Eps 4: Frozen Seconds

40 5 68
                                    

❄❄

"Sometimes it takes a single moment to see a lifetime's worth of feelings."

❄❄

Diero dan Chiara memutuskan untuk makan di Union Deli, sebuah restoran yang sudah menjadi favorit banyak orang dengan suasananya yang hangat dan nyaman. Terletak di lantai dasar, restoran ini menawarkan pemandangan yang indah dengan desain interior bergaya vintage yang memberi kesan klasik.

Mereka memilih duduk di sebuah meja dekat jendela, yang memberikan pemandangan jalanan kota yang sibuk namun menenangkan.

Makanan mereka tiba tak lama setelah dipesan-pasta untuk Diero dan salad segar dengan dressing lemon untuk Chiara, tentu saja tanpa seafood.

Chiara langsung menatap makanannya, menyusun rencana untuk menyantapnya tanpa gangguan.

"Jangan ajak gue ngobrol sebelum makanannya abis." Chiara tiba-tiba menginterupsi, memecah keheningan yang sempat menyelimuti mereka.

Diero menoleh, kaget dan penasaran dengan instruksi yang begitu mendadak. "Kenapa?"

Chiara mengangkat garpunya, memberikan tatapan yang tak bisa dibantah. "Karena nanti lo pasti banyak omong. Dan kalo gue makannya pelan gara-gara harus nanggepin ocehan lo, gue jadi gak kenyang."

Diero tertawa kecil, menyadari kalau Chiara memang serius soal ini. "Ya kan bisa nambah lagi," godanya dengan senyum yang jahil.

Chiara melirik Diero, matanya mengisyaratkan bahwa dia tidak bercanda. "Pokoknya lo gak boleh ngeluarin sepatah katapun ke gue," tegasnya, sebelum memulai makannya dengan penuh konsentrasi.

Mereka pun makan dalam keheningan dan terdengar suara garpu yang menyentuh piring. Untung saja, alunan instrumental musik cukup untuk menemani suasana dingin di sekitarnya.

Chiara sepenuhnya fokus pada makanannya, seolah dunia di sekitarnya menghilang. Sedangkan Diero, mencuri pandang ke arah perempuan yang berada di depannya, menahan diri untuk tidak melanggar perintah.

Namun, tak lama kemudian, Diero sudah tidak dapat menahan diri. "Lagi makan aja lo tetep cantik, Ra." Diero berkata dengan santai, seakan itu adalah komentar yang paling wajar di dunia.

Chiara, yang sedang menikmati suapan makanannya, mendadak tersedak mendengar pujian yang tak terduga itu. Dia buru-buru meminum air mineralnya, lalu menatap Diero dengan tatapan yang menusuk.

"Lo ngomong apa barusan? Gue kan udah bilang jangan ngeluarin-" Chiara memulai dengan nada yang dingin, namun Diero memotongnya dengan cepat.

"Lo cantik, Chiara." Diero mengulangi pernyataannya dengan nada tenang namun mantap.

Chiara menaruh sendok dan garpunya dengan sedikit kekuatan ke meja, menimbulkan suara yang cukup keras. Beberapa orang di sekitar mereka sempat melirik ke arah mereka dengan rasa ingin tahu.

"Cepet abisin makanan lo, atau makanan lo gue yang abisin," katanya dengan nada datar, tanpa sedikitpun tersipu atau terganggu oleh komentar Diero.

Laki-laki itu hanya tersenyum, tidak sedikitpun terintimidasi. "Takut," godanya, dengan senyum nakal yang jelas menunjukkan dia menikmati situasi ini.

Charmolypi 2 : CarapherneliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang