TL-29

66 21 7
                                    

Seorang perempuan sedang menatap datar di sebuah acara wisuda. Hari ini bukan hari baiknya, apalagi dia sangat menghindari hari ini. "Kira!"

"Ada apa?"

"Sekarang kita maju ke depan!" benar saja hampir semua murid di kelasnya sudah naik ke atas panggung.

Kira hanya mampu menatap nanar Ara yang terus bersama Ano. Bukannya tak ingin berjuang hanya saja dia hanya seorang pelajar SMP memang apa yang bisa dilakukannya?

"Udahlah Kira nggak usah mengharap Aris lagi!" hri itu pun sudah Kira putuskan akan melupakan Ano.

Setelah acara foto dia memilih pulang, karena acara selanjutnya hanya acara hiburan. Kira benar-benar tak mengusik kehidupan Ano maupun Ara lagi semenjak hari kelulusan.

Kira pun memilih sekolah yang berbeda dengan keduanya. Hingga suatu ketika Kira bertemu dengan seorang laki-laki yang membantunya saat dia sedang kecopetan.

"WOY COPET!! TOLONG!! TOLONG!!" jalan yang sepi membuat Kira pasrah, tapi tiba-tiba dari arah belakang muncul seorang pria dengan menggunakan motor.

Dia pun menjegal pencopetnya dan berhasil mengambil dompet Kira. "Makasih ya!"

"Iya sama-sama. Aku pergi dulu!" belum sempat Kira menanyakan namanya pria itu langsung pergi dari hadapannya.

Sepertinya dia memang tidak pandai dalam memikat seorang pria. Kalau dilihat dia itu sudah SMA sepertinya. Namun, entah kelas berapa dia. Selama beberapa hari pun Kira terus memikirkan nama dari pria yang sudah membantunya itu.

Hingga saat Kira ke cafe dia tak sengaja bertemu dengan pria yang sama. Tak mau membuang kesempatan Kira mendekat ke arahnya. "Hai!" pria itu mendongak.

"Siapa ya?"

"Aku itu orang yang kamu tolong pas kecopetan!"

"Oh iya, maaf ya waktu itu aku langsung pergi gitu aja!"

"Nggak papa," balas Kira dengan senyuman manis.

"Oh iya, perkenalkan namaku Zanna Kirania, biasa dipanggil Kira."

"Hai namaku Raven!"

Mulai dari situ Kira dan Raven sering bertemu, walau memang tak terlaly sering. Mereka akan bertemu saat Raven memiliki waktu luang saja.

Hingga Raven menembak Kira, sebelum Kira menerimanya pun dia bertanya apalah Raven sudah memiliki pacar atau belum dan dengan entengnya Raven menjawab. "Aku belum punya pacar kok!"

Karena sudah mendengar jawaban Raven pun akhirnya dia menerima Raven menjadi pacarnya. Namun, setelah menjadi pacar mereka justru jarang bertemu.

Raven pun selalu mencari tempat yang benar-benar sepi dan jarang pengunjung. Awal-awal Kira hanya menanggapinya biasa saja, dia berpikir mungkin Raven memang suka tempat seperti itu. Namun semakin ke sini tingkah Raven seperti ketakutan dan gelisah setiap kali bertemu.

Akhirnya mereka bertemu di sebuah taman yang jarang pengunjungnya. Mereka pun mengobrol dan berpacaran seperti kebanyakan orang, tapi ada yang berbeda hari ini. Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara seorang pria dewasa yang membuat Raven menegang hebat.

"Raven kamu sama siapa?" tanya pria tiba-tiba membuat Raven terkejut.

"Daddy!" mendengar panggilan Raven pun Kira kaget. Saat akan memperkenalkan diri Raven justru memintanya untuk pergi.

Membuat Kira mu tak mau meninggalkan keduanya dengan berbagai pertanyaan muncul. Kenapa Daddy Raven seperti marah melihat mereka? apa yang sebenarnya terjadi?

Setelah beberapa hari kemudian Raven meminta untuk bertemu kembali. "Nunggu lama?" Raven hanya menjawabnya dengan gelengan.

"Jadi apa yang ingin kamu katakan?"

"Aku mau kita putus!"

"A-apa maksudnya? kenapa tiba-tiba? apa aku punya salah?" mata Kira sudah berkaca-kaca.

"Nggak papa aku hanya mau kita putus!"

"Apa karena Daddy kamu yang minta? atau kamu selingkuh?" air mata Kira sudah meluruh, tapi sekuat tenaga Kira tahan agar tak mengeluarkan suara.

