katanya, dia yang bayarin ongkos pulang pergi, makan, sama semuanya. Ya, kecuali sih kalau jajan, itu harus bayar sendiri. "

" Kenapa nggak sekalian aja bayarin uang jajannya? "

Renjun mengangkat kedua bahunya, " Nggak tau, tuh. Mungkin nanti uang dia cepet ludes. "

" Mana ada, orang dia sultan. Tajir melintir banget astaga. Rumah dia segede apa, ya? "

Renjun mencibir, " Ih, Yeri mah. Suka sama Suho, ya? Aku bilangin Irene, nih."

" Ish, nggak lah. Kan aku cuma suka sama kamu. Hehe. " gua cengengesan sambil menoel-noel pipi Renjun.

" Huft. Kamu ikut, kan? Soalnya kalau kamu nggak ikut, nggak bakal seru. Nggak ada yang ngomel-ngomel lagi. " kata Renjun sambil nahan ketawa.

Gua melotot, " Jadi maksud kamu aku cerewet gitu? "

Renjun mengganguk, " Iya, aku akui kalau kamu itu cerewet. "

Gua mendengus sebal. Pasalnya, Renjun ini anaknya terlalu jujur. Kalau ngomong juga suka blak-blakan. Kadang juga kalau ngomong nggak mikirin perasaan orang.

" Kamu kalau jadi ikut mau aku daftarin di grup. Soalnya Suho nggak mau kalau uangnya yang keluar banyak tapi orangnya yang ikut sedikit. " Renjun langsung ngecek hpnya.

" Dimana, sih? "

" Di gunung deketnya villa nya Suho. "

" Suho ada villa pribadi? "

" Iya, ada. Bukan punya dia juga, sih. Maksudnya, itu villa bokapnya yang dia kasih ke Suho. " gua lihat, Renjun pencet salah satu room chat WhatsApp gitu.
____________________________
+62-567-8918-3xxx

Dear Renjun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang