8. Kebohongan Lily

105K 11.5K 838
                                    

Tumben-tumbennya Alea belum berangkat kantor pagi-pagi begini. Lily menatap curiga pada sang kakak yang berdiri membelakangi. Berdiri di meja dapur dengan tangan sibuk. Tebakan Lily, Alea sedang memasak. Suatu hal yang sangat mustahil mengingat Alea tidak terlalu suka sarapan dan tidak suka memasak.

"Lo ngapain, Kak?"

"Hm?" Alea melirik sedikit ke Lily.

"Lo ngapain pagi-pagi di dapur? Biasanya udah mejeng di kantor. Katanya waktu itu lebih berharga daripada emas, kok malah belum berangkat?"

"Lo bisa lihat, kan, gue lagi apa?"

Alea menyingkirkan tangannya agar Lily bisa melihat apa yang ada di atas meja dapur. Wajah Lily berganti dengan wajah mencibir kala melihat nasi panas, beberapa sayuran, dan sekotak nori.

"Mau bikin sushi? Kayak bisa aja."

Lily menggelengkan kepalanya. Ia lalu mencomot sepotong timun yang telah dibumbui. Beruntung Lily berhasil mengambil timun itu tanpa terkena pukulan dari Alea.

"Jangan diambilin!" Alea berdecak kesal. "Lagian gue nggak bikin sushi."

"Terus? Perkedel?"

"Saudaranya sushi, kimbab."

"Oh, kimbab." Lily mengangguk-anggukkan kepalanya. "Gue kira lemper."

"Sialan!"

Alea mencubit pelan lengan Lily. Mengingat tangan Alea masih dilapisi sarung tangan plastik yang kotor, Lily segera meringis jijik.

"Jorok banget!"

"Salah lo sendiri ngambil makanan gue."

Dengan wajah masih mengomel, Alea memasukkan beberapa potong kimbab ke kotak makan. Dia menutup kotak itu sampai rapat, lalu menyerahkannya ke Lily.

"Nih."

"Tumben lo ngasih gue bekal," ujar Lily sumringah.

"Bukan buat lo! Kalau lo mau nanti lo ngewadahin sendiri aja."

Alea melepas celemeknya. Di balik celemek biru itu, Alea telah memakai pakaian untuk ke kantor.

"Terus kalau bukan buat gue, ini buat siapa? Kenapa dikasih ke gue?"

"Titip buat Pak Brata."

"Hah?" Lily menaikkan satu alis. "Dosen gue?"

"Ya iya siapa lagi?"

"Dalam rangka apa lo ngasih dia makanan gini?" tanya Lily curiga.

Skenario-skenario aneh muncul di kepalanya. Ada apa gerangan sampai kakaknya memberi bekal pada dosennya yang telah berusia senja itu? Mungkinkah selama ini Pak Brata adalah sugar daddy Alea?

"Dalam rangka ucapan terima kasih. Dia udah nganter gue jauh-jauh waktu lo sakit kemarin, makanya gue mau berterima kasih."

Lily menjentikkan jarinya.

"Maksud lo, lo ngasih kotak makan ini ke Pak Btara sebagai ucapan terima kasih?"

"Lah iya, kan gue tadi bilang gitu."

"Lo tadi bilangnya Pak Brata bukan Btara. Kalau Pak Brata sih dosen udah berumur. Kan gue jadi curiga."

Alea menatap adiknya. "Maklum gue lupa, soalnya kita nggak begitu dekat."

Setelah Alea merapikan penampilan, dia lalu pamit ke kantor.

***

Jari telunjuk Btara mengetuk meja beberapa kali. Dia menatap kotak berwarna makan berwarna hitam di mejanya. Sekian menit mengamati, perlahan muncul senyum di bibir Btara. Btara berusaha menahan senyumannya, namun gagal. Dia malah tertawa senang.

Accidentally SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang