𝐁𝐀𝐁 𝐈𝐕: 𝐒𝐜𝐚𝐫 𝐢𝐬 𝐬𝐞𝐠𝐠𝐬𝐲 𝐲𝐤

622 101 12
                                    

𝑺𝒊𝒏𝒄𝒆 𝒊'𝒎 𝒃𝒆𝒊𝒏𝒈 𝒈𝒆𝒏𝒆𝒓𝒐𝒖𝒔 𝒕𝒐𝒅𝒂𝒚 𝒔𝒐, 𝒆𝒂𝒓𝒍𝒚 𝒖𝒑𝒅𝒂𝒕𝒆 𝒃𝒊𝒕𝒄𝒉𝒆𝒔𝒔𝒔. 𝑬𝒗𝒆𝒏 𝒕𝒉𝒐𝒖𝒈𝒉 𝒏𝒐 𝒐𝒏𝒆 𝒘𝒂𝒊𝒕𝒔 𝒇𝒐𝒓 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒔𝒕𝒐𝒓𝒚.

_______________________________________

'Monyet,' pikir [Y/N].

Kakinya secara tak sadar menendang kaleng minuman bekas yang menghalangi jalannya.

'Hari ini, entah kenapa menjadi hari yang lebih menyebalkan dibanding hari-hari sebelumnya.

Pertama-tama, Minggu pagi [Y/N] yang seharusnya damai sentosa malah dihancurkan dengan kehadiran mak lampir yang tiba-tiba menerobos kamarnya.

'Kamu ini anak gadis bukannya bangun pagi beresin rumah!' Pikirannya mengingat kembali apa yang ibunya katakan. "Lagi pula orang itu berharap apa sih? Aku kan baru lima tahun! Yah walaupun jiwaku berusia limabelas tahun sih..." Omelan [Y/N] mendapat perhatian seorang ibu yang sedang menjemur pakaian di halaman rumah yang ia lewati.

Yah walaupun begitu, semua yang mak lampir itu katakan [Y/N] turuti. Telinganya tak kuat menahan ocehan wanita tersebut apabila [Y/N] tak menuruti apa yang dia katakan.

Poin kedua yang membuat harinya semakin buruk, Shinsō. Mengejutkan memang, mengingat Shinsō merupakan teman yang baik bagi [Y/N]. Akan tetapi, ini bukan sepenuhnya kesalahan Shinsō, kok.

Saat les kemarin, Shinsō berjanji akan mengajak [Y/N] main di taman tempatnya muncul pertama kali. Namun satu jam setelah [Y/N] membereskan rumah---yang di mana itu adalah siang hari, dan waktu temu mereka adalah jam sembilan pagi---Shinsō tidak juga datang. Akhirnya [Y/N] memutuskan untuk menghampiri rumahnya. Seperti kata Shinsō, halaman rumahnya memang dipenuhi bunga clematis ungu. 'Serasi dengan rambutnya,' pikir [Y/N] saat itu.

Namun, setelah diteriaki berkali-kali, Shinsō tidak juga muncul. Dirinya mulai yakin bahwa sang pemilik rumah sedang pergi. Dan keyakinannya pun terbukti setelah salah satu dari tetangga Shinsō keluar karena keributan yang [Y/N] timbulkan, dan memberitahunya bahwa Shinsō dan keluarganya sedang pergi keluar. "Sepertinya mereka akan pulang malam, deh," ucap kakek yang memberitahu [Y/N].

Dan itu membawanya ke situasi ini, [Y/N] mengomel sendirian di jalan, layaknya orang sinting.

[Y/N] menolak untuk pulang ke rumah dan lebih memilih berjalan-jalan tanpa tujuan dari pada menghadapi ibunya lagi. Yah walaupun itu lebih berisiko mengingat usianya hanya lima tahun di dunia yang ini.

Namun tak apa. Kalian tahu kan betapa menyebalkannya seseorang apabila waktu yang diperlukan untuk membuatmu tak suka pada orang itu hanya kurang dari dua hari?

"Oh, ini area mewah di daerah sini," ucap [Y/N] pada dirinya sendiri. Ia melihat sekelilingnya. Banyak rumah-rumah mewah bergaya tradisional di sini. [Y/N] pun memutuskan untuk berkeliling area ini sebentar, sekedar melihat-lihat interior bangunannya.

Setelah beberapa menit melangkah, [Y/N] dikejutkan oleh suara isak tangis dari gang gelap di sampingnya. "Siapa?!" Teriak [Y/N]. Dia hanya dijawab oleh kesunyian setelahnya. Mau tak mau [Y/N] melangkah masuk ke dalam gang, siapa tahu ada yang terluka dan membutuhkan pertolongan.

Di dalam gang, duduk seorang bocah. Usianya mungkin sama dengan [Y/N]. Walaupun gelap, [Y/N] dapat melihat rambut dwi warna bocah tersebut. 'Buset dah, rambut orang sini kenapa pada aneh-aneh ya?' pikirnya. Mata [Y/N] kini tertuju pada perban yang menghiasi mata kiri bocah di hadapannya ini.

"Itu mata kamu kenapa?" Tanya [Y/N] tanpa basa-basi.

"Bukan urusanmu!" Ketusnya. Tampak matanya sembab akibat tangis.

𝐒𝐔𝐆𝐀𝐑 𝐑𝐔𝐒𝐇 ༄ʸᵃⁿᵈᵉʳᵉ ᵇⁿʰᵃ ˣ ʳᵉᵃᵈᵉʳTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang