20. Pottery

85.7K 8.9K 515
                                    

Alea melangkah berjingkat. Lily bilang hari ini dia tidak ada agenda apapun, jadi mungkin gadis itu sedang bermain game di kamar. Sebisa mungkin Alea harus keluar dari rumah tanpa bertemu Lily terlebih dahulu.

"Lo mau maling?"

"Kya!"

Alea memegang dadanya yang terasa cenat-cenut akibat terkejut mendengar suara Lily. Alea berbalik dan mendapati Lily sedang menatapnya penuh kecurigaan.

"Mau ke mana?" Lily menatap penampilan Alea dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Kok rapi banget? Nggak lari?"

"Emm... Itu, gue mau main."

Lily memicingkan mata. "Yakin?"

"Yakin, lah. Emang kenapa, sih? Kepo banget sama hidup orang."

"Nggak juga," ujar Lily sambil mengedikkan bahu. "Kalau gue kepo, gue tanya lo mau ke mana sama siapa naik apa dan lain sebagainya."

"Ya udah gue pergi dulu."

"Kak," panggil Lily.

"Apa?"

"Titip beliin puding sama vla kesukaan gue, ya. Adanya di supermarket doang."

"Li, gue mau main bukan belanja."

"Oh gitu. Emang lo mau main sama sia..."

"Oke gue beliin!" potong Alea cepat. Setelah itu, dia segera keluar rumah sebelum Lily bertanya lagi.

Alea menengok ke pintu rumah untuk memastikan jika Lily tidak mengikutinya keluar. Setelah yakin, barulah dia melambai ke mobil Btara yang telah terparkir beberapa puluh meter dari rumahnya. Alea segera naik ke mobil dan meminta Btara menjalankan mobilnya.

"Kenapa mukanya gitu, sih?"

"Hm? Gitu gimana?"

"Keliatan takut. Dari tadi juga nengok-nengok ke belakang."

"Lily lihat kamu nggak, ya?" tanya Alea dengan nada cemas.

"Kayaknya nggak. Kita kan langsung pergi. Aku juga pakai mobil lain dan kacanya rada gelap. Setakut itu?"

"Bukan takut, Tar. Aku males aja gitu denger Lily ngoceh. Terus nanti dia pasti ngadu ke ayah. 'Ayah, kakak pacaran sama dosenku' gitu."

"Bagian nggak mau denger Lily ngoceh aku ngerti, bagian nggak mau diaduin ke ayah aku nggak ngerti."

"Kok nggak ngerti?"

"Ya emang apa salahnya kalau ayah kamu tahu kita pacaran?"

Alea yang tadinya duduk dengan santai di kursi penumpang langsung bereaksi. Dia menegakkan badan dan mendekat ke Btara.

"Tar, kita baru pacaran seminggu. Masalahnya kalau ayah tahu aku punya pacar, pasti aku diseret pulang buat buru-buru nikah."

"Sama aku kan nikahnya?"

"Ya iya kan kamu pacarku."

"Kalau gitu nggak apa-apa."

"Idih, enak di kamu."

"Kalau kita udah nikah kamu ngerasain enak juga."

Alea memutar bola matanya malas. "Ngomong apa, sih, Tar?"

"Bisa nggak sih jangan Tar, Tar, Tar?" protes Btara dengan wajat cemberut. "Emang aku saus tar-tar?"

"Nama kamu kan Btara. Kalau Btar gitu aneh, Tar."

"Tuh kan Tar lagi." Btara melepas kacamata hitam yang ia kenakan dan meletakkannya ke dashboard. "Aku lebih tua dari kamu beberapa tahun, lho. Nggak sopan."

Accidentally SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang