TL-25

67 20 10
                                    

"Apa ada yang ingin kamu jelaskan?" tegas Edam dengan nada dingin. Mereka sudah duduk berdua di salah satu kursi dan masih berada di taman yang sama.

"Maaf Dad."

"Daddy nggak butuh maaf kamu, yang Daddy butuhin adalah penjelasan! apa jika Ara tahu kamu siap melepas dia dengan Vian?"

"Nggak, sampai kapan pun aku nggak akan rela!"

"Tadi hanya teman Dad," elak Raven mencari alasan.

"Teman tapi bertingkah seperti pacar? teman tapi memanggil sayang? teman tapi berciuman?"mendengar perkataan Edam membuat Raven membeku. Sudah berapa lama Edam berdiru di belakangnya tadi.

"Kamu nggak perlu tahu dari kapan Daddy melihat kamu. Sunggub Daddy merasa gagal dalam mengawasi pergaulan kamu Ven. Apa dengan kamu bertingkah seperti ini Mamamu akan senang? kalau kamu begini, kamu nggak ada bedanya dengan ayah kandung kamu!"

"JANGAN SEBUT DIA!"

"Jika tak ingin disamakan, jangan bertingkah sepertinya dan membuat Mama dan Ara kecewa!" ucap dingin Edam sebelum pergi meninggalkan Raven yang masih terdiam.

Edam berhenti dan mengatakan satu kalimat yang membuat Raven kaku. "Katakan ini pada Mama dan Ara, Daddy beri waktu hingga satu hari. Jika lebih, Daddy yang akan bercerita, jadi jangan sampai menyesal!"

Raven akui perilaku yang ia lakukan sungguh sangat tercela. Bahkan sangat, entah dapat pengaruh dari mana hingga ia berani berselingkuh dari Ara.

Padahal Ara termasuk pasangan yang sempurna, baik dari visual maupun dari sikap. Namun, sayang Ara justru mendapat pasangan seperti Raven.

Namun, ada satu yang Raven takutkan. Raven takut jika ibunya kecewa, bukannya sudah wajar? karena perbuatannya ibunya kecewa dan itu sudah menjadi tanggung jawabnya.

"AARRGHH SIAL!!"

Raven bangkit dan menuju motornya sendiri. Raven menjalankan motornya menuju rumah. Entah apa yang akan Raven lakukan nanti jika hingga ke rumah.

"Kamu habis dari mana, nak?"

"Maaf ya Ma, tadi Raven ada keperluan sebentar. Maaf juga nggak ngabarin Mama," alibi Raven, sedangkan Edam hanya menatap datar.

"Ma, Raven mau ke kamar dulu!"

"Aku udah bawa anak-anak pulang, jadi ini adalah waktu kita. Yuk ke kamar!" Edam pun merangkup pinggang ramping Lika dan membawanya ke kamar mereka.

Raven baru saja selesai mandi, setelah berganti pakaian Raven memiliki niat untuk menemui Ara. "Ra!"

"Masuk!"

"Loh Raven, kamu dari mana aja?" tanya Ara khawatir.

"Maafkan aku ya," ucap Raven dengan pandangan menyesal. Dia pun menuntun Ara agar dusuk.

"Tadi aku ada urusan sebentar sama temen, jadi nggak sempet ngabarin kamu. Maaf ya?"

"Iya, nggak papa kok. Cuma heran aja tadi pas aku panggil kamu nggak nengok, padahal biasanya dipanggil sekali aja kamu udah denger!"

"Maaf ya, aku bener buru-buru banget tadi. Kamu mau kan maafin aku?" Ara melihat ketulusan di mata Raven, walau Ara masih ragu apakah dia akan memaafkan Raven atau tidak.

"Iya."

"Kita ke taman belakang yuk!" Ara pun meminta untuk mengganti celananya dulu. Raven pun paham, ia keluar dulu dari kamar Ara.

"Udah?" Ara hanya menjawab dengan anggukan.

"Ra!" saat ini mereka sedang duduk di rerumputan. Karena sudah sore jadi matahari tidak terlalu menyengat dan panas.

Three Loves (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang