" Eh, Renjun. Tadi lu di panggil ke ruang kepsek sama Jaemin. Tapi dia udah kesana duluan. Lu kesana gih, cepet. " kata Suho ketika gua sama Renjun baru masuk kelas.
" Hm? Ok. " Renjun ngasih tasnya ke gua. Gua natap dia khawatir.
Renjun natap gua seakan-akan ngomong 'gak papa, aku akan baik-baik saja. Kamu tenang ya.' Lalu nepuk bahu gua.
Renjun pergi keluar kelas dengan langkah cepat. Gua natap punggung dia yang semakin lama semakin menjauh.
" Yer, udah nggak papa. Dia bakal aman kok, secara kan dia anak berprestasi. Sekolah nggak mungkin segampang itu mau ngeluarin Renjun. " Suho mencoba buat nenangin gua.
" Terus, Jaemin gimana? "
" Jaemin? Entahlah, gua juga nggak tau. Dia anak berprestasi urutan ke 3 kadang juga 4. Tapi pasti sekolah bakal maafin dia. Secara mau gimanapun sekolah juga butuh murid yang berprestasi. Sekolah ngebuang murid berprestasi? Gila kali oh. " Suho tertawa sedangkan gua natap dia sinis.
Yang akhirnya dia berhenti tertawa lalu berdeham, " Udah sana lu duduk."
Gua duduk dengan hati yang was-was. Gua takut kalau sampai terjadi hal yang nggak baik. Gua takut Renjun di keluarin, apalagi diskors. Gua juga takut Jaemin di keluarin apalagi diskors. Kalau salah satu diantara mereka yang kena, pasti bakal musuhan sampai tua.
Nanti ujung-ujungnya, anak-anak mereka ikutan musuhan.
Gak! Gak! Amit-amit.
Gua geleng-geleng kepala sambil meluk tas Renjun erat.
" Yer, santai aja kali. Haha, mereka nggak bakal di keluarin. " Seulgi nepuk bahu gua.
" Kok lu bisa yakin, sih? "
" Lu nggak mau mereka aman? "
" Ya, maulah! Tapi, lu tau dari mana? "
" Tapi jangan bilang siapa-siapa loh, " bisik Seulgi.
Gua menganggukan kepala lalu Seulgi mendekatkan mulutnya ke telinga gua.
" Kemarin, gua sama Jeno denger kabar kalau orang tuanya Renjun sama Jaemin di panggil ke sekolah jam 17.00, kita ngikutin mereka diam-diam. Terus kita nguping, gua sama Jeno denger kalau mereka mau menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan. " bisik Seulgi.
" Masa? Lu lagi nggak nge-prank gua lagi, kan? "
" Nggak, beneran! "
" Bohong awas lu, gua bakar photocard lu. "
" Asli gua, mah, nggak bohong. "
---
Udah 30 menit tapi Renjun sama Jaemin tak kunjung datang. Gua makin deg-degan gini, kan, serasa mau di tembak bias.
Grek!
Pintu kelas terbuka, gua langsung nengok dengan cepat. Senyum gua mengembang ketika Renjun lah yang datang.
" Njun! " gua berdiri terus lari buat meluk Renjun erat. Untung guru barusan keluar, jadi gua bisa manja-manjaan sama Renjun.
Renjun meluk balik gua sambil menepuk-nepuk kepala gua, " Nungguin ya? "
Gua mendongakkan kepala, " Iyalah, aku tuh khawatir tau nggak sih? Aku takut kamu di keluarin. Eh, tapi kamu nggak di keluarin kan? Terus Jaemin gimana? "
Renjun menyingkirkan rambut gua yang menutupi muka gua, " Nggak kok, aku sama Jaemin nggak di keluarin. Aman-aman aja. "
Gua tersenyum lega, " Aku takut banget tadi. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Renjun
RomansaDear Renjun Akan kutuliskan awal pertemuan kita. Bagaimana kita bisa bertemu, menjadi teman. Yang sebelumnya kita adalah MUSUH Bagaimana awal kisah kita. Sampai akhirnya kita bermetafora menjadi cinta. Walau di kisah kita, banyak masalah mengahad...