2. Antimo, Obat Anti Mabuk

174K 14.7K 440
                                    

"Lo... Lepas, ah!"

Alea menggerakkan pundak hingga rangkulan Lily terlepas. Dia langsung membuka jaket Btara dan duduk di ranjang dengan wajah marah.

"Lo gila, Kak? Itu tadi dosen gue! Kenapa lo tampar?" omel Lily dengan suara tertahan. Dia takut teman-temannya di bawah mendengar.

"Kenapa?!" seru Alea, membuat Lily refleks menaruh telunjuk di bibir.

"Pelan-pelan ngomongnya!"

"Denger, ya. Tadi dia ngeliatin tubuh gue. Itu cowok pasti otaknya mesum."

"Mesum? Gue lihat sendiri dia cuma diem terus lo tampar. Lagian lo ngapain keluar pakai baju tiga perempat telanjang gini? Sengaja mau dilihatin?"

"Eh, omongannya!" Alea menatap Lily galak. "Lo mau nyalahin korban pelecehan karena baju yang dia pakai? Apapun yang dipakai korban, itu hak dia. Pelakunya aja yang nggak bisa jaga nafsu. Otak binatang!"

Lily mencoba mengatur napas dan mengelus dadanya pelan.

"Sekarang gue tanya sama lo. Pak Btara ngomong sesuatu yang melecehkan? Atau megang-megang badan lo?"

"Nggak, sih. Tapi dia ngeliat badan gue!"

"Pak Btara itu ngeliatin lo bukan bermaksud melecehkan, tapi karena lo di depannya. Masa iya dia disuruh merem? Lo tadi pas papasan sama dia emang nggak lihat badannya?"

"Ya.. Ya... Gue lihat. Tapi kan itu karena dia nabrak gue. Gue kaget dan liat dong dia siapa."

"Nah!" Lily menjentikkan jarinya. "Gue tadi lihat lo nampar Pak Btara beberapa detik setelah kalian tabrakan. Berarti, lo yang langsung bikin kesimpulan sendiri."

Alea memutar lidahnya di dalam mulut. Tidak dia sangka jika Lily membela lelaki itu.

"Kalau itu dosen lo, ngapain dia masuk-masuk ke dapur segala?"

"Gue lagi sibuk terus minta tolong buat ambilin sirup di kulkas."

"Lo bawa orang ke rumah nggak izin sama gue? Jangan-jangan di bawah ada orang lagi selain dosen itu."

"Emang ada. Hampir setiap hari kali gue bawa temen ke rumah. Lo aja bangunnya kesiangan sampai nggak tahu mereka hari ini dateng. Dasar kebo!"

Alea meraih jaket di sampingnya dan melemparnya ke Lily.

"Nggak ada hubungannya, ya," ucap Alea dengan wajah tidak terima.

"Gini, deh." Lily berkacak pinggang. Dia sedang memikirkan solusi terbaik. "Lo boleh nuntut dia kalau emang ngerasa itu pelecehan. Tapi..." Lily membuat gestur menahan di udara. "Tapi jangan sekarang. Gue lagi butuuuuh banget bantuan Pak Btara. Please jangan perpanjang masalah ini dulu."

Melihat adiknya yang memohon sampai mengatupkan tangan, Alea menghela napas pelan. Jujur dia tidak tega melihat wajah memelas Lily.

"Oke. Tapi mulai sekarang, lo harus izin kalau mau masukin orang ke sini. Siapapun! Nggak peduli itu temen, pacar, dosen. Pokoknya harus izin!"

"Siap!"

Lily membentuk lingkaran dengan telunjuk dan ibu jari. Dia lalu berbalik untuk segera kembali ke bawah.

"Lily!" panggil Alea saat adiknya baru menuruni dua anak tangga. "Jaketnya!"

Jaket biru itu melayang dan jatuh ke pelukan Lily. Lily langsung membawanya menuruni tangga.

Alea mengetuk kepalanya sendiri saat Lily telah turun. Dia masih ingat ekspresi terkejut dosen Lily. Jangan sampai mereka bertemu lagi!

Sementara itu, Btara kembali ke ruang tamu setelah mematikan kompor dan mengambil sirup di kulkas.

Accidentally SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang