"[Full Name]! sedang apa kamu disini?!" [Y/N] yang merasa namanya dipanggil pun menoleh ke sumber suara. Nampak seorang wanita sedang berjalan cepat ke arahnya. Dadanya naik turun menahan amarah, begitu pula wajahnya yang tampak merah. "Kenapa malah main di taman hah!? Bukannya pergi les tapi malah- BUSET BAU BANGET. Kamu ngapain sih main di tong sampah gitu ugh.."
Wanita itu terus menerus terhanyut dalam ocehannya. Sementara [Y/N], yah dia tidak mendengar. Kenal saja tidak, jadi dia pun melakukan apa yang orang pintar lakukan. "Maaf, tapi anda siapa ya?" Tanyanya.
Sementara itu yang ditanya wajahnya malah tambah memerah karena kesal, itu pun kalau masih bisa. Tanpa aba-aba tangan wanita itu menjambret telinga [Y/N], mendapat balasan erangan dari sang empu telinga.
Orang-orang disekitar yang menyaksikan hanya bisa bergumam, mendoakan keselamatan sang gadis, dan membicarakan betapa jahatnya sang ibu terhadap anaknya.
Sementara kedua bocah yang berdiri tepat di hadapan TKP hanya bisa bengong, tak tahu harus apa.
Muak dengan keadaan, wanita tersebut pun menarik [Y/N] menjauhi taman. Dapat dilihatnya bocah berambut brokoli menatapnya dengan sendu, sementara yang rambut durian hanya mencemooh.
Sehabis insiden di taman tadi, [Y/N] ditarik paksa oleh wanita yang ternyata ibunya menuju ke suatu tempat yang ia percaya rumah.
Di sana [Y/N] di perintah untuk bergegas mandi dan mengganti pakaian mengingat tubuhnya yang bau karena bermain di dalam tong sampah. Setelah itu, mereka berdua bergegas menuju tempat les, "kita sudah telat satu jam," [Y/N] mengingat apa yang wanita itu katakan.
Dan di sinilah ia duduk sekarang. Menatap lembaran soal kumon--tempatnya les--yang sudah selesai ia kerjakan. Telat datang pun tak apa karena penjumlahan dan pengurangan kecil-kecilan seperti ini bagai diluar kepala bagi [Y/N].
Sebenarnya [Y/N] sudah diperbolehkan pulang oleh guru yang bertugas di sana. Namun, ia menolak. Ia tidak betah untuk berada di sekililing wanita yang ia--dipaksa--panggil ibu itu. 'Hii dia bahkan lebih galak dari suster Krone,' pikir [Y/N].
"Tumben sudah selesai. Biasanya kamu selesai paling terakhir?" [Y/N] dibuat terkejut oleh suara tersebut. Dicarinya sumber suara yang ternyata berasal dari sampingnya. Rambutnya berwarna indigo dan dia kelihatan kurang tidur untuk anak seusianya.
"Eng, kamu siapa?" Tanya [Y/N] blak-blakan. Sementara orang yang ditanya wajahnya tampak sedikit terkejut.
"Eh apa aku tidak sengaja mengaktifkan quirk-ku padamu ya?" Tanyanya balik. Tangannya menggaruk dagu kebingungan.
"Quirk?"
"Iya! Masa tak tahu quirk, sih?" [Y/N] mengangguk sebagai balasan. Tampak wajah lawan bicaranya berubah masam.
"Harusnya dampak quirk-ku belum bisa sekuat ini," gumam Shinsō.
"Kalau dia tau tidak?" Shinsō menunjuk poster All Might yang terpampang di dinding kelas. [Y/N] menggeleng sebagai balasan.
Menerima jawaban [Y/N], Shinsō hanya bisa menghela napas kasar. 'Padahal dia yang paling heboh kalau melihat poster itu. Yasudah deh, tidak ada salahnya mulai ulang, kan?' Pikir Shinsou.
"Haaa, yasudah deh. Aku Hitoshi Shinsō, biasanya kamu panggil aku Shinsō."