"Bukan, aku nggak selingkuh dari kamu. Tapi, kamu itu selingkuhan aku." Setelah mengatakan itu Raven pergi begitu saja meninggalkan Kira yang sudah berderaian air mata.

"Hiks ... hiks ... hiks ...."

Kira pergi dengan wajah sembab. Kira berusaha mengontrol dirinya dan mengikuti Raven yang terayata belum jauh. Mata Kira membesar ketika melihat Raven jalan bersama siapa 'Ara'.

"Kenapa selalu Ara?" gumam Kira. Dia pun bertekat untuk merebut Raven kembali.

****

Saat ini Xander sedang berada di depan rumah yang dulu dia tempati. Sebenarnya bukan kemauannya, dia ke sini karena terpaksa. Xander akan mengurus semua warisan ayahnya dan akan dibagikan sesuai yang ayahnya wasiatkan.

Dia juga sudah bertemu dengan pengacara ayahnya, maka di sinilah dirinya. Xander mengetuk pintu dan tak lama seseorang membukanya. "Den Xander!"

"Bik!"

Tanpa basa-basi Xander bergegas menuju ruang kerja ayahnya dan mengambil semua berkas yang belum sempat ia ambil. Dari arah belakang Sasi muncul dengan wajah marah.

"Mau apa kamu?"

"Mengurus apa yang seharusnya aku lakukan!" tekan Xander.

"Itu semua punya saya!"

"Hahahaha! mimpi ya anda, semua ini milik anak-anak Papa. Bahkan anda tak diberi apapun olehnya," ucap Xander setengah berbohong. Ia sudah muak dengan kelakuan wanita di depannya ini.

Ternyata di depan pintu Zayyan melihat kelakuan Mama yang baru pertama kali ia lihat. "Nggak, pokoknya semua harta mas Hansa menjadi milik saya!" sentak Sasi dan mencoba merebut berkas yang berada di tangan Xander.

"Ternyata kau sudah gila hanya karena HARTA ya!" tekan Xander pada kata 'harta'.

"Kau sudah lihat kan Zayyan bagaimana kelakuam ibumu yang sebenarnya!" seru Xander yang melihat Zayyan.

"Oh iya, kalau kamu mau tahu sebenarnya aku dan Ara bukan anak kandung ibumu. Ibuku diceraikan Papa agar dia bisa menikah dengan ibumu. Kau tahukan sekarang ibumu itu apa?" wajah Sasi sudah panik ketika Zayyan mengetahui semuanya.

"Mama jahat! kenapa Mama ngelakuin itu semua! aku malu, Ma. MALU!" tangan Zayyan mengepal menahan amarahnya dan Xander puas melihatnya. Sedangkan Sasi sudah pasrah dengan deraian air mata.

"Aku punya pilihan, kamu bisa ikut tinggal di apartemenku atau kamu masih mau tinggal dengan dia!" ucap dingin Xander.

"Aku ikut abang!" tegas Zayyan. Mata Sasi membola ketika mengetahui putra satu-satunya akan meninggalkannya.

"NGGAK! KAMU SAMA MAMA AJA!"

"Ayok Zayyan, barang kamu akan dibawakan oleh bawahanku!" mereka pun pergi meninggalkan Sasi yang histeris.

Lengkap sudah kehancuran dari Sasi. Bukan hancur karena bangkrut atau miskin. Dia hancur karena seluruh kekuarga meninggalkannya, terlebih putra kandungnya.

Semua sudah pergi meninggalkannya yang sudah menjadi serakah. Sasi terbutakan oleh harta yang ditinggalkan suaminya. Dulu pun ia terbutakan oleh cinta hingga melakukan segala hal untuk mendapatkannya.

Hingga menggunakan cara licik pun ia jalankan agar berjalan seperti yang ia mau. Setelah mendapatkan Hansa pun dirinya masih begitu. Dia berlaku tak adil pada putri satu-satunya Hansa. Sebelum hadirnya Zayyan, Xander diperlakukan dengan baik. Walau Xander dap at merasakan mana yang tulus dan mana yang tidak, tapi berbeda dengan Ara yang sama sekali tak mendapatkannya.




























Jangan lupa Vote N Komen dan baca cerita Arissa yang lain.
Sampai jumpa nanti malam😀
Satu kata untuk part ini😘
👇👇👇👇👇👇👇👇👇

Three Loves (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang