𝐁𝐀𝐁 𝐈𝐈𝐈: 𝐍𝐨𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠. 𝐉𝐮𝐬𝐭 𝐒𝐡𝐢𝐧𝐬𝐨̄ 𝐛𝐞𝐢𝐧𝐠 𝐚 𝐒𝐈𝐌𝐏

668 118 13
                                    

𝑮𝑬𝑺 𝑴𝑨𝑼 𝑵𝑮𝑰𝑵𝑮𝑬𝑻𝑰𝑵 𝑨𝑱𝑨, 𝒅𝒊 𝒔𝒊𝒏𝒊 𝒖𝒔𝒊𝒂 [𝒀/𝑵] 5 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒚𝒂, 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒌𝒊𝒕𝒂𝒓 2-3 𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏 𝒍𝒂𝒈𝒊 6 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏. (𝒃𝒊𝒂𝒓 𝒈𝒂 𝒎𝒖𝒅𝒂 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒆𝒕 𝒈𝒊𝒕𝒄𝒉𝒖).

_______________________________________

'Kalau ini sih sudah pasti bukan gara-gara quirk-ku,' pikir Shinsō. Ditatapnya gadis yang berjalan berdampingan dengannya. Dulu mereka memang sering pulang bareng karena rumah mereka searah. Yah, walau hanya setengah perjalanan saja, sih.

Nampak cahaya mentari senja menyinari wajah sang gadis. Menambah poin indah yang sudah melewati batas.

Tak mau makin hanyut dalam pesona sang gadis, Shinsō memilih untuk memalingkan wajah.

'Hitoshi Shinsō, ingat kamu masih 5 tahun, belum boleh pacaran. Nanti dimarahi mama,' pikirnya.

Sejujurnya dia agak kecewa. Sudah hampir setahun ia dan [Y/N] pergi les bersama, itu artinya sudah banyak kenangan manis yang mereka ciptakan. Mulai dari saat awal berjumpa, pulang bersama saat hujan, saat mereka menemukan anak kucing dan merawatnya layaknya ibu dan ayah. Namun semua itu hilang begitu saja. Layaknya jejak kaki di pasir yang disapu ombak, tidak menyisakan apa pun.

"Shinsō.." panggil [Y/N].

"Ya?"

"Quirk itu apa sih? Mamaku selalu ngomongin itu terus, pas jalan ke tempat les juga itu terus yang dia ocehkan."

Benar juga, tadi Shinsō belum menjelaskan apa pun pada [Y/N].

"Quirk itu semacam kekuatan super. Sebanyak 80% dari penduduk bumi memiliki quirk, sisanya tidak," jelas Shinsō.

"Berarti yang tidak punya quirk disebut quirkless, ya?"

Shinsō tidak menjawab pertanyaan tersebut karena ia tau, pertanyaan itu tadi memang tidak perlu dijawab.

"Nee, Shinsō," [Y/N] menoleh ke arah bocah yang dipanggil. Manik [E/C] disambut dengan manik ungu milik lawan bicara. "Mamaku itu, selalu mengoceh 'kili gi pinyi qirk kimi hiris bilijir tiris biir siksis,'," Ejek sang gadis, menirukan ucapan mamanya. "Memangnya... buruk ya kalau tak punya quirk?" Tanya [Y/N].

"Tidak juga, sih," jawab Shinsō.

"Habisnya mamaku buat itu jadi kelihatan buruk," tampak wajah [Y/N] semakin murung.

Shinsō jelas-jelas tidak suka itu.

"Yahh, itu sih cuma mamamu aja yang resek," cibiran Shinsō mendapat balasan tawa kecil dari [Y/N].

"Iya sih, bener juga, dia emang rempong gitu orangnya," [Y/N] terkekek.

Melihat gadisnya yang mulai ceria kembali, membawa senyuman pada wajah Shinsō. Ia pun menepuk-nepuk pucuk kepala [Y/N] pelan. "Tidak perlu mendengarkan apa kata orang, [Y/N]. Kamu tidak perlu quirk untuk jadi orang baik."

Mendengar itu [Y/N] tersenyum. "Makasih ya Shinsō. Dan walaupun ini bukan salahku, aku minta maaf karena telah melupakan Shinsō."

"Iya tak apa."

"Apa quirkmu Shinsō, emm kalo boleh tahu sih.."

"Brain washing," balas Shinsō. Secara diam-diam ia berharap agar [Y/N] tidak berlari menjauhinya setelah mengetahui sepotong informasi ini. Yah, dia agak ragu sih [Y/N] akan kabur, mengingat minimnya pengetahuannya akan quirk saat ini.

"Oh.. quirkmu keren juga ya," yap, sesuai dugaan.

Akhirnya tibalah mereka pada sebuah pertigaan, tempat mereka biasa berpisah bila pulang bersama.

𝐒𝐔𝐆𝐀𝐑 𝐑𝐔𝐒𝐇 ༄ʸᵃⁿᵈᵉʳᵉ ᵇⁿʰᵃ ˣ ʳᵉᵃᵈᵉʳTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang