Sebenarnya [Y/N] sendiri tak tahu apa yang terjadi.
Barusan saja dia main petak umpet bersama kawan-kawan panti asuhannya, dan sekarang dia malah terlantar di entah berantah.
Awalnya dia bersembunyi di dalam tong sampah--ia pikir itu adalah tempat persembunyian terbaik--dan menunggu selama kurang lebih tiga puluh menit sampai akhirnya dia memutuskan untuk mengumumkan keteman-temannya bahwa dia adalah sang pemenang.
Namun saat tutup metal di buka, pemandangan yang didapatinya bukanlah halaman belakang panti, melainkan taman kota.
Sempat dirinya berpikir bahwa mungkin saja ada pengangkut sampah yang membawa tong sampah berisi dirinya ke taman ini. Namun dia ingat, tidak ada taman yang seperti ini di kota tempat panti asuhannya berdiri.
Ia pun akhirnya susah-susah keluar dari tong sampah tersebut dan malah membuat keributan, menarik perhatian anak-anak lain yang sedang bermain di taman. Terutama perhatian dua bocah bersurai hijau brokoli dan pirang pucat yang pada awalnya sedang berkelahi.
[Y/N] merasa dirinya lebih pendek saat berusaha keluar tong sampah tadi. Rasanya seperti semakin menyatu dengan sampah.
"Anu," bisik seorang bocah malu-malu. [Y/N] lihat rambutnya berwarna hijau, dia sedikit keheranan apa boleh anak seusia dia mewarnai rambut hingga mencolok begitu, tapi pada akhirnya [Y/N] hiraukan. Untuk wajahnya, [Y/N] sendiri tak dapat melihatnya dengan jelas karena bocah tersebut terus menatap sepatu merahnya. "S-sedang apa k-kamu di dalam tong sampah begitu?" Tanyanya pada akhirnya.
Di belakang bocah brokoli itu, [Y/N] menyadari ada satu bocah lagi. Perawakannya angkuh, dengan rambut pirang pucat yang mencuat-cuat seperti durian, dilengkapi seperti sepasang mata merah terang. Menurut [Y/N] wajahnya mirip seperti gremlin yang sedang menahan buang air besar.
'tipikal bocah FF,' pikirnya skeptis pada bocah berambut durian tadi. 'Pantas untuk dipukul.'
"Main petak umpet," Balas [Y/N] akhirnya.
"Tapi kita tidak ada yang main petak umpet tuh?," tanya bocah brokoli kebingungan. Wajahnya lucu, mirip seperti kelinci.
"Memangnya yang bilang aku main sama kalian siapa?" Tukas [Y/N]. Dia hanya ingin tahu apa yang terjadi, dimana dia berada, dan pulang kembali ke kasur empuknya di panti, mendengar nyanyian lullaby dan kadang dongeng dari Mama Isabella, orang yang sudah dia anggap mamanya sendiri.
Sementara itu, kedua bocah yang baru saja mendengar jawaban [Y/N] menatap gadis tersebut kebingungan.
'bocah freak,' pikir Bakugo.
"Hei gadis sampah!," panggil bocah berambut durian. Sungguh, [Y/N] makin ingin menghajarnya setelah mendengar nama panggilan darinya. "Siapa nama dan berapa umurmu?!" Tanyanya setengah berteriak.
"[Full Name]."
"Umur?" tanya bocah durian itu lagi.
"Lima belas tahun, kalian bocah memang tidak ada sopan santunnya ya?," Balas [Y/N] dengan sedikit nada pedas tante-tante arisan di akhir.
Hati [Y/N] berdegup sedikit lebih cepat, gembira membayangkan wajah kedua bocah tersebut sehabis ditampar fakta bahwa ia jauh lebih tua dari mereka. 'Pasti mereka panik dan segera meminta maaf,' pikirnya.
Namun, setelah menilik wajah kedua bocah, bukan ekspresi terkejut atau ketakutan yang disuguhkan. Melainkan ekspresi terheran-heran, seolah-olah mereka melihat alien di depan wajah mereka sendiri.
"TOLOL YA?! MANA ADA USIA LIMA BELAS TAHUN TINGGI SEGITU!"
[Y/N] pun berdiri dari posisi semulanya yang merupakan duduk dan ia baru sadar bahwa tinggi mereka semua setara.
_______________________________________
𝑨𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌 𝒌𝒆 𝒂𝒍𝒖𝒓 𝒈𝒖𝒚𝒔 𝒔𝒌𝒔𝒌𝒔𝒌
𝒉𝒆𝒓𝒆 𝒔𝒐𝒎𝒆 𝒎𝒆𝒎𝒆𝒔:"
𝑩𝑨𝑯𝑨𝑯𝑨𝑯𝑯𝑨 𝑺𝑻𝑨𝒀 𝑻𝑼𝑵𝑬𝑫 𝑩𝑰𝑻𝑪𝑯𝑬𝑺𝑳𝑶𝑽𝑬 𝒀𝑨𝑨𝑨
𝑫𝑶𝑵𝑻 𝑭𝑶𝑹𝑮𝑬𝑻 𝑻𝑶 𝑽𝑶𝑻𝑬 𝑴𝑭𝑺
_______________________________________
ʰᵒʳⁿʸ ᵃʳᵉⁿ'ᵗ ʷᵉ?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐔𝐆𝐀𝐑 𝐑𝐔𝐒𝐇 ༄ʸᵃⁿᵈᵉʳᵉ ᵇⁿʰᵃ ˣ ʳᵉᵃᵈᵉʳ
Hayran Kurgu𝐵𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑎𝑖𝑛𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑢𝑚𝑝𝑒𝑡 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎. 𝑆𝑒𝑚𝑢𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑖𝑘-𝑏𝑎𝑖𝑘 𝑠𝑎𝑗𝑎, 𝑘𝑎𝑛? . . . 𝑲𝒊𝒔𝒂𝒉 𝒅𝒊 𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒈𝒂𝒅𝒊𝒔 𝒑𝒂𝒏𝒕𝒊 𝒃𝒊𝒂𝒔𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒍𝒊𝒎𝒂 𝒃𝒆𝒍�...