Nafas Btara memburu dan dadanya naik turun cepat. Ia menatap Alea yang kondisinya sama dengannya. Bedanya, Alea terengah karena usai berlari sementara Btara terengah karena menahan emosi campur aduk yang ia rasakan.
"Listen!" seru Btara membuat Alea menutup mulutnya yang hendak berbicara.
Btara memastikan matanya telah mengunci tatapan Alea sebelum berbicara kembali.
"Aku udah ngelakuin apa yang kamu suruh. Aku udah mikirin lamaranku, hubungan kita, semuanya berkali-kali. Berkali-kali, Al, mungkin tiga puluh tujuh kali atau lebih. Dan setiap kali mikirin itu, aku selalu jatuh pada konklusi yang sama, aku nggak bisa kalau nggak sama kamu," ucap Btara dengan penekanan dan gerakan tangan tanda bahwa kata-katanya serius.
"Oke Alea, sekarang kita runtutin. Kalau kita selesai, aku mungkin bisa aja sama perempuan lain. Aku nggak munafik kalau bisa jadi aku cari perempuan lain. Aku bisa sama perempuan lain, tapi aku kayaknya nggak bakal bisa kalau lihat kamu sama laki-laki lain. I mean, ada aku kenapa kamu harus sama laki-laki lain? Kenapa aku harus cari perempuan lain padahal aku punya kamu? Aku maunya aku sama kamu dan kamu sama aku."
Alea mengerjapkan matanya melihat bagaimana Btara berucap dengan menggebu-gebu. Lelaki itu bahkan tidak melepaskan pandangannya dari Alea barang sedetik pun.
"Seharian aku juga mikir kenapa kamu minta putus. Oh oke mungkin aku salah karena nggak bisa ngertiin kamu. Oh mungkin juga karena kamu ada masalah sama Vera. Kamu tahu, aku sampai mohon-mohon ke Antonio biar ngasih alamat Vera. Aku ke sana dan Vera bilang kalian udah baikan. Dammit! Kalian baikan tapi hubungan kita nggak?"
Btara menyugar rambutnya frustasi. Cahaya matahari yang mulai jingga meyorot wajah Btara lembut. Ia kini menatap Alea dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kamu sekarang maunya apa? Tetep putus?" tanya Btara sebelum menghela nafas saat melihat Alea yang hanya terdiam. Suaranya sedikit melembut dari sebelumnya. "Alea... Kamu nggak sendiri nggak mau mikir ulang soal..."
Suara Btara yang terdengar pasrah itu langsung terpotong saat Alea tiba-tiba maju memeluknya. Btara menunduk heran saat menatap rambut Alea yang menempel di dadanya.
"Alea?"
"I miss you soooo bad."
Tangan Btara yang semula terjuntai perlahan naik ke tubuh Alea. Btara mendekap kekasihnya itu erat. Ia menarik nafas dan menghelanya perlahan, membiarkan rasa menggebu di dadanya memudar.
"Kita jangan putus, ya," bisik Btara di telinga Alea. "Aku udah nyiapin banyak rencana masa depan dan semuanya ada kamu. Kalau kita putus aku gimana, Al?"
"Kamu ke sini nyetir sendiri?"
Alea melepas pelukannya dengan Btara. Dilihatnya Btara mengangguk pelan. Sekarang ia baru melihat betapa wajah Btara menunjukkan wajah lelah.
"I'm sorry," ucap Alea pelan. "Aku beneran overwhelming kemarin. Aku nggak mikir panjang dan ngelakuin hal yang salah. Harusnya aku nggak segampang itu bikin keputusan yang akhirnya bikin aku nyesel sendiri. I'm so sorry."
"Aku maafin kamu kali ini, tapi lain kali jangan gini lagi. Hubungan kita bisa nggak, sih, ada di prioritas utama kamu? Kalau ada gangguan atau masalah lain, tolong inget kalau aku sama kamu yang paling important di sini. Aku sayang sama kamu dan aku bener-bener frustasi karena kamu kemarin. Nggak lucu, kan, kalau aku ke teman psikolog karena putus cinta."
Alea tersenyum tipis.
"Aku takut aku nggak bisa janji. Mungkin bakal kedengeran aneh, tapi salah satu efek masalahku sama Vera bikin aku ngerasa kalau aku nggak pantes buat kamu. Aku sadar kalau aku ngeselin dan sering egois, makanya aku jadi ragu buat ngelanjutin sama kamu. Do I really deserve you?"
![](https://img.wattpad.com/cover/244433606-288-k262733.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidentally Soulmate
Roman d'amourAREA BUCIN ❕❕ ANTI BUCIN DILARANG MAMPIR❌ HATI-HATI KENA MODUS BTARA🧚♀️ Orang yang paling bahagia ketika Alea pindah ke kantor pusat adalah sang adik. Lily yang baru menginjak semester empat itu sangat girang karena kantor Alea tidak jauh dari kam...