Kepala Alea menyandar ke kepala ranjang. Usai sampai di Jogja ia langsung bersih-bersih dan menyapa saudara-saudaranya yang telah berkumpul di rumah. Alea juga menyempatkan makan malam bersama sebelum naik ke kamarnya untuk istirahat. Dari kamar yang berada di lantai tiga ini, Alea sayup-sayup dapat mendengar keramaian persiapan pernikahan.
Bagas dan calon istrinya memang memilih menikah di rumah daripada di gedung. Hal ini diputuskan setelah melakukan diskusi keluarga. Muslih berpendapat jika pernikahan yang melibatkan tetangga akan mempererat hubungan dibanding hanya di gedung dan menggunakan jasa katering.
Sebenarnya pernikahan biasanya digelar di tempat mempelai wanita. Akan tetapi karena calon istri Bagas berasal dari luar pulau, akhirnya diputuskan pernikahan diadakan di rumah keluarga Bagas. Alea sendiri tidak banyak tahu menahu soal segala persiapan pernikahan Bagas. Awalnya ia sempat ditawari untuk menjadi vendor WO, namun segera ditolak. Alea tidak mau jika nanti EO miliknya melakukan kesalahan dan mengecewakan.
Alea menghela nafas menatap seisi kamarnya. Kamar yang ia gunakan hingga kuliah ini tidak banyak berubah dari terakhir kali yang ia ingat. Poster-poster One Direction miliknya masih tertempel apik di salah satu sisi dinding. Dulu Alea memang merupakan penggemar berat. Sampai-sampai ia pernah berbohong pada guru agar bisa membolos dan menonton konser One Direction.
"Kak, ibu boleh masuk?" Suara ketokan disusul suara Rita membuat Alea menoleh.
"Boleh, Bu."
Rita kemudian masuk ke kamar putrinya setelah mendapat izin. Wanita itu membawa beberapa botol cairan dan sebuah alat seperti topeng.
"Itu apa, Bu?"
"Sini, ibu mau ngasih kamu treatment. Masa besok kakaknya nikah muka kamu kusut gitu? Semua udah perawatan di klinik, cuma kamu sama Lily yang belum."
"Kulitku masih bagus gini."
"Tapi kalau dirawat kan makin bagus, Kak. Kelihatan cerah juga."
"Ibu ke Lily aja, sana. Itu anak suka nggak mau pakai sunscreen," adu Alea. Ibunya memang sering mengomel jika anak-anaknya malas memakai tabir surya, terutama ketika mereka berenang.
Rita mengambil kapas dan mulai membersihkan wajah Alea terlebih dahulu.
"Ibu tadi udah ke kamar Lily. Belum juga selesai anaknya udah ngamuk keburu mau main game katanya."
"Bu, besok kan Mas Bagas akad, masa ibu malah capek-capek ngurus aku."
"Nggak apa-apa, Kak. Lagian ibu ngelakuin ini biar kamu kelihatan bagus di foto besok. Tapi ya sebenernya percuma juga."
"Percuma gimana?"
"Mau ibu facial sepuluh kali terus muka kamu dibedakin tebal, kalau dalemnya kusut ya di foto bakal kusut, kelihatan kusam."
"Maksud Ibu?"
"Kamu ada apa, sih, Kak? Cerita dong sama ibu. Dari pulang tadi muka kamu tuh besengut, nggak enak dilihat. Kamu kalau kayak gini bisa bawa aura negatif buat nikahan Mas Bagas besok."
Alea cemberut. Ia ingin melayangkan protes, namun tidak sempat karena Rita sedang mengoleskan entah essence atau serum ke bagian dekat bibirnya.
"Ibu apaan, sih? Orang nggak ada apa-apa."
"Beneran ini. Coba tanya ayah atau yang lain. Kelihatan banget kamu lagi ada sesuatu. Cerita dong sama ibu, siapa tahu bisa bantu."
"Ceritanya panjang."
"Tuh, kan, ada apa-apa. Jangan dipendam gitu. Ibu paling nggak suka kalau anak ibu main rahasia-rahasiaan."
Alea menatap ibunya ragu. Posisinya yang tiduran sementara Rita duduk di sampingnya membuat tatapan Rita langsung tertuju pada Alea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidentally Soulmate
RomanceAREA BUCIN ❕❕ ANTI BUCIN DILARANG MAMPIR❌ HATI-HATI KENA MODUS BTARA🧚♀️ Orang yang paling bahagia ketika Alea pindah ke kantor pusat adalah sang adik. Lily yang baru menginjak semester empat itu sangat girang karena kantor Alea tidak jauh dari kam...