epilog

116 20 7
                                    

Satu bulan berlalu sejak semuanya sudah kembali normal. Bahkan sekarang Ara sudah mencintai Ano. Jika Ara melihat Ano dekat dengan perempuan lain, atau Ano dengan sengaja memilih kelompok dengan perempuan Ara pasti akan marah.

Entah sejak kapan Ara menjadi cemburu seperti ini. Namun, bukannya kesal Ano justru senang karena Ara semakin bergantung padanya. Sayangnya Ara belum pernah menyatakan secara gamblang bahwa dia sudah mencintai Ano.

"Ayok Ra pulang!" bell sekolah sudah beberapa menit berbunyi. Setelah guru keluar Ano langsung menghampiri kelas Ara.

Namun, wajah Ara sedari tadi cemberut dan muram. Ano pun berhenti jalan membuat Ara menabraknya. "Aduh!!"

"Ano ihh!"

"Lagian, kamu ini kenapa sih?"

"Tadi ada yang nitip ini ke Ara!" ucap Ara seraya memberikan secarik kertas yang ia terima saat istirahat terakhir.

Di depan mata Ara, Ano menyobek kertas itu tanpa membacanya sama sekali. "Loh!"

"Sekarang aku itu milik kamu, jadi aku nggak akan memerdulikan yang lain," ucap tulus Ano.

Ano pun menggiring Ara menuju motornya. Ia langsung menjalankan motornya ke rumah. "KITA LANGSUNG PULANG?" teriak Ara dari jok belakang.

"IYA!"

Ara pun mengangguk paham, dia juga sudah lelah karena otaknya sudah terkuras. Ulangan matematika menjadi penyebabnya. Ara memang bisa mengikuti, hanya terkadang ia kewalahan jika harus mengerjakkan.

"ASSALAMUALAIKUM!" seru Ara dan Ano ketika masuk ke dalam rumah.

"Waalaikumsalam!" sahut Lika.

"Gih istirahat."

"Kak Raven belum pulang?"

"Dia izin ada les tadi." Ara pun mengangguk sebagai jawaban. Dia mengecup pipi Lika sebelum naik ke kamarnya.

****

Malam tiba dan hari ini Edam membuat acara keluarga. Dia juga mengundang adik tiri Xander dan Ara untuk berkumpul. Edam juga sudah mendengar bahwa Zayyan memilih ikut Kakaknya dibanding ibunya setelah mengetahui segalanya.

Bahkan Edam pernah diberitahu bahwa Sasi sekarang berada di RSJ. Dia stres karena kehilangan putranya dan segalanya.

"Wah makan gratis!" seru Zayyan tanpa malu-malu.

Ini memang bukan pertemuan pertama mereka, jadi Zayyan sudah tak canggung lagi pada mereka. Apalagi Edam meminta Zayyan untuk bersikap biasa saja.

"Woy itu punya gue!" protes Zayyan ketika Raven mengambil paksa makanan yang ia ambil.

"Tinggal ambil lagi elah!"

"Enggak, pokoknya itu punya gue!!" Zayyan pun berusaha merebut kembali makanannya.

"Zayyan udah," ucap Xander mencoba menengahi.

"Nggak!"

Ara menatap malas keduanya. "BISA DIAM NGGAK!" sentak Ara membuat semua terdiam kaget.

"Kenapa kok diem semua," ucap polos Ara membuat semua ingin mencubit Ara gemas.

"Kan kamu yang suruh," balas gemas Ano.

Suasana pun kembali riuh setelahnya. Lagi-lagi terjadi pertengkaran antara Zayyan dan Raven. Sepertinya mereka berdua benar-benar tak bisa disatukan.

Seusai makan Ano meminta waktu Ara sebentar. Dia menarik Ara ke tempat yang lebih sepi. "Ra!"

Ini sudah sebulan dan mungkin inilah waktunya bagi Ano untuk memperjelas hubungan mereka yang masih mengambang.

"Aku tahu mungkin ini masih terlalu cepat, tapi aku cuma mau denger jawban kamu aja kok."

Setelah sebulan pernyataan aku apa kamu udah-"

"Nggak!" Ano yang mendengar respon Ara pun menjadi lesu.

"Nggak tahu mau bilang apalagi yang jelas aku cinta kamu!" lanjut Ara membuat senyuman terbit di wajah tampan Ano.

Ano memeluk Ara reflek. Bahkan sangat erat hingga Ara kesulitan bernapas. "Makasih! makasih!" Ano terus menggumamkan kata itu. Ara pun membalasnya dengan erat.

Sedangkan yang lain melihat dari kejauhan pun tersenyum bahagia. Mereka bahagia akhirnya kedua sejoli ini bisa bersatu.

"VIAN, INGAT KALIAN BELUM SAH!" seru Edam dari kejauhan membuat keduanya bersemu malu.

Tamat
























Maaf pendek😭

Ini bab terakhir ya🤗

Jadi ramein yuk😉

Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.

Satu kata untuk part ini😘

👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇

Three Loves (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang