TL-23

71 20 12
                                    

"Kapan?"

"Apa maksud Ano?"

Ano dan Ara berada di taman belakang sekarang atau lebih tepatnya Ano meminta Ara ke sini untuk membuat semuanya jelas. Suasana tegang dan Ara merasakan hal itu.

"Hubungan kamu dan-"

"Sejak pernikahan mama dan Daddy, maaf ya Ara nggak ngomong sama Ano. Sebenarnya Ara mau ngomong, tapi Ara masih malu," ucap Ara membuat hati Ano teriris. Bagaimana tidak, melihat tingkah Ara yang seperti malu-malu membuat Ano yakin bahwa Ara memang mencintai Raven.

"Gitu ya." Senyum getir Ano.

"Ano marah? apa karena Ara nggak cerita sama Ano?" tanya Ara bertubi-tubi.

Bukan karena itu, Ra. Tapi, karena sekarang aku tahu bahwa kamu cuma menganggapku sebatas sahabat, batin Ano.

Rasanya Ano ingin meniadakan Raven. Jika dapat diulang, Ano akan meminta agar dirinya dan Ara sudah berpacaran atau tak pernah bertemu dengan Raven. Namun, sepertinya itu hanyalah sebuah angan saja.

Tanpa menjawab Ano meninggalkan Ara sendiri. Hal itu sukses membuat Ara berpikir kalau Ano memang marah padanya. Padahal Ara tak bermaksud begitu.

Maafin Ara ya, No, batin sedih Ara.

Seandainya ia bercerita lebih cepat mungkin Ano tak akan marah padanya. Seandainya ia bercerita bahwa ia tertarik pada Raven mungkin Ano tak marah padanya dan masih banyak kata seandainya dalam pikiran Ara.

"Ra, kamu kenapa?"

"Nggak papa, kak! ada apa kak?" ucap Ara mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Aku mau ajak kamu jalan-jalan, gimana?"

"Boleh deh. Aku ganti baju dulu ya kak!"

Setelah bersiap Ara dan Raven keluar dari rumah. "Kita mau ke mana kak?"

"Rahasia," ucap Raven diiringi dengan kerlingan mata.

"Issh! kakak mah!"

Sudah sekitar 30 menit perjalanan, hal itu membuat Ara bosan. "Sebenarnya ini ke mana coba," ketus Ara.

Raven hanya tersenyum kecil mendengar perkataan Ara. Raven yakin Ara akan menyukai tempatnya. Karena tempat ini sungguh sangat membuat hati Raven tenang. Jadi, Raven yakin Ara akan sama sepertinya.

"Loh kok berhenti?" tanya heran Ara.

"Kita udah sampe, kamu sih ngomel mulu," ucap gemas Raven.

"Apaan, Ara nggak ngomel kok," elak Ara membuat Raven terkekeh geli.

"Iya deh. Yuk keluar!" Ara menatap pemandangan di depan dengan binar mata.

"Wah! Pemandangannya bagus banget. Ara suka, makasih ya kak!"

Ini yang Raven sukai dari Ara. Dia ini tipe yang berterus terang dalam mengekspresikan sesuatu. Bicaranya yang spontan, tapi tetap sopan membuat Raven nyaman bersama Ara.

"Syukurlah kalau memang kamu suka tempatnya. Aku pernah beberapa kali ke sini untuk refreshing."

"Kakak ketemu sendiri atau dari temen?"

"Sendiri, waktu itu lagu bosen di rumah. Jadi, jalan aja tanpa tahu mau ke mana, eh malah ketemu tempat keren ini," ucap antusias Raven.

Baru pertama kali Ara melihat ekspresi Raven yang seperti ini. Sungguh pemandangan yang indah. Wajah tampan Raven dengan senyun yang menawan.

"Kenapa aku tampan ya?" ucap Raven menggoda Ara. Ia sempat melihat Ara yang terus menatapnya dengan pandangan kagum.

"Apan nggak kok," elak Ara dengan pipi yang bersemu merah.

Three Loves (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang