❄❄❄
"Hal-hal yang tidak disampaikan secara terang dan jelas, terkadang dapat menimbulkan rasa curiga. Sehingga dari sana lah sumber segala kekacauan."
❄❄❄
Diero menatap Chiara dengan intensitas menyakitkan, berdiri di tengah taman yang diterangi cahaya lembut lampu-lampu malam. Kilauan lampu memantulkan bayangan mereka di jalan setapak, menciptakan kesan bahwa mereka terjebak dalam momen yang tak berujung.Pepohonan di sekitar mereka bergoyang pelan tertiup angin malam, menambah suasana hening yang seakan memperkuat perasaan tak terucapkan di antara mereka.
"Mau sampai kapan lo menyiksa diri lo sendiri kayak gini, Ra?" Suaranya terdengar penuh kekhawatiran.
Chiara hanya menunduk dan tidak menghiraukan perintah Diero. Ia merasa terlalu lemah untuk menghadapi omelan dari laki-laki yang selalu ada di saat-saat terburuknya.
Diero mengusap wajahnya, menoleh ke sudut lain yang diterangi cahaya lampu, berusaha meredakan amarahnya yang mulai meluap. Tidak mungkin dia meninggikan suara di saat Chiara dalam kondisi seperti ini.
Geram, Diero menangkup wajah Chiara dengan tangan, memaksa gadis itu menatapnya. "Lo harus ikhlasin kepergian dia. Jangan terus-menerus biarin diri lo terjebak sama masa lalu yang seharusnya udah lo lupain."
Chiara meraih tangan Diero dan menyingkirkannya dengan gerakan lembut namun pasti. Ia mundur beberapa langkah, menggeleng lemah. "Lo gak tau sama rasa sakit yang gue rasain, Ro! Stop bersikap seolah-olah lo ngerti perasaan gue! Lo gak tau apa-apa, Diero." suaranya meninggi namun terasa tertekan.
Diero tidak habis pikir dengan keras kepala Chiara. "Oh gitu?" tawa kecilnya terdengar pahit. "Lo pikir gue gak sakit ngeliat lo menderita kayak gini?" Terpaksa, Diero meninggikan sedikit nada bicaranya dan menatap Chiara dengan tajam, berharap gadis itu bisa mengerti.
"Jangan korbanin waktu berharga lo yang bisa lo pergunakan untuk merasakan kebahagiaan, cuma karena sisi egois lo yang berpikir dan merasa kalo lo adalah orang yang paling menyedihkan di dunia ini setelah ditinggal sama dia, Ra!"
Chiara tertegun mendengar kata-kata Diero, netranya memanas. "Coba belajar untuk liat dan hargai usaha orang-orang di sekeliling lo yang berusaha buat hibur lo," tambah Diero dengan penuh harapan.
Gadis itu kembali menunduk, merasakan sesak di dadanya. Detak jantungnya berpacu cepat.
Diero meraih kedua bahu Chiara, mengguncangnya lembut. "Ra, please! Ini saatnya lo lepasin semua perasaan yang bikin lo sakit. Hidup lo terus berjalan dan gue gak tega ngeliat lo menderita kayak gini."
Diero membungkuk dan memiringkan kepala, memancing Chiara agar menatapnya lagi. "Gue bakal bantu bikin lo lepas dari rasa bersalah itu," ucapnya dengan senyum tipis, berusaha menyalurkan ketenangan.
Chiara menarik napas panjang dan melepasnya perlahan sambil menegakkan tubuhnya.
Diero meraih kedua tangan Chiara dan mendekat. "Izinin gue buat jadi bagian terpenting di hidup lo, Chiara."
Hembusan angin malam yang dingin menggerakkan dedaunan di taman, tetapi tidak mampu meredakan ketegangan di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Charmolypi 2 : Caraphernelia
Romance[Sequel Charmolypi] Update Kembali 2 November 2024 ❤️ 🕊🕊🕊 Bukan perjalanan hati kosong yang menemukan isinya, bukan pula dua belahan hati yang saling melengkapi. Ini hanyalah kisah dua hati yang bertemu dengan kehancuran---entah akan diperbaiki a...